Sabtu, 26 Desember 2009

Lukas 2, 27-35

Mataku telah Melihat Keselamatan yang dari Allah!
1. Tepat Hari Natal, 25 Des “09, salah seorang teman Facebook saya menulis dalam statusnya bahwa karena Dia tidak melihat pertolongan Yesus dalam hidupnya, dia mau pindah agama. Selanjutnya, saya tidak tahu, apa komentar dari pembaca, tapi saya berpikir satu hal, sulit sekali orang melihat Yesus yang datang ke dunia ini. Sulit melihat bahwa nafas hidup kita adalah pertolongan Tuhan, anugerah yang gratis Tuhan beri pada semua umat. Disisi lain saya juga berpikir, ketika masalah menerpa dan sulit bangkit dari masalah itu, seolah-olah Tuhan tidak ada, dan kita mengalihkan pandangan kita dari Tuhan yang datang ke dunia mengambil semua persoalan hidup kita.
2. Simeon, seorang lelaki tua, yang hidupnya benar dan saleh (ay.250 yang sedang menantikan penghiburan umat Israel. Dia yakin bahwa janji keselamatan akan tiba bagi Israel yang berkeluh kesah dalam hidupnya. Ketulusan dan kesalehannya memotivasinya untuk terus berharap bahwa israel, bahkan seluruh umat akan beroleh keselamatan sesuai janji yang dinubuatkan para nabi. Sebuah pengharapan ditentukan oleh kepercayaan kita pada yang kita imani. Maka pengenalan yang baik, akan membuat kita penuh pengharapan menjalani kehidupan.
3. Ketika Yesus dibawa oleh orang tuaNya ke bait Allah melakukan aturan agama Yahudi, Simeon yang telah dituntun Roh masuk ke Bait itu bertemu dengan Yesus. Perjumpaan dalam iman, membuat seseorang mampu mengenal siapa yang ditemui. Simeon yang sudah tua, melihat dalam diri bayi Yesus suatu pencerahan bahwa kegelapan telah berakhir, penyelamatan telah tiba, Kristus, sang Mesias yang dinantikan telah lahir di dunia. Ada sukacita, ada harapan baru, bahwa Israel akan beroleh kegembiraan dengan kelahiran Mesias yang dijanji. Simeon memujiNya (ay 29-32)
4. Satu hal yang saya catat dalam pertemuan ini adalah bahwa Simeon merombak pola pikir yang sempit, di mana orang tua sulit menerima anak kecil. Waktu seorang anak berkata kepada yang lebih tua, supaya jangan mengatakan kata-kata yang kurang sopan, maka yang tua berkata: ‘ sttt... anak kecil tau, apa?’. Orang dewasa sulit menerima padangan, pendapat dari yang dibawa usianya, walau mungkin dia lebih benar. Tapi Simeon mengubah pandangan itu bahwa yang kita anggap tidak layak dapat menjadi layak. Dalam diri bayi mungil itu, Simeon melihat keselamatan yang datang dari Tuhan.
5. Kesulitan kita menerima Yesus yang lahir di dunia, karena kita menerima dengan kerangka berpikir manusia. Isreal hanya menerima Mesias yang menjadi Raja dunia, bukan seorang Bayi mungil yang lahir di kandang domba, betlehem. Ketika kelahiran itu hina, maka sulit memahami kemungkinan Dia mampu menyelamatkan dunia dari kekuatan pedang musuh. Bagi Simeon bukan soal gagah perkasa, tapi Roh yang menuntun dia untuk tidak berlogika atas kelahiran Kristus melalui rupa hamba.
6. Simeon menaikkan pujian dan memastikan masa depannya di dalam Dia yang datang ke bumi. Di usia tuanya, yang akan mengakhiri perjalanan hidup, dikatakan: ‘..Biarkan aku pergi dalam damai sejahtera...’ sebuah kalimat kepasrahan bahwa tidak ada lagi kedamaian yang diperoleh di dunia ini, oleh apapun, kecuali damai bersama Kristus. Simeon menfokuskan pandangan dan hidupnya di dalam Dia yang membawa keselamatan. ‘mataku telah melihat...’ adalah pernyataan, bahwa di sepanjang hidupnya tidak ada keselamatan kecuali di dalam Tuhan Yesus, Juru S’lamat dunia! Kesejahteraan itu adalah kesejahteraan yang melampaui maut, di mana pertemuan mereka telah menentukan masa depannya. Tidak ada lagi ketakutan, karena maut telah dikalahkan!
7. Kesulitan manusia di dunia yang penuh persoalan hidup adalah melihat Tuhan yang datang ke dunia, membawa sukacita, pengharapan dan keselamatan. Maka bila ada orang berkata belum melihat Tuhan, itu adalah ungkapan kerinduan untuk bertemu kepada pemberi damai. Seperti rusa merindukan, demikian lah kita merindukan Tuhan menjawab persoalan hidup kita, namun kita tidak menemukan karena kita meninginkan Tuhan yang gagah perkasa, yang membawa pedang mengalahkan musuh.
8. Apakah yang dapat membuat kita boleh mengenal dan memahami kehadiran Allah dalam hidup kita? Calvin, pernah berkata; ‘Jika ingin mengenal dirimu, kenalilah dulu Allah.’ Artinya, selama kita berorientasi dari diri kita, maka kita sulit mengenal Allah. Sebaliknya, jka Allah dalam firmanNya yang telah menjadi daging sebagai orientasi kita untuk melakoni hidup, kita akan tahu apa yang patut, yang berkenan pada Allah. Kita akan tahu arah langkah kita. Jangan menjadikan diri sebagai tolak ukur dalam menjalani hidup, karena kita tidak cerdas melihat tindakan kita, kita selalu merasa benar, tepat dalam segala hal, tetapi ketika pertemuan kita dengan Tuhan menjadi patokan untuk bertindak, kita akan tahu arah langkah kita, di mana RohNya akan menuntun kita masuk ke hadiratNya, seperti Simeon yang tidak mengangadalkan diri, yang tidak menyombongkan diri sebagai bagian dari bangsa pilihan Allah. Simeon keluar dari sikap orang Jahudi yang merasa diri telah terselamat atas pilihan Allah pada mereka. Pertemuan Simeon kepada Bayi yang lahir itu, megingatkannya bahwa keselamatan itu ada pada orang yang berkenan padaNya, yang merespon kebaikan Tuhan. Kenalilah Allah, supaya kita mengenal diri kita sendiri.
9. Pada saat Dia datang akan terjadi : 1}. Manusia anyak jatuh pada penghukuman, bukan karena Allah menghukumnya, tetapi dengan kasih Allah menjadikan manusia menghukum diri sendiri atas ketidaktaatannya. 2). Banyak yang bangkit karena Tuhan mengulurkan tangan mengangkat umat yang terjatuh. Manusia memang hanya membutuhkan tangan yang terulur,sepert kata Seneca, 3). Terjadi perbantahan akan kehadianNya, di mana ada yang menolak dan menerima, Yesus sebagai Mesias.
10. Umat manusia yang telah mengalami pertolongan Tuhan dalam kehidupannya akan, berkata, aku telah melihat pertologan Tuhan, maka biarkanlah aku perdi dengan damai sejahtera.......Amin.

Rabu, 23 Desember 2009

Natal : Pemulihan dan Kepedulian

Sepanjang bulan Desember 2009, saya mengikuti beberapa kali kegiatan natal, dari mulai yang sederhana sampai yang wah. Dari mulai mencari dana sampai membuang dana. Dari mulai yang cacat sampai yang sempurna. Itulah natal yang saya ikuti, di sekolah anak-anak, di ‘punguan’ Marga, kantor, ‘parsahutaon’, panti asuhan, dan Gereja.
Saya juga mengikuti perjalanan natal sepanjang bulan Desember dari mulai mempersiapkan khotbah-khotbah natal sampai berbelanja di mal-mal. Dari mulai memasang pohon natal ukuran mini di rumah sampai ukuran besar di Gereja. Mulai dari membongkar dan bersih-bersih di rumah sampai memasang panggung di gereja. Mulai dari latihan koor sampai melatih koor. Dari mulai memberi hadiah natal sampai menerima hadiah natal.
Semua memakan waktu, tenaga, pikiran, dan dana. Kadang menyenangkan, kadang melelahkan. Kadang ingin tertawa, kadang ingin marah. Semua terjadi dalam peristiwa natal.
Setelah 24 hari perjalanan itu, saya merenungkan satu hal. Adakah Kristus dalam peristiwa natal tersebut? Adakah makna yang bisa dipetik orang dari kehidupan orang yang merayakan natal?
Suatu hari saya khotbah natal di ‘punguan’ Marga. Saya melihat anggota punguan begitu teduh dalam mengikuti ibadah. Tapi ketika ibadah selesai, satu dengan lain tidak saling berbagi. Ketika saya mengkhotbahkan tentang Yesus yang memberi diri untuk manusia, ada orang yang tidak mau membagi yang dia miliki. Di tempat lain saya berkhotbah tentang tujuan Natal, tapi begitu ibdah selesai mereka melakukan yang bertentangan dengan tujuan natal. Sewaktu saya mengikuti ibadah natal sekolah minggu, seorang ibu berbicara dari mulai khotbah sampai selesai khotbah, sibuk mengurus konsumsi dan tali asih yang mau dibagi. Saya jadi berpikir; jangan-jangan tidak masalah Kristus tidak ada di pesta natal, tapi akan menjadi masalah besar, jika pohon natal dan assesorisnya tidak ada. Jika tidak diberi tali asih ke para janda-duda dan anak yatim. Akan menjadi masalah besar jika tidak ada makanan pada perayaan natal.
Lalu apakah Natal? Apakah kemajuan perekonomian, sehingga mal-mal menjadi ramai dari tanggal 1 Desember, atau telah menjadi ajang hiburan dan peng-komersilan lambang-lamban natal? Atau seperti anak-anak saya yang tiap pagi membuka kaus kaki merah yang digantung di dinding rumah, melihat hadiah apa yang diberi St. Claus di pagi tgl 1-24 di bulan Desember?
Kristus yang datang ke dunia adalah Kristus yang membawa pembaharuan, mendobrak tradisi dan mengalirkan kasih ke dunia yang gelap. Kristus menyatakan diri di tempat yang tidak diperhitungkan masyarakat, yaitu kadang domba. Dia disambut oleh para gembala yang tidak punya status sosial, lahir dari Maria, seorang perempuan yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat. Semua yang ditolak masyarakat menjadi bagian dari kelahiran Yesus ke dunia, supaya dunia tahu, bahwa Yesus yang lahir adalah Allah yang mengasihi semua, yangtidak membeda-bedakan, dan yang peduli kepada semua ciptaanNya. Yesus yang lahir adalah Yesus yang sederhana, yang teduh yang jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk metropolitan. Dia yang adalah kasih memberi diri pada dunia yang tidak layak dikasihi, menyelamatkan orang yang seharusnya dihukum, membebaskan yang tertawan untuk dipermuliakan di hadapan Allah. Dia yang tersisihkan, ditolak dan dicerca mengangkat yang tersisih menjadi bagian Allah dan dipermuliakan di hadapan BapaNya. Itu lah Natal, ketika Allah mengukurkan tangan ke dunia, dan manusia menyambut tangan Allah. Natal tangan yang saling bersambut, sehingga tercipta perdamaian. Natal bukan pesta pora, di mana permusuhan terus berlangsung, dendam dan benci tidak berkesudahan. Natal adalah hati yang menyapa, hati yang peduli, hati yang ambil bagian dalam penderitaan orang lain.

Di natal kudus ini sapalah temanmu bukan dengan assesoris atau kemawahan natal, bukan dengan pernak-pernik, tapi dengan hati, karena hati adalah kerelaan memberi diri untuk sesama manusia.

Selamat Hari Natal 25 Des 2009. Tuhan memberkati!

Sabtu, 19 Desember 2009

"Anugerah Pemulihan dari Allah"

1. Nitzche pernah berkata bahwa Allah telah mati. Pernyataan ini hendak menjelaskan bahwa manusia ingin menjadi Allah, dan meniadakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Sikap ini menjadi gamabaran sikap hidup umat Tuhan, yang sering menghujat, menghina dan meniadakan Allah dalam hidupnya. Maka ketika terjadi persoalan pelik, manusia bukan mencari Tuhan, tapi mengandalkan kekuatannya sendiri. Manusia ingin menjawab persoalannya dengan caranya sehingga terjadilah peralihan perhatian. Allah menjadi tersisih, manusia berperan kuat.
2. Ketika bangsa Israel mengalami masalah dengan asyur yang pada masa itu sangat kuat, mereka ingin menyelamatkan diri dari cengkeraman kekuasaan Asyur. Mereka bukan mengandalkan Tuhan, tapi meminta pertolongan Mesir yang dianggap mampu menolong mereka dari kekuatan Asyur. Peralihan perhatian ini membuat mereka mengkhianati Allah, mereka menjadi menyembah ilah-ilah yang dianggap sanggup membebaskan mereka. Persoalan bukan selesai, semakin pelik, karena mereka bukan menang sebaliknya mereka dibuang ke Asyur.
3. Hidup yang sulit kadang-kadang membuat kita kurang cerdas memahami kebaikan Tuhan. Membuat kita berpaling dari Tuhan. Seorang jemaat yang sakit sangat percaya kepada keahliah dunia medis, maka dia sangat tekun mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan itu tanpa mau menyimpang, seolah kekuatan ilmu pengetahuan dapat menyelamatkannya dari penyakit ganas yang ada di tubuhnya. Apakah Dia menjadi sembuh? Keuangan semakin habis. Dia beralih ke pengobatan tradisional, bahkan cenderung percaya pada pengobatan yang tidak ilmiah. Tapi sembuhkan? Apapun kekuatan di dunia tidak membebaskannya.
4. Kejahatan dan pengkhianatan kita, secara manusiawi layak dihukum, tetapi kita boleh pahami bahwa Allah tidak membalas setimpal dengan apa yang kita perbuat. Dia tidak membalas kejahatan kita, tapi menanti saat yang tepat Dia menyatakan anugerahNya ke Sion, menyatakan cinta kasihNya pada umat kesayanganNya.
5. Perikope ini adalah gambaran tentang berkat Tuhan yang akan tersedia di hari kedatanganNya memulihkan bangsa Israel. Dalam ay. 18, Tuhan menantikan waktu itu, saat umatNya juga sedang menanti kehadiran Tuhan membebaskan mereka dari keluh kesah, dari kegelapan, dari ketertindasan. Ada kaitan yang menonjol di saat dua pihak dalam suasana penantian. Satu pihak menanti untuk memulihkan bangsaNya, di pihak lain menanti dipulihkan oleh TuhanNya.
6. Memang saat umat Tuhan beralih dariNya, kasih yang sedang berlangsung tersumbat oleh pengkhianatan umat yang dikasihiNya. Dan Allah menanti pemulihan terjadi bag umatNya. Apakah yang hendak dipulihkan? Kehidupan yang tidak cerdas memahami kebaikan Tuhan. Allah ingin menyatakan bahwa Dia sangat mengasihi umatNya. Bahwa Tuhan, sungguh tidak ingin melihat umat menangis. Memang bila kita megalihkan perhati ke gunung, laut meminta pertolongan, kasih kita akan semakin dingin, hidup kita akan semain gersang. Air mata akan terus mengalir.
7. Sion yang diam di Yerusalem, tidak akan terus menangis, Tuhan akan menghapus air mata mereka. Dukacita, penderitaan akan dihapuskan, segala masalah akan diselesaiksn pada saat yang dinantikan oleh Tuhan tiba. Alasan Allah, karena Dia, sangat mengasihi dan menyanyangi mereka. Jika sebelumnya terjadi penderitaan, diberi roti dan air serba sedikit, bukan karena sumber berkat itu membenci, tetapi kasihNya ingin mendidik mereka untuk selalu bersyukur atas semua kebaikan dan pemeliharaan Tuhan atas kehidupan mereka.
8. Apakah tindakan Tuhan bagi umat yang menangis? Bagi Indonesia yang terus menerus mengalirkan air mata, bagi pribadi yang menderita, bagi Gereja yang diberlakukan dengan tidak adil. Apakah Allah berpaling dari air mata kita? Ay 18, menjelaskan Dia sangat mengasihi kita, Dia tidak pernah meninggalkan umatNya. Dalam Mazmur 23,6 dikatakan, kebaikan dan kemurahan Tuhan mengikuti aku sepanjang masa. Allah hanya menanti waktu yang tepat untuk bertindak. Tuhan berkarya, indah dan tepat pada waktunya.
9. Jika hari Tuhan yang mereka nantikan tiba, maka terjadilah pemulihan. Bangsa itu tidak hanya berpikir tentang apa yang mereka butuhkan, tetapi bagaimana hidup mereka memuliakan yang dinantikan, di mana dikatakan, para pengajar tidak lagi menyembunyikan kebaikan Tuhan, tidak menyembunyikan diri dari kebenaran. Mata bangsa itu akan terus melihat DIA yang datang, telinga mereka akan mendengar perkataanNya, perkataan yang menuntun mereka untuk mengikuti jalan Tuhan, melakukan kehendak Tuhan dalam segala situasi, baik ketika menganan maupun mengiri. Mereka juga menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Allah mereka, menolak segala berhala, bahkan menganggap najis patung-patung yang dilapis perak dan emas, yang dibuat tangan mereka dan mereka sembah.
10. pemulihan hubungan terjadi, ketika kash karunia Allah diberi kepada orang yang tidak patut menerima. Penghargaan kepada orang yang tidak layak di hargai, pembebasan kepada yang patut dihukum, penyelamatan kepada mereka yang patut binasa. Kemurhanan Allah bersifat menyelamatkan, bukan membinasakan. Semua terjadi bukan karena kemampuan manusia berbuat baik, tapi karena Tuhan yang memberi sinar matahari dan hujan pada waktu bagi orang baik dan orang jahat.
11. Dalam pemulihan itu, mereka akan menikmati hasil ladang dan ternak yang menikmati padang rumput yang subur. Perubahan total terjadi kala penantian Tuhan dan manusia bertemu dalam hubungan pemulihan. Tiada kekurangan, air pun akan mengalir, yang bersumber dari gunung tinggi dan bukit, sungguh kegelapan akan menjadi terang benderang, karena hari itu telah tiba. Berbahagialah yang menantikanNya.
12. Masa advent adalah masa rahmat Tuhan, masa untuk kembali kepada kebenaran, kepada Allah sebagai Tuhan, satu-satunya yang patut disembah. Masa Advent saat mana anak-anak Tuhan mengandalkan Allah, dalam segala situasi.
13. Tuhan yang bangkit adalah Tuhan yang hendak menyalurkan kasihNya. Dia datang dengan prakarsa keselamatan, maka nantikan waktu Tuhan dan tidak memaksakan waktu manusia, karena Tuhan yang mengasihi kta adalah Allah yang setia dan adil, Allah yang perduli pada kehidupan kita.
14. Kiranya sukacita Advent, mengubah hidup kita makin mengarhkan padangan dan pendengaran kita pada Tuhan yang datang ke dunia menjadi manusia. Selamat Advent, selamat menanti hariNya Tuhan.
15. Sai mulak...sai mulak.ho na lao jalang i...........Amin.

Sabtu, 12 Desember 2009

Lukas 13, 23-30

“Berjuang, Meraih Berkat Tuhan”
1. Kehidupan kekeristenan merupakan kehidupan yang harus diperjuangkan karena penuh dengan liku-liku. Perjalanan bagaikan seatu pendakian membutuhkan perjuangan untuk mencapai ke puncak. Menjadi kristen penuh koskwensi dalam mengikut Tuhan. Pikul salib, bercucuran darah. Yang bertahan akan masuk melalui pintu yang sesak, yang tidak berjuang akan kehilangan kesempatan masuk.
2. Orang menduga mengikut Tuhan itu gampang, tidak berbelit, karena telah ditebus dengan darah yesus. Pikran ini membuat sebagian orang kristen tidak menjaga kekudusan kepengikutan, tidak berjuang untuk hidup dalam kesetiaan. Mereka berpikir bahwa mereka pasti menjadi pewaris, karena terpilih dengan penyucian dara Yesus, sebagaimana murid-murid yang menduga bahwa pilihan Allah atas bangsa Israel sebagai umat pilihan menjadi jaminan pewaris kerajaanNya. Tetapi apakah jawaban Yesus kepada ketika ada orang bertanya, ‘Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?’ Pertanyaan ini seolah-olah hendak berkata, ‘apakah hanya Israel yang ditentukan masuk surga, sebagai bangsa pilihan?’ Jawaban Yesus sangat berbeda dari pikiran orang-orang yang ada di situ. Yesus berkata: ‘ berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!’
3. Pernyataan Yesus bukanlah sebagai jawaban, bahwa kita dapat memperjuangkan diri kita, atau menyelamatkan diri. Kadang-kadang kita berpikir, bahwa apa yang kita peroleh hasil perjuangan kita, sehingga kita memberi persembahan, kita berharap dengan persembahan itu kita menjadi dilayakkan di hadapanNya. Sesungguhkan hidup kita ada dalam kasih karunia, maka persembahan, kerajinan kita beribadah bukan untuk mengumpulkan poin supaya masuk sertifikasi, tetapi apaun kebaikan yang kita lakukan merupakan dorongan iman untuk menyatakan kemurahan yang kita terima dari Tuhan. Persembahan kita adalah respon atas kebaikan Tuhan, sehingga kita sebagai orang percaya tidak takut memberi, karena Tuhan lah yang empunya kekayaan, dan Dia yang memelihara kehidupan kita.
4. Apakah yang diperjuangkan? Menurut catatan alkita bahwa yang perlu kita perjuangkan adalah mempertahankan kesetiaan kita, di tengah banyaknya masalah yang kita hadapi sebagai umat. Berkat Tuhan telah tersedia, berkat itu mengalir terus menerus dalam kehidupan kita. Tugas kita memberi kafasitas ruang luas untuk tempat berkat Tuhan, dan bagaimana kita berjuang meraih berkat-berkat itu. Ketentuannya ada di dalam kuasa dan kasihNya.
5. Keselamatan adalah bagian dari anugerah Tuhan. Anugerah ditujukan pada semua orang, anugerah terbuka luas untuk semua, tetapi persoalan timbul, ketika anugerah itu disia-siakan.anugerah itu gratis, tapi bukan murahan. Anugerah itu mahal, perlu ketekunan dalam mempertahankan anugerah yang sudah dikaruniakan kepada kita masing.
6. Jika Tuhan berkata pada kita saat ini, apakah jawaban kita? Mungkin kata akan berkata seperti orang-orang itu; ‘aku telah makan dan minum di hadapanMu. Aku telah melakukan perintahMu. Aku telah mendengar ajaranMu. Apa jawaban Yesus? Aku tidak mengenalMu, enyahlah dari hadapanKu. Di zaman kita ini banyak yang berpikir seperti orang-orang tersebut. Dengan tercatat sebagai anggota jemaat, sebagai orang kristen, dia berpikir telah selamat walau tanpa perbuatan. Ada yang berkata, bukankah dulu telah saya telah ikut menyumbang pembangunan gereja? Bukankah dulu saya telah memberi perpuluhan. Bukahkah dulu saya telah memberi anak miskin makan? Bukankah dulu saya telah dibaptisMasa lalu yang dikerjakan dikira telah membayar lunas darah Yesus, sehingga banyak orang yang beromantisme menanti kedatanganNya. Saya jadi terimgat cerita Nazrudin ketika pernah ditolong seorang temannya, ketika ia jatuh kecebur di kolam renang. Setiap kali sang teman bertemu dengannya, temannya itu berkata: ‘bukankah dulu aku pernah menolongmu waktu kau hampir tenggelam di kolam? Nazrudin akan menjawab ‘Ya, terimakasih’. Pertanyaan dan jawaban yang berulang itu membosankan Nazrudin, sehingga suatu ketika, saat dia bertemu dengan sang teman di kolam renang, Nazrudin melompat dan berkata ‘jangan tolong aku, supaya aku tidak lagi berterima kasih padamu’. Satu hal yang kita lakukan tidak cukup mempertahankan anugerah yang dialirkan Tuhan dalam hidup kita, tetapi anugerah itu perlu perjuangan, peru kerja keras, perlu ketekunan, sehingga tiada ada yang dapat mengambil mahkota kita.
7. Hal kerajaan sorga, seumpama prajuirt berjuang di medan perang. Kokoh dalam iman, disiplin dalam ibadah, tekun dalam penderitaan, pasrah terhadap situasi. Hidup kita adalah perjuangan dalam melintasi perbukitan yang terjal, penuh cururan keringat dan kerja keras. Anugerah keselamatan telah tersedia, untuk meraihnya dibutuhkan ketekunan. Apakah penderitaan semakin mengasah ketajaman iman kita, atau justru membuat iman kita melempen dan berbalik dari anugerah yang tersedia itu. Kita tidak dapat membela diri, ketikan hati itu tiba, tapi Tuhan memberi kesempatan untuk terus menerus mempertahankan mahkota kita.
8. Kesempatan terbatas, dibutuhkan tindakan cepat untuk melewati pintu itu. Seperti sebuah gedung di Palestina, ketika pintu telah tertutup, pintu tidak dibuka lagi, walau kita berteriak-teriak pada malam hari, minta pintu dibukakan,pintu itu akan dibuka. Perjuangan kita bukan di tempatNya, tetapi bagaimana kita terus memegang teguh iman percaya kita melintasi dunia yang penuh kekacauan ini.
9. Kita tidak diterima dengan kesenangan sesaat di dunia ini, kita diterima dengan hidup yang benar dalam proses perjalanan menuju kekekalan.
10. Menurut cerita, Ratu Viktoria selalu berkunjung ke rumah para perempuan tua untuk minum teh bersama, pada suatu waktu tertentu. Suatu ketika dia bertanya kepada salah seorang dari perempuan itu, ‘apakah yang dapat kulakukan kepadamu? Perempuan tua itu berkata, ‘aku bisa bertemu dengan Ratu di surga’ Ratu berkata, itu pasti terjadi, karena darah Yesus telah membasuh kita. Seorang ratu, yang telah memiliki kesenangan dunia, masih tetap membutuhkan darah Yesus, darah yang menyelamatkan. Untuk tetap diam dalam darah penyelamatan itu, tidak satupun yang dapat mempertahankan dengan apa yang dia miliki di dunia ini. Tidak seorangpun yang dapat memperjuangkan dengan mengandalkan yang dimilkinya. Hanya darah Yesus, satu-satunya, keselamatan manusia. Usahakan untuk bertahan dalam hidup pemberian Tuhan, susah ataupun senang. Jangan bersyukur hanya ketika dalam sukacita, tetaplah mengucap syukur akan segala hal. Jangan bergembira dengan kesenangan sementara, tetapi masa depan kita bukan dunia ini, singsingkan lengan menuju kerajaanNya. Kehendak Yesus bagi umatNya, bertahan dengan semua liku-liku yang dihadapi, tidak jatuh ketika beban berat dipikul, tidak putus asa ketika persoalan hidup menimpa.
11. Akan terjadi kejutan-kejutan di surga. Yang dianggap penting di dunia, dapat menjadi yang paling hina, mereka yang tidak diperhatikan boleh menjadi yang terdepan di karejaan Allah. Pertama tidak menjamin, kadang-kadang yang terakhir boleh menjadi yang pertama. Artinya, pertemuan dengan Tuhan, membutuhkan keseriusan, tidak tawar menawar, jangan menolak undangan, supaya Tuhan tidak berkata: ‘enyahlah dari hadapanku!’ hubungan dengan Yesus bukan koneksi, tetapi relasi. Amin.
12. Selamat Advent ketiga, berjuang bersama Yesus meraih masa depan yang telah tersedia.

Sabtu, 05 Desember 2009

Maleakhi 3, 1-4

'Menjadi Utusan Tuhan"
1. Diutus berarti menjalankan kehendak yang mengutus. Ketika saya kanak-kanak, saya sering diutus ibu saya ke seseorang mengambil uang kain, karena ibu saya selain guru, juga seorang pedagang kain. Maka saya akan berkata sesuai apa yang dikatakan ibu, sebagai pengutus. ‘kata ibu, minta uang kain,…’
2. Dalam menyelesaikan persoalan, sering dipilih seseorang untuk siutus menjalankan mandat dari pengutus, seperti Maleaki dalam Perjanjian Lama dan Yohanes dalam Perjanjian Baru. Keduanya adalah utusan untuk menyatakan rencana Allah, supaya rencana kebaikan itu dapat mensejahterakan umatNya.
3. Diutus untuk menyatakan kedatangan Tuhan ke dunia, tentu akan memberi semangat baru, bagi yang mendengar, karena akan tercapailah yang dirindukan.
4. ketika yang kita cari, yang kita rindukan tiba-tiba muncul, akan muncul kegembiraan dan semangat yang menyala-nyala. Telah bertemu dengan yang sudah lama dirindukan. Apalagi jika ada utusan untuk memberitahukan pertemuan itu.
5. Maleaki diutus untuk menjawab persoalan umat Tuhan ketika itu, di mana mereka sudah dalam kegentaran, karena Allah kelihatan semakin jauh dari mereka, tidak perduli lagi akan kehidupan mereka. Perikope ini hendak mengingatkan mereka, bahwa Allah terus ada bersama mereka, Dia peduli dan bekerja di tengah-tengah mereka menyediakan keselamatan dan kesejahteraan.
6. Allah yang ambil bagian dalam hidup manusia terus menerus berkarya untuk keselamatan mereka. Terkadang kita juga mengalami penderitaan sebagai orang beriman, dianiaya, gereja di bakar seperti yang terjadi jumat malam (4 Desember 09) jam 20.00 di HKBP Natal, resort Mandailing. Tetapi yang berharap pada Tuhan akan selamat.
7. Selain merasa dijauhi oleh Allah, pada masa itu, juga banyak yang menolak Tuhan, menolak Firman, sebagaimana juga terjadi pada Yesus, munculnya kelompok yang menolak kehadiranNya, menolak Dia sebagai Mesias.
8. Siapakah yang bertahan ketika Yesus datang untuk kedua kalinya? Siapakah yang bertahan berdiri di hadapanNya, karena Dia seperti api tukan pemurni logam dan sabun tukang binatu. Siapakah bertahan dengan pemurnian dan pembersiahan dari darah Yesus?
9. Api dan sabun adalah lambang pemprosesan Tuhan bagi umatNya, di mana masing-masing orang pada kedatanganNya yang kedua akan dicuci bersih dan dibakar untuk dibentuk ulang sesuai rencanaNya, oleh karena itu kedatanganNya bukan menuju pada kehidupan yang senang belakan, tetapi ada kalanya, kita dimurnikan, dibakar, disikat untuk mengeluarkan segala noda yang tertmpel dalam hidup kita.
10. Ketika ada pergumula dan persoalan hidup yang kita hadapi, di minggu advent ke-2 ini, masing-masing kita dipanggil untuk terus menerus siap sedia, memberi tempat bagi karya Allah, sebab bila Ia telah datang, tidak ada kesempatan untuk bertobat. Inilah waktu bagi orang percaya memasuki hadiratNya sambil terus melakukan pekerjaan Tuhan.
11. Orang Israel kembali dari pembuangan, tidak langsung menempati rumah besar, lumbung yang berisi pada, semua serba tidak jelas, tapi Nabi Maleakhi berseru Dia akan datang, Dia akan menyucikan semua umat untuk menjadi bagian dari kerajaanNya.Maka terimalah utusannya, dan jadilah utusan Tuhan melakukan kebaikan, memberitakan kedatanganNya di dunia yang penuh kekacauan ini. Amin.
12. Selamat advent, selambut menyambut utusan Tuhan.

Sabtu, 28 November 2009

Bilangan 24, 15-17

1. Di era tekhnologi informatika ini, ketika logika lebih diutamakan, sulit menerima nubuatan jika tanpa pembuktian. Pembuktian menjadi sangat penting dalam mempengaruhi orang lain mempercayai yang kita anut. Menjadi kristen harus dapat membuktikan Allah secara logika, membuktikan bahwa Allah telah menjadi manusia. Pemikiran demikian sangat membentuk orang memahami Allah sebagai Allah yang berkuasa. Pemikiran ini pula, membuat manusia lebih tertarik kepada agama yang dapat membuktikan kuasa Allah, melalui penyembuhan, melalui kesuksesan, dll. Tanpa pembuktian menjadi sangat sulit menerima suatu ajaran tertentu.
2. Bileam menubuatkan tentang kedatangan Mesias dengan simbol bintang yang muncul dari Yakub dan tongkat yang timbul dari keturunan Israel. Nubuatan ini pun menjadi pertentangan, bahkan bagi para penafsir. Ada yang mengatakan bahwa bintang itu adalah Mesias yang dijanjikan, tetap ada juga berpikir bahwa itu adalah Daud yang pernah menjadi Raja Israel dari keturunan Israel. Bagi orang beriman, nubutan ini adalah penantian akan datangnya Raja yang akan membebaskan mereka dari kekuatan musuh.
3. Pengharapan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan orang beriman. Saat di mana, seseorang menanti impian dan keinginannya terwujud. Pengharapan itulah yang muncul dalam diri bangsa Israel, ketika mereka lemah dan dilecehkan bangsa lain. Pengharapan itu timbul, saat terjadi pengwahyuan Allah melalui Bileam bin Beor, tentang terbitnya ‘bintang’ dari Yakub dan timbulnya ‘tongkat’ keturunan Israel.
4. Tongkat dan bintang adalah lambang kekuasaan yang akan memberi kekuatan bagi bangsa-bangsa. Saat bangsa Israel menjadi tidak begitu penting dalam pandangan bangsa lain, dalam hubungannya dengan dunia luar (hubungan internasional), di mana kekuasaan bangsa lain sedang bertumbuh, dan kekuatan mereka melemah. Janji itu akan datang kekuasaan baru yang akan memenangkan mereka, di mana Allah bertindak membangun kerajaan baru untuk menjadikan mereka menjadi bangsa besar, bagian penting bagi bangsa lain.
5. Bileam menjadi alat Tuhan mengucapkan sanjak tentang bintang yang terbit dari Yakub dan tongkat kerajaan yang akan timbul dari Israel. Sanjak ini menunjuk pada masa depan bangsa Allah, di mana kekuasaan besar akan menaungi mereka. Cahaya bintang yang terbit akan membebaskan mereka dari kegelapan, tongkat yang teguh akan membimbing jalan mereka. Sanjak ini terjadi bukan prakarsa Bileam sebagai pribadi, tetapi prakarsa Allah dalam menyatakan kuasaNya di dunia. Nubuatan tidak bersumber dari manusia, tetapi dari dorongan Roh kudus yang berdiam dalam diri manusia, sehingga lidah dan bibir Bileam dapat mengungkapkan kebenaran Allah, walau sesungguhnya dia merancang kata-kata kecelakaan untuk bangsa Israel, sesuai dengan keinginan Raja Moab. Tapi yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran, pekerjaan Allah dalam memelihara kehidupan bangsaNya.
6. Bileam menyuarakan maksud Allah, bukan maksud manusia, dia tidak tergoda dengan suap dari penguasa Moab ketika itu, sebab hatinya lebih terpaut pada kekuatan Roh Allah, sehingga suaranya adalah suara kebenaran. Harta, emas dan uang tidak membuat dia menjadi tunduk pada manusia, sebab emas perak dan uang, bukan jaminan untuk hidup di dunia yang membenci bangsa Allah, tetapi jaminan hidup adalah janji Tuhan bahwa akan datang Raja yang membebaskan dan menghidupakannya umat dalam perjalan menuju masa depannya.
7. Ay. 16, menjelaskan bahwa nubuatan Bileam terjadi setelah terbuka matanya dan telah mendengar firman Allah. Bileam dapat merasakan dan mengenal yang Mahatinggi, ketika roh bekerja dalam dirinya, membuka mata dan telinganya. Pekerjaan Roh ini memampukannya melihat dan mendengar maksud Allah atas kehidupan bangsaNya. Tersingkapnya rahasia Allah dalam diri seseorang, terjadi karena kuasa Roh Kudus bekerja, memberi hikmat kepada manusia dalam mengerti akan masa depannya.
8. Bileam belum melihat peristiwa itu terjadi, tetapi ada keyakinan bahwa bintang itu akan terbit dari Yakub dan tongkat itu akan timbul dari Israel. Perbuatan Allah harus diimani bukan dilogikakan. Meski belum terbukti, tapi pengenalan akan keMahakuasaan Allah membuat hati kita percaya dan mengimani. Allah kita adala ya dan amin.
9. Abraham pun, tidak melihat perbuatan Allah dalam hidupnya. Abraham tidak melihat keturunan yang dijanjikan Allah seperti bintang di langit banyaknya. Tapi Abraham menyakini janji itu, dan memegang imannya teguh. Iman itu dia pegang sampai mati, dia percaya bahwa perbuatan Allah akan terjadi, walau dia tidak melihat. Imanlah yang membawa dia keluar dari kampung halamannya menuju tempat yang akan diberitahukan Allah. Dia percaya pada firman Allah walau tidak mengerti. Keyakinan seperti inilah yang dinubuatkan Bileam. Dia belum melihat tentang bintang dan tongkat yang diwahyukan Allah, namun dia sudah bervisi (memandang) kejadian itu, meski bukan dari dekat. Dia bervisi pada ribuan tahun kemudian tentang Mesias yang datang ke bumi. Iman seperti ini berbeda dengan Thomas yang tidak dapat percaya sebelum melihat bukti dari kebangkitan Yesus, sebelum melihat bekas paku di telapak tangan dan kaki Yesus.
10. Pada minggu advent pertama ini, Tuhan menjanjikan bahwa bintang itu akan terus bersinar menuntun kita menuju masa depan, seperti bintang timur yang menuntun orang Majus menuju kadang domba, melihat bayi Yesus yang lahir. Tongkat kekuasaanNya akan terus tegak memenangkan kita dalam pertarungan melawan kuasa-kuasa si jahat. Bintang itu tidak akan redup, tongkat itu tidak akan patah, karena Dialah yang Mahatinggi, yang melampaui segala kuasa di bumi dan di langit.
11. Pergumulan kita sebagai umat percaya di dunia ini boleh saja membebani dan membuat kita bergumul. Kita menderita dengan ketidak-pastian hukum, ketidak-adilan sosial, penindasan secara politis dan ekonomi, ketidak-nyamana tinggal di tempat di mana kita tercatat sebagai warga negara, ketidak-bebasan beribadah di negara beragama. Kita dilecehkan seperti warga negara kelas dua, dengan tidak memberi izin membangun gereja. Kita dilarang beribadah di gereja yang sudah kita dirikan atas berkat Tuhan. Kita meraung ketika rumah ibadah kita ditutup dengan paksa. Akankah kita menjadi undur mengimani Tuhan sebagai yang Mahatinggi? Akankah kita meragukan terbitnya bintang timur yang menuntun kita di jalan yang berliku? Akankah kita berhenti menyuarakan kebenaran?
12. Bileam adalah gambaran orang percaya, teguh dalam kebenaran, mengimani janji Tuhan, percaya bahwa Tuhan pasti datang. Advent adalah penantian akan kedatangan Tuhan dalam tindakan dan karyaNya memenangkan orang-orang percaya. Tuhan akan datang membawa kita memasuki lingkaran takhtaNya, di mana kita akan berhadapan dengan takhta itu, dan malaikatNya menyanyikan gita surga dari orang-orang yang menang. Penantian akan kedatangan Mesias yang dijanji, menguatkan kita untuk terus bertahan di dunia yang penuh penderitaan. Penantian itu membuat kita kuat melintasi jalan yang berliku, dan kita akan menang, sebab ketika Allah bertindak, siapa yang dapat menghalangiNya (Wahyu 22,16-20). Itulah iman, percaya akan kedatangan Mesias, bahwa Dia memenangkan orang percaya, membawa keluar dari dunia yang penuh dengan kekacauan. Amin. Selamat advent, Tuhan

Jumat, 20 November 2009

Yohanes 11,25-26

“Apakah kamu percaya?”
1. Hari ini saya mendengarkan kesaksian keluarga, tentang muzijat yang Tuhan nyatakan dalam hidup keluarga mereka. Pada usia delapan bulan kehamilan si ibu, dia terserang demam berdarah. Resiko adalah kematian ibu dan bayi bila trombosit di bawah 30rb. Namun Tuhan berkehendak lain, operasi boleh berjalan yang mustahil dilakukan pada orang yang memliki trombosit rendah, bayi yang divonis mati, beberapa saat kemudian, ketika keluarga sedang membicarakan acara penguburan, dokter menyatakan bahwa bayi itu hidup dan minta maaf karena sebelumnya telah dikatakan meninggal. Dokter itu tercengan, sambil menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mayat berkata:’kog bisa ya?’.
2. Tuhanlah kebangkitan dan hidup, maka tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, semua boleh terjadi, kalau Tuhan telah menyatakan kuasa kehidupanNya.Bila kita berpikir bahwa kematian adalah akhir dari semua kehidupan. Mati stop atas hidup. Maka Yesus yang adalah kebangkita dan hidup berkata lain, bahwa di balik kematian itu, ada kehidupan.
3. Pada minggu ini, sesuai dengan kalender tahun gerejawi, sebagai kalender akhir tahun Gereja. Sebahagian Gereja Prostestan, khususnya yang berlatar belakang suku Batak, akhir tahun gereja ini dipakai juga sebagai saat mengenang orang-orang yang mendahului kita pergi ke rumah Bapak (“Parningotan ni angka na monding”). Dengan membacakan nama-nama yang meninggal sepanjang tahun gereja ((Nop-2008-Nop 2009) ini, hendak mengingatkan orang percaya bahwa kita juga akan meninggal seperti mereka. Im Memoriam: ingatlah akan hari kematianmu, benahi diri menyambut kedatanganNya.
4. Di akhir tahun Gereja ini banyak orang yang bersedih mengenang mereka yang dikasihinya, yang telah mendahului mereka, seperti Marta dan Maria, saudara Lazarus, di mana saudara lelaki mereka ini telah meninggal empat hari lalu saat Yesus mengunjungi mereka. Marta dan Maria meyakini bahwa Yesus sanggup memberi khidupan bagi Lazarus, seandainya Yesus lebih cepat datang. Kedua bersaudara itu juga percaya sebagaimana keyakinan Yahudi ortodoks bahwa ada kehidupan di balik kematian masa kini kita. Mereka berharap bukan kehidupan kelak, tapi kehidupan kini, seandainya Yesus bersama mereka.
5. Pernyataan mereka dijawab Yesus: dengan ‘"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Yesus tidak bermaksud bahwa semua orang akan hidup selamanya atau akan bangkit secara jasmaniah seperti Lazarus pada hari keempat, tapi suatu pemikiran tentang kehidupan ke dua, hidup dalam pemeliharaan Allah di rumah kekekalan. Orang kristen akan mengalami kematian jasmani seperti orang lain, tapi kita mengimani makna hidup di dalam Yesus melebihi arti yang jasmaniah.
6. Bila kematian adalah stop dari kehidupan dalam pemahaman duniawi kita, tapi bagi orang percaya kematian menjadi awal baru, awal kehidupan di rumah kekal. Maka tidak heran kalau Daud dalam mazmurnya (Mzm 23,6; 27,4) berkata: aku rindu berdiam di rumah Bapak, karena tujuan hidupnya bukanlah di dunia ini tapi ke rumah yang kekal.
7. Pemikiran Yesus tentang kematian, dalam dosa: “Jika seseorang mati di dalam dosa, dia akan kehilangan sesuatu yang berharga dalam kehidupan, Aku dapat menghidupkan ia kembali’. Firman ini meneguhkan kepercayaan kita bahwa kehidupan masa depan kita ditentukan oleh kemurahan Tuhan belaka. Kehidupan kita masa depan bukan hasil perjuangan kita, tetapi bagaimana kita merespon kebaikan Tuhan di masa kini dengan mengisi hidup kita dengan yang baik, sehingga kita boleh bersama orang yang percaya dan memenangkan pertarungkan di dunia bersekutu di depan takhta Bapak (bnd. Epistel: Wahyu 7,9-17).
8. Yesus berkata pada Marta dan Maria: “Akulah kebangkitan dan hidup”. Pernyataan ini menjamin hidup kita, tapi sekaligus mengingatkan kita supaya tidak menangisi kematian itu, sebab melalui Yesus masih ada pertemuan raya di rumah Bapak, sebagaimana nyanyia dalam BE ‘sai masipaidaan do na porsea i, dung sahat be langkana tu hasonangan i, tu hasonangan i...’. Kematian bukanlah akhir, walau kita stop melakoni hidup, tapi di balik kematian ada hidup, dan kita sampai ke tempat pertemuan itu melalui Yesus yang membawa keselamatan dengan kebangkitanNya sebagai awal kebangkita semua orang.
9. Im Memoriam: Ingatlah kematianmu, benahilah dirimu, sambutlah Dia, JuruSlamatmu!

Jumat, 13 November 2009

2 Timoteus 1, 6-13

Menjadi Saksi
1. Seorang teolog pernah berkata di akhir hidupnya: ‘Saya menyesal selama ini saya terlalu banyak membahas tentang iblis. Seandainya hidup ini saya isi dengan membahas, memikirkan dan menulis tentang Yesus Kristus, betapa banyak orang yang terselamatkan’. Pengakuan ini mengingatkan orang-orang kristen agar mengisi hidupnya dengan baik, benar dan sesuai dengan karunia Allah yang diterima.
2. Kadang-kadang kita juga mengalami kehidupan yang terlalu banyak memikirkan yang negatif tentang hidup, tentang orang lain, sehingga waktu untuk yang positf menjadi sedikit. Seorang motivator etos kerja pernah berkata: bangunlah pikiranmu dengan yang positif, maka tindakanmu otomatis akan berlaku positif. Artinya, pertumbuhan spiritual orang yang berpikir positif akan semakin cerdas dan tajam dalam memaknai hidup. Tapi saya sering melihat orang yang selalu melihat sisi negatif dari sesamanya. Ketika ada orang menulis nats Firman Tuhan di status facebooknya, tiba-tiba ada orang yang menanggapi, ‘apakah firman yang kau tulis itu sudah sesuai dengan tindakanmu, atau itu hanya kemunafikan?’ Aneh, ketika seseorang pun membiasakan diri dengan membaca Firman, kita melihat itu sebagai yang negatif, sehingga muncullah orang-orang kristen yang hanya memperdebatkan Firman Tuhan , bukan menghidupinya. Padahal, saya merasa masih ada yang berpikir negatif dalam memahami Firman Tuhan, sehingga cenderung sisi negatif pemberita Injil yang dibicarakan, bukan injil itu.
3. Paulus yang mengisi hidupnya dengan yang baik dan benar, yang berpikir secara postif tentang keselamatan dan anugerah Tuhan, setelah dia mengenal Kristus, di akhir hidupnya pun, di mana dia sedang berada di penjara Roma, tetap mengucapkan, membicarakan kebaikan. Dia tidak mempersoalkan derita yang dialami dalam memberitakan injil, atau kelemahan fisiknya karena berada di penjara pada masa tuanya, sebaliknya dia menasihati Timoteus, anak rohaninya supaya tetap mengobarkan karunia Allah dalam dirinya. Supaya terus semangat atas penyertaan Roh yang menguatkan menyala-nyala dalam hidupnya. Walaupun hidup Paulus hampir berakhir, dia tetap mengingatkan Timoteus dalam surat kirimannya, agar jangan malu, takut dan gentar dalam memberitakan Injil. Paulus memang sangat mengenal Timoteus sebagai seorang yang muda, dengan pembawaan pendiam, pemalu dan agak penakut. Paulus menguatkan dalam kasihnya pada Timoteus agar tidak pernah undur mengobarkan karunia Allah yang dicurahkan padaNya, walaupun dia akan meninggalkan Timoteus bekerja sendiri dalam memberitakan injil.
4. Ada tiga catatan penting yang dituliskan Paulus untuk Timoteus:
• Mengobarkan Karunia Allah : Kerasulan (tumpang tangan menjadi hamba) merupakan tanggung jawab. Bila Timoteus telah menerima tugas dan tanggung jawab itu, maka dia akan terus semangat dalam tuntunan ROH yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban dalam dirinya. Dia akan mengobarkan karunia itu dalam menjalankan tugasnya, dalam memberitakan injil, karena Allah tidak mengaruniakan roh ketakutan padanya, Roh keberanian. Paulus menyemangati Timoteus agar tetap semangat, walau mungkin di hadapannya penuh tantangan.
• Jangan malu: Tidak sedikit orang yang malu menyaksikan Tuhan. Tapi tidak sedikit juga yang bangga menjadi orang kristen. Mungkin kita pernah melihat dan mendengar, ketika ada artis atau atlit yang memenangkan pertandingan, dan berkata dengan berani tanpa rasa malu, ‘Terima kasih Tuhan Yesus’. Kalimat itu sederhana, tapi memuat suatu penginjilan besar, bahwa apapun yang dia miliki, apaun yang dimenangkan, itu bukan karena kekuatannya, tapi karena Kristus memberi talenta, memberi keberanian, memberi hikmat dalam memperjuangkan anugerah yang terus mengalir dalam hidup manusia. Kalimat itu merupakan pernyataan yang tegas dalam moment yang tepat tanpa ragu-ragu memperkenalkan Tuhan yang mereka imani. Tidak harus dengan cara yang sama kita menyaksikan Tuhan yang kita imani, tapi kita terpanggil dan bertanggung jawab dalam tugas dan kesempatakan kita masing-masing memberitkan dan menyaksikan Tuhan yang memelihara dan menganugerahi kita karunia.
• Panggilan Kudus: Tiap-tiap orang terpanggil untuk menyatakan bahwa Dia menyelamatkan dan memanggil kita menjadi saksi-saksi. Panggilan itu, bukan karena berdasarkan perbuatan kita, tapi berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya dalam Yesus Kristus sebelum permulaan zaman, dengan mematahkan kuasa maut, untuk mendatangkan hidup yang tak binasa. Untuk memberitakan itu, kita terpanggilan dalam panggilan kudus menjadi saksi, pemberita injil, rasul dan guru.
5. Dari tiga catatan di atas, perlu kita ingat, bahwa Tuhan memperlengkapi kita dengan roh keberanian, roh yang membangkitkan kekuatan kasih dan roh mentertibkan diri (Sofronismos: Pengendalian diri dalam menghadapi kefanikan atau hawa nafsu). Inilah ciri khas kekristenan; keberanian terus menerus karena keyakinan bahwa Tuhan bersama-sama dengan orang yang melakukan tugas panggilannya. Kekuatan dan keberanian oleh Roh membuat kita tidak malu, setia dalam iman melewati berbagai persoalan, sehingga sanggup melewati titik yang menghancurkan, bukan menjadi hancur. Kekuatan itu juga mempertahankan kasih berjalan dalam diri kita, sehingga tidak mudah putus asa dan undur tetapi tetap semangat dengan berlaku tertib. Apapun yang kita hadapi, tidak mengendurkan semangat, sebab roh pengendalian diri menguatkan kita dalam memahami tindak ketidak benaran yang kita hadapi.
6. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesetiaan pada injil akan menghadapi banyak kesulitan, dan Timoteus harus menghadapi ini, tetapi sebagaimana Paulus telah alami dia mengatakan bahwa injil adalah injil keselamatan, injil pengudusan. Injil tidak hanya menyelamatkan manusia dari dosa masa lalu, tapi sekaligus memanggil untuk hidup dalam kekudusan. Barclay dalam buku tafsirannya mengangkat dua contoh tentang injil yang menyelamatkan dan menguduskan:
• Seorang penjahat New York, terakhir dipenjara karena perampokan dan kekerasan, hendak merampok lagi, tapi sebelum bertemu dengan sekutunya, dia mencopet dompet seseorang. Ketika diperiksa isi dompet itu, dia menjadi muak karena berisi alkitab Perjanjian baru. Sambil menunggu teman-temannya, dengan malas-malasan dia membuka-buka alkitab itu dan membacanya. Ada banyak kalimat yang membuat dia terpukau, sehingga ia membaca dengan sungguh-sungguh. Beberapa jam kemudian, dia menemui teman-temannya, dan memutuskan hubungan dengan mereka.
• Seorang pemuda Arab di Aleppo, bertengkat sengit dengan mantan temannya. Ia menceritakan kejadian ini kepada seorang pemberita injil dan mengakatan sangat benci pada temannya itu dan akan membalasnya, bahkan kalau perlu akan membunuhnya. Suatu hari pemuda itu bertemu lagi dengan penginjil itu dan menyuruhnya membeli kitab Matius. Untuk menyenangkan hati penginji itu dia membeli tapi tidak membacanya. Ketika dia akan tidur malam, kitab itu jatuh saku celananya, dia memungut dan mulai membaca; ketika sampai pada kalimat: kamu telah mendengar yang difirmankan pada nenek moyang kita dulu, ‘jangan membunuh...’: tetapi aku berkata, setiap orang yang marah pada saudaranya akan dihukum. Firman itu membuatku teringat pada teman yang kubenci, aku gelisah luar biasa, sampai aku bertemu kembali pada ayat yang mengatakan, ‘datanglah kepadaKu, hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberi kelegaan kepadamu’. Sukacita dan kedamaian memenuhi hatiku dan kebencian pun lenyap.
7. Dua contoh di atas hendak mengingatkan kita bahwa Injil tidak hanya menyelamatkan, tapi memasuki hidup kita untuk keluar dari hawa nafsu masuk ke dalam panggilan kudus dalam kehidupan yang benar sebagai penampakan kesaksian kita pada dunia sekitar. Artinya injil didengar, dipahami, diubah dan siap untuk meninggalkan dosa masuk pada pengampunan Kristus untuk boleh menjadi pengampun. Injillah yang mengubah mantan narapidana New York dan seorang pemuda di Aleppo. Injillah yang menguduskan hati pemuda di Apello sehingga mau mengampuni.
8. Injil adalah anugerah, ketika injil disaksikan itu berarti kita menyampaikan maksud Allah kekal akan kehidupan manusia dan dunia ini. Kita menerima injil untuk kita saksikan bagaiaman injil telah menyelamatkan dan menguduskan hidup kita, sehingga dalam panggilan kudus itu, kita menjdai berani menyatakan pengalaman kita pada orang bebal, orang bermata tapi tidak melihat, orang yang bertelinga, tapi tidak mendengar. Ke tengah-tengah kumpulan orang bebal dan jahat sekalipun (Yes 43,8-13) kita tidak akan takut menyaksikan kuasa anugerah yang kita alami, karean Dia lah Tuhan, yang sebelum dan sesudahnya tidak ada seperti Dia. Dialah Tuhan yang menguatkan dan memberi tumpangan tangan pada kita, sehingga tidak takut untuk menyaksikan pengalaman iman kita bersamaNya.
9. Tuhan memilih kita menjadi hamba dan saksiNya (Yes 43,10), itu berarti Tuhan mengamugerahi kita dengan kedasyatan yang luar biasa kepada bangsa-bangsa bebal, kepada bangsa yang mengukir batu dan kayu untuk disembah, dan Tuhan akan menguatkan dan menyertai kita. Tak seorang pun yang bisa menghalangi kesaksian kita atau keluar dari tanganNya ketika Allah telah bertindak. Oleh karena itu beritakanlah injil baik atau tidak baik waktunya. Katakanlah kesaksian yang benar dan jujur atas sebuah kejadian yang kau alami, sehingga tidak ada korban saat kita menyimpan kebenaran itu.
10. Bila injil telah menjadikan Paulus menjadi guru dan Rasul, maka kita juga akan menjadi utusan Tuhan di dunia ini, khusus di negara kita yang penuh dengan rekayasan ini untuk mengatakan kebenaran Kristus. Kita terpanggil dengan injil yang menguduskan menjadi saksi kristus di mana pun kita berada. Selamat menyaksikan anugerah Tuhan Yesus Kristus, Tuhan me

Jumat, 06 November 2009

Yesaya 58,4-12

“Puasa, Suatu Pembelajaran tentang kebenaran Hidup”
1. Suatu waktu, saya pernah melihat lelaki tua yang rajin berpuasa berebut makanan dengan beberapa orang yang lebih muda darinya di acara pesta adat. Saya melihat dari jauh, sungguh memalukan di usia senja harus berebut makanan, bersaing dengan yang muda karena tidak dapat menahan rasa lapar. Dia mempertaruhkan dirinya untuk sepiring nasi, padahal dia sering lapar karena berpuasa. Itu mungkin latar belakang mengapa Paulus pernah berkata, kalau mau ke pesta, ikatlah pinggangmu dengan kencang supaya kalau lapar tidak berebut seperti orang rakus.
2. Puasa merupakan bagian dari peribadahan hampir semua agama. Kekristenan juga mengenal puasa (Yunani: nesteia: ne=tidak; istea=makan. Lukas 18,12), bahkan Yesus sebagai Guru besar orang Kristen itu pun berpuasa selama 40 hari, 40 malam. Dengan berpuasa Yesus hendak menyampaikan pada pengikutNya supaya * bersikap merendahkan hati; * menyatakan rasa kasih pada Tuhan; * mendisiplinkan tubuh dari keinginan daging (menyangkal diri), menaruh simpati pada sesame yang miskin; *Meminta jawaban dari Tuhan untuk masalah yang kita hadapi. *Mengusir setan. Jadi, puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi dengan puasa, kita mengerti penderitaan orang yang lapar karena tidak ada makan atau karena kemiskinan; dengan berpuasa kita kuat melawan godaan, kita tidak akan memperebutkan makanan, tetapi mau menunggu, antri sesuai dengan barisan, karena saat kita lemah akan banyak menggoda iman kita, tetapi apakah kita dapat mengendalikan diri? Saat berpuasa kita boleh menyisihkan makanan yang harusnya kita makan untuk dibagikan bagi orang yang berkekurangan.
3. Umat Jahudi juga melakukan puasa. Ada persoalan yang muncul saat berpuasa, yaitu terjadi perbantahan, perkelahian dan memukul dengan tinju. Ada tindak kekerasan saat melakukan ibadah puasa. Allah hendak menyatakan puasa tidak sekedar tidak makan dan tidak minum, tetapi melampaui dari itu, di mana dengan berpuasa kita menjadi kuat menahan nafsu amarah, meskipun kita lapar dan haus, bahkan saat di gurun pasir. Memang seseorang yang lapar akan mudah jatuh ke pencobaan, makanya sering kita dengar, karena lapar orang mau menyikut, mencuri, bahkan membunuh. Tetapi dengan berpuasa (dari kata puasa dalam bahasa Ibrani: Tsum, inna natsyo: merendahkan diri di hadapan Allah. Imamat 16,29+31; 23, 27-32), lapar tidak membuat kita menjadi marah, sebaliknya akan semakin rendah hati, lemah lembut dan memikirkan orang yang belum makan.
4. Ketika terjadi kemorosotan iman dan moral orang Israel yang telah masuk ke Yerusalem, setelah kembali dari pembuangan Babel, Yesaya menyampaikan pada bangsa itu, supaya kembali pada peribadahan yang benar, membenahi iman dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Memang mereka rajin melakukan ritual ibadah, termasuk berpuasa, tetapi ibadah itu tidak membawa dampak dalam pembangunan iman mereka. Mereka beribadah, tetapi rumah Tuhan yang hancur tidak dibenahi sebaliknya, rumah mereka yang lebih dahulu di bangun. Ibadah demikian tidak dikehendak oleh Tuhan yang membawa mereka keluar dari pembuangan, bahkan dalam ay.8 dikatakan, suara mereka tidak di dengar jika ibadah itu hanya rutinitas yang tidak membawa baik dalam hidup mereka dan lingkungan mereka. Koor yang telah dilatih bertahun-tahun dan sangat indah tidak di dengar Tuhan kalau itu hanya sekedar numpang manggung di gereja. Itulah yang dikatakan Nabi Amos dalam pasal 5; ‘Aku benci ibadahmu, Aku benci persembahanmu, jika tanpa keadilan’.
5. Tuhan sungguh menghendaki ibadah puasa, di mana pada hari puasa menjadi hari merendahkan diri, membuka belenggu kelaliman, melepaskan tali untuk memerdekakan orang yang teraniaya, memecah rotimu untuk orang lapar serta memberi pertolongan bagi orang miskin (ay. 5-7). Saat berpuasa akan nampak dalam dirinya terang seperti fajar, lukanya pun akan pulih karena telah dimenangkan dengan perbuatan baik dan kepedulian terhadap lingkungan.
6. Banyak orang Kristen tidak terlalu terikat dengan ibadah puasa oleh karena berbagai alas an, tetapi ada yang tekun dan saleh dalam peribadahannya. Apapun pilihan seseorang itu boleh diterima sejauh kekristenan itu terus menggemakan kebenaran di tengah kelaliman yang terjadi.
7. Di Negara kita muncul berbagai istilah saat ini tentang bobroknya moral dan hokum Negara. Ada yang menjadi saksi dusta dengan berbagai rekayasa untuk suatu scenario yang mendukung kebebasan dari hukuman, ada yang disebut sebagai mafia peradilan, dsb. Yang menjadi pertanyaan, sebagai umat beragama apakah sumbangsih kita untuk emmbongkar kelaliman ini? Apakah makna kita dalam membebaskan orang yang teraniaya? Mungkin sebagian sudah mengatakan bahwa sudah ada yang berwewenang untuk itu, sebagaian ambil bagian dengan mendukung kelompok tertentu dalam sebuah gerakan agar keadilan ditegakkan, dsb. Tetapi, saat ini kita terpanggil agar ibadah, doa dan puasa kita boleh membawa dampak untuk kepedulian social, untuk suatu kehidupan yang mau berbagi. Istilah yang digunakan Rasul paulus dalam 2 Korintus 9,6 agar mengingat hokum tabor tuai, menabur sedikit, sedikit yang dituai, menabur banyak, melimpah tuaiannya. Menabur dalam kasih akan mendapat damai sejahterah, menabur dalam daging akan dihancur oleh keinginan dagingnya.
8. Puasa bukan untuk didemonstrasikan, tetapi sebuah keheningan, meditasi, dan berdiam diri merendahkan hati, tunduk secara hormat pada Tuhan. Ketika puasa didemonstrasikan, maka dia akan menunjukkan muka murung seperti orang lapar, sebaliknya, ketika puasa menjadi keheningan, dia akan tetap segar dan lincah melakukan kebaikan (ay 10), sehingga hidupnya bagi sesama seperti terang yang terbit pada kegelapan. Di keheningan yang berbuat itulah Tuhan mendengar suaranya, mendengar keheningannya, karena Tuhan yang menuntunnya melewati jurang maut, dan membebaskannya dari godaan yang mengitari hidupnya.
9. Inilah ibadah sejati, ibadah puasa yang berkenan di hadapa Tuhan: terbuka memberi pertolongan dalam doa dan perbuatan, dalam kata dan pikiran, dalam ibdah dan pekerjaan.
10. Selamat beribadah!

Jumat, 30 Oktober 2009

Roma 3, 1-3

“Berubah Oleh Pembaharuan budi”
1. Melalui Nats Roma 12, 1-3 ini, kita diajak agar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dalam kemurahan yang kita terima, sehingga mampu merespon kebaikan Tuhan dengan mempersembahkan persembahahan yang hidup, yang berkenan pada Allah, yaitu tubuhmu, tempat curahan Roh Kudus, supaya kita bisa dan menjadi berbeda/tidak serupa dengan dunia ini.
2. Roma 12-16 merupakan nasihat Paulus pada jemaat Roma, di mana secara keseluruhan surat Roma menceritakan tentang Kristus sebagai kebenaran. Perikope ini diawali dengan perkataan, demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu. Kemurahan Allah adalah kasih karunia yang kita terima. Allah sering menggantikan kemarahan dengan kemurahan untuk membawa kita pada jalan kebenaran.
3. Hidup kita adalah hidup yang dikasihi, hidup oleh karena kemurahan belaka. Apakah yang boleh kita lakuakan untuk merespon kebaikan Tuhan dalam hidup ini? Kita perlu membuat ibadah yang sejati, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan pada Allah.
4. Banyak orang kristen berpikir bahwa persembahan adalah memberikan perpuluhan, persembahan syukur, dll, sehingga sering terjadi perbedaan akal budi dengan tubuh. Hati memberi, tapi tubuh berlaku bejat. Dan itu yang dikatakan seorang kristen yang menjadi ilmuwan yang sukses ketika diawancarai mengapa dia bisa sukses. Padahal dia seorang kristen yang sejati. Dia menjawab, ‘sederhana saja, kalau hari minggu, ketika saya mendengar khotbah saya melupakan bahwa saya seorang ilmuwan, kalau hari senin – sabtu, kalau saya bekerja di laboratorium ketika saya bekerja, saya melupakan saya ini seorang kristen. Beres bukan?’
5. Tapi apakah demikian kebenaran hidup kristen di tengah dunia ini? Bukan! Kapan, di mana saja kita akan tetap menunjukkan identitas kekristenan kita. Kekristenan itu full-timer, bukan part time. Jika kita menjadi kristen part time, maka akan terjadi, pada hari minggu, kita luar biasa lembutnya, baik dan manis menyapa orang, tetapi pada hari lain, dia sangat menjengkelkan bagi keluarganya, lingkungan kerja dan masyarakat. Jadi mempersembahkan tubuh adalah beribadah yang sejati (dari kata asli)
6. Perbedaan orang yang menerima kemurahan Tuhan bukan soal pakaian yang rapi dan konservatif, rambut yang rapi dan sopan, bersih dan klimis. Perbedaannya ialah kita tetap hidup dalam kesetiaan pada Tuhan di tengah kekerasan dunia ini.
7. Menurut pemikiran Charles darwin, seorang biolog kondang mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan persaingan yang keras. Setiap makhluk harus berjuang luar biasa untuk bertahan hidup. Siapa yang kuat dia yang hidup. Maka untuk bisa survive dalam hidup ini, dunia membolehkan sikut sana sikut sini. Itu adalah perjuangan.
8. Nietzsche, seorang filsuf Jerman sangat dipengaruhi teori Darwin ini. Dia melihat, di mana-mana yang lemah di makan yang kuat. Untuk bisa bertahan hidup harus tunduk pada yang kuat. Orang miskin di Indonesia harus tunduk pada keputusan pemerintah, menerima bantuan tunai langsung untuk mempertahakan hidup beberapa saat, meski pun itu tidak membangun eksistensi kemanusiaan mereka, sebab jika mereka melawan akan dihancurkan dengan sistem politik ekonomi yang tidak mereka pahami.
9. Dan ini yang dikatakan Paulus berbeda dari dunia. Berani tampil beda, adalah anjuran yang diperintahkan Rasul Paulus di ayat 2 ini. Jelas keberanian tampil beda harus didasari oleh pola pikir yang baru, yang diperbaharui oleh Tuhan. Tampil beda, berbeda dari cara pandang dunia, di mana dosa sudah masuk ke dalam dunia (Rom 5:12). Jadi orang kristen perlu mengisi hidup dengan benar dan cerdas, agar mampu mengkritisi dan menyikapi persoalan hidup dengan kuat. Memang banyak orang mengatakan itu kebodohan, tidak apa-apa, bukankah salib itu disebut sebagai kebodahan, tetapi kristus harus melaluinya untuk keselamatan manusia? Demi kemurahanNya, Dia disebut bodoh?
10. Kita boleh mengangkat Daniel sebagai contoh. Dia tinggal di istana raja yang tidak seiman dengan dia. Dia dikelilingi pegawai istana yang membencinya karena dia berbeda dengan dunia ini. Meski banyak yang mengincarnya untuk mencari kesalahannya, tapi dia menunjukkan kesetian pada Tuhan dan kerja keras pada pekerjaannya on duty. Disiplin dan bertangung jawab secara tugas.
11. Memang banyak orang meragukan, dapat sukses dengan berlaku jujur dan benar apalagi dalam usaha dagang atau bisnis. Kalau kita jujur kita akan bangkrut. Itu prinsip orang kristen yang menjadi pengusaha. Tapi apakah benar demikian? Seorang pengusaha sukses pernah bersaksi, dia pernah kalah tender untuk penggalian tambang berlian di martapura, kalimantan. Dia harus berjuang untuk bisa bangun dari keterpurukannya. Dia meminjam uang membayar para karyawan dan memulihkan perusahaan, karena uang mereka sudah sempat masuk dalam pengurusan penggalian. Tapi berkat ketekunan dalam doa, dan kerja keras serta on duty dalam tugas, di luar perhitungannya, dia menerima tugas untuk meneruskan proyek penggalian tambang berlian di mertapura. Karena sesuai denga proposal, dia yang layak menerima tugas itu.
12. Itu yang dikatakan Pdt. Dr Eka Darmaputra, tunjukkanlah nilai lebih kita sebagai kristen, bukan hanya dengan hasilnya, tetapi juga dengan caranya. Hasil memuaskan dengan cara yang sehat dan bersih. Iman dan akal sehat.
13. Maka jangan serupa dengan dunia ini, adalah nasihat agar kita jangan oleh belaian dunia ini masuk pada pengaruhnya yang kotor dan jahat, di mana di dunia ini penuh dengan pergolakan, dosa dan pemberontakan. Tapi bukan juga mengasingkan diri dari dunia ini, atau keluar dari dunia ini. Doa yesus dalam Yoh 17,15 dikatakan, ‘Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia...’ Hidup di dunia, tapi dengan cara pandang yang berbeda dengan dunia ini. Kalau dunia berkata, hotel yang baik harus ada perempuannya, tetapi orang kristen sudah membuktikan bahwa mitos itu harus dihapus dengan pelayanan yang baik kreatif dan innovatif. Pelayanan yang berbeda dari dunia, tapi memuaskan konsumen.
14. Biar pun seluruh indonesia KKN, tiak perlu kita menyesuaikan diri sistim dunia ini, karena ada orang kristen yang sukses dalam karir dan jabatan, walaupun dia tidak menyogok untuk mendapat jabatan. Memang itu sulit, tapi kita harus berjuang dalam hidup ini dengan keyakinan bahwa Roh Tuhan yang turun ke dunia ini, bukan sekedar menunjukkan kemaha kuasaan Allah, tetapi menuntun, mengajar dan membimbing kita untuk cerdas, beriman dan berakal di dunia yang penuh kesesakan bagi umat Tuhan.
15. Saat ini, kita diajak untuk memperbaharui budi. Be transformed. Berubah bukan karena kekuatan kita, tapi itu bagian dari pekerjaan Roh Tuhan yang ada di dalam kita. Dia menarik kita dari yang negatif ke arah yang positif. Hidup dalam pengawasan Roh Kudus dan masuk dalam dunia yang tidak berubah secara rohani. Kita berubah dari sifat yang duniawi, menjadi esensi yang dikendaki Tuhan, di mana perubahan itu bukan soal penampilan luar tetapi berhubungan dengan pertobatan.
16. Hidup adalah karena kasih karunia belaka, kita tidak perlu terlalu melambung, mencapai sesuatu yang jauh di luar kemampuan kita, bila kita hanya memikirkan yang terlalu tinggi, sehingga tidak melakukan sesuai dengan talenta yang kita miliki. Padahal untuk masing-masing orang, Tuhan memberi talenta dan kemampuan. Jika talena itu kita asah dan kembangkan, maka kita akan kuat dan bertahan dalam dunia yang penuh pergolakan ini.
17. Menjadi kristen perlu kerendahan hati, sehingga kuat menghadapi kegagalan. Tapi bukan menjadi tidak berbuat apa-apa. Keanggotaan kita terwujud dari karunia yang kita miliki. Berbagi tugas. Karunia bukan membangun hubungan hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama untuk masuk dalam ibadah yang benar.
18. Karunia bisa membahayakan, karena bisa terjadi penonjolan diri. Hanya kasih lah yang mencegah terjadinya kesombongan. Maka mengakhiri perikope ini, Paulus menasihati untuk saling mengasihi, dengan berlaku baik dan menjauhi yang jahat. Kasih itu adalah agape, bukan kepura-puraan. Kasih kekristenan adalah cerminan kristus yang datang di dunia yang jahat ini. Kita menjadi kuat, dengan bersenjatakan kasih dalam melawan kejahatan (hanya 15 menit kuat seseorang marah, kalau kita tidak menanggapi, dia akan melebur).
19. Alamat kasih itu adalah semua orang. Bukan hanya kristen, sebab Kristus datang untuk semua orang. Penghormatan bukan untuk yang kuat, taoi kita seperti bekejar-kejaran menghormati sesama kita.

Senin, 26 Oktober 2009

Pesta Huria, sebagai Pesta Panen: Pesta Gotilon/unduh-unduh

Apakah Pesta Huria/gotilon dalam tradisi kekristenan di tanah Batak?
Pesta jemaat (gotilon) merupakan ungkapan syukur atas berkat dan kasih karunia Tuhan yang menjaga, memelihara kehidupan umatNya. Ucapan syukur ini dilakukan melalui pesta panen, sebagaimana Umat Israel yang diiringin nyanyian dan tarian. Selain pesta panen sebagai pesta besar di Israel, mereka juga mengenal pesta besar lainnya, yaitu pesta hari pengumpulan hasil/Hari Raya Pondok Daun.
Tulisan ini sengaja dibuat sebagai bahan perenungan, khususnya untuk jemaat HKBP Dukuh Kupang, Surabaya, karena 25 oktober ’09, HKBP Dukuh Kupang merayakan pesta Huria/Gotilon dengan kegiatan cerdas cermat bible dan buku ende, olah raga: tennis meja dan catur, serta koor antar sector. Disamping itu, pada umumnya gereja-gereja Batak juga mengadopsi acara perayaan ini sebagai cara mengucapkan syukur pada Tuhan atas penyertaanNya sepanjang tahun dalam hidup dan pekerjaan umatNya. Bagi gereja Jawa atau Kristen yang tinggal di jawa merauakannya dengan pesta unduh-unduh.
Pada waktu pesta panen, hasil pertama dari pemberian Tuhan (buah sulung dari tananam dan peliharaan, atau gaji) di bawa ke Bait Suci, Imam meletakkan persembahan buah sulung jemaat di altar. Hal ini mengingatkan bagaimana dahulu bagaimana dahulu Umat Israel mengalami kelaparan, yang membawa mereka ke Mesir, di sana mereka ditindas sebagai budak. Dari penindasan dan rasa lapar itulah Allah mendengar teriakan minta tolong mereka, Allah membebaskan mereka. Belas kasihan Allah terhadap umat yang menderita itu dinyatakan dengan janji akan memberi mereka tanah yang subur, penuh madu dan susu, tanah perjanjian tanah Isreal di Negeri kanaan. Peristiwa bersejarah inilah membuat setiap orang dan seisi rumahnya akan bersukaria dan sujud di hadapan Allah atas semua kebaikannya (Ulangan 16, 9-12; 26). Haruslah umat Tuhan bersukaria dan memberikan persembahan dengan sukarela, sesuai dengan berkat yang diberikan oleh Tuhan.
Hari Raya Pondok Daun (Pengumpulan hasil tanah) dikaitkan dengan masa pengembaraan umat Israel di Padang Gurun. Saat mereka belum mempunyai rumah tetap. Perayaan ini merupakan panen anggur (Ulangan 16,13-17), pengucapan syukur umat Tuhan atas panen mereka. Para perayaan ini, umat akan tingggal di pondok-pondok mencerminkan perlindungan Allah atas umat Israel selama mengembara di Padang Gurun (Imamat 23,39-43).
Tradisi pesta Huria/gotilon dilaksanakan HKBP dengan menyadari bahwa berbagai pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna bersumber dari Tuhan. Dia memberkati manusia dengan berlimpah walau manusia itu sering membrontak padaNya. Tradisi ini diadopsi dari kebiasaan umat Tuhan, di mana persembahan yang di bawa dari hasil panen/kerjanya dibawa sebagai persembahan yang diterima para penatua (sintua) dan diletakkan di altar gereja (Altar gereja dipahami secara teologis sebagai areal sorgawi). Persembahan ini adalah persembahan kepada Allah (bnd. Kain dan Habel yang membawa persembahan kepada Allah dari hasil panen mereka).
Pada perayaan pesta gotilon, para ibu membawa hasil panen dari sawah/ladangnya, kaum bapak memberikan envelope berisi uang dari hasil penjualan panen atau ternaknya, pemuda/remaja dan sekolah minggu membawa ‘silua’ (persembahan berbentuk barang, seperti Orange chrush, limun, roti, dll.) setelah itu semua persembahan hasil panen (uang dan barang) didoakan dalam doa persembahan pesta gotilon. Barang-barang itu kemudian dikembalikan kepada jemaat dalam bentuk ‘lelang’.
Ada yang menarik dari peristiwa lelang ini, di mana bahan yang dilelang bukan masalah sesuai dengan selera jemaat barang yang dilelang atau sesuai harga pasar. Tetapi karena ini merupakan persembahan, secara teologis jemaat menerima hasil lelang dengan harga yang mahal dan barang yang belum tentu sesuai selera si pelelang. Artinya jemaat dengan sikap teologis menerima hasil lelang sebagai cara memberi persembahan meskipun berbeda dengan harga pasar dan selera.
Ketika warga jemaat digerakkan oleh Roh Kudus memberi sesuatu yang berguna bagi GerejaNya, maka itu terjadi dalam rangka memuliakan Tuhan sebagai sumber rejeki. Dalam pesta gotilon dengan melelang bahan-bahan dapat juga terjadi karena dipengaruhi tradisi ‘marsiadap-ari’ (saling menolong) dalam budaya kerja masyarakat Batak, di mana jemaat memahami bahwa untuk mendukung dana operasional gereja, jemaat saling memberi atau menukarkan barang-barang yang dipersembahkan dalam bentuk uang. Tradisi inilah sampai sekarang yang masih berlangsung dalam mendukung keuangan HKBP, di mana semua jemaat dari sekolah minggu hingga orang tuaberperan aktif menggali dana untuk keperluaan Gereja Tuhan di bumi. Maka HKBP boleh menjadi jemaat yang mandiri secara dana dan daya dengan tradisi yang melekat di hati jemaat, walau mungkin bagi orang yang tidak memahami tradisi ini melihat dari perspektif yang berbeda. Selain pesta lelang, jemaat juga akan makan bersama. Masing-masing keluarga akan membawa nasi dan minumamnya, sementara lauknya disediakan oleh Gereja (walaupun di HKBP yang diperantauan, gereja telah meyiapkan semua sajian makan siang jemaat).
Pesta huria/gotilon merupakan kesempatan yang indah bagi setiap warga jemaat untuk bersyukur kepada Tuhan, menyatakan kuasa Allah yang berlangsung dalam pekerjaan. Allah hadir saat menabur benih, menyiram dan memberi pertumbuhan. Dia lah yang memberi matahari, hujan dan embun untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Oleh karena itu wajarlah jika manusia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sebab Dia yang mengawai dan mengakhiri tugas kita (BE 373,1-3: yang dinyanyikan setiap pesta gotilon sebagai ucapan syukur umat).
Pada minggu ini (25-10-09) Jemaat HKBP Dukuh Kupang merayakan pesta gotilon; Tuhan memberi ruang, menghayati iman atas karya Ilahi yang memberkati hidup jemaat dan pekerjaan umat sepanjang tahun 2009 ini. Uangkapan syukur yang bagaimanakah yang kita sampaikan pada Dias umber berkat kita? Apakah yang yang pantas kita berikan ke gerejaNya? Jemaat tidak lagi bertani atau beternak, tapi kasih Tuhan menghantar kita boleh tinggal dan hidup dengan berbagai jenis pekerjaan di Kota Surabaya sekitarnya. Jemaat tidak lagi membawa persembahan berupa barang hasil panen, tapi jemaat diajak mengucap syukur dari seluruh kehidupannya: roh, jiwa, nyawa, hidup dan harta milikku semua. Kuserahkan padaMu untuk selama-lamnya (BE 204,2: Yang sekaligus lagu wajib dalam festival Koor).
Untuk boleh memahami pesta ini, jemaat harus tahu tentang teologia persembahan, di mana persembahan adalah ungkapan syukur dan pengakuan iman akan keberadaan Allah sebagai sumber segala sesuatu. Dia Tuhan pemilik kehidupan dan semua yang ada dalam hidup manusia. Bila masing-masing orang mengimani, menyadari dan mengaminkan kasih Tuhan dalam hidupnya, memberi persembahan sebagai ucapan syukur atau respon atas kebaikan Tuhan, maka itu jugalah dasar bagi kita ‘meminta’ dari Tuhan, karena kita telah benar-benar mengenal Dia. Karena itu, janganlah kita mempercayakan diri pada manusia, pada kuasa yang dimiliki manusia di dunia yang fana ini, tetapi percayakanlah hidupmu sepenuhnya pada Tuhan, dan Dia akan memberi jalan bagimu.

Selamat berpesta panen, Tuhan Yesus memberkati! Horas…….horas……horas……..

Jumat, 23 Oktober 2009

Yosua 1,6-9

“Kuatkan dan Teguhkanlah hatimu!”
1. Memulai suatu tugas, atau tanggung jawab yang diembankan pada seseorang, dapat membuatnya gugup, gamang, takut dan kehilangan kekuatan. Mungkin akan muncul pertanyaan; ‘Sanggupkah aku melakukannya?’ Ketika seseorang diangkat sebagai pejabat di pemerintahan, maka istri yang merasa tidak mampu, mempersiapkan diri dengan belajar kepribadian supaya sanggup berdiri di depan umum dengan cantik dan percaya diri.
2. Tangung jawab atau tugas membuat kita ingin tampil baik dan berhasil mencapai target yang sudah ditugaskan untuk kita capai. Hanya sering terjadi, kita bekerja menjadi tidak hati-hati, tidak sesuai hukum atau aturan permainan yang ditentukan demi mencapai target, sehingga bila target tidak tercapai, terjadi ketakutan; takut diturunkan dari jabatan, takut tidak jadi dipromosikan dan mungkin bisa pada tingkat stress karena beban dalam melakukan tugas. (bnd. 100 hari pertama kinerja para kabitnet bersatu jilid 2)
3. Apakah dasar kekuatan kita dalam menjalankan tugas yang kita terima? Rich Warren dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa yang pertama kita ketahui dalam menjalankan tugas kita adalah apa tujuan kita bekerja. Menurut Warren tujuan kita adalah kekekalan, bukan kesementaraan, maka bila tujuan kita adalah kekekalan, kita akan memuliakan Tuhan dalam tugas kita, tidak lagi mengandalkan kekuatan, bukan hanya untuk mencapai target belaka. Dalam flim Facing the Giant ditemukan seorang guru olah raga yang gagal, ketika telah mengetahui tujuan hidupnya, di mengubah Paradigma dan pandangan hidupnya secara drastis, dia bukan lagi ‘target oriented’ melainkan menjadi ‘process oriented’. Dengan belajar dari pengalaman hidup, dia tahu bahwa tujuan utama dalam hidup bukanlah target atau hasil yang bisa dicapai, tetapi bagaimana melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya – sebagai Ibadah kepada Tuhan.
4. Melakukan tugas, bukan soal apa yang kita ketahui,atau keahlian apa yang kita miliki, tapi bagaiaman menggunakan talenta atau keahlian itu dalam menjalankan tugas sesuai aturan yang ditentukan Allah. Bagaimana kita melakukan tugas itu di tengah dunia, tugas itu boleh berarti bagi orang lain, dan Allah tetap dimuliakan. Dalam percakapan seorang Pastor Michael Bassano, seorang missionari sukarelawan dari Amerika, dengan pasien penderita HIV/AIDS di sebuah kuil Budha di Thailand: sang pasien yang kakinay dipijit karena tidak berjalan berkata pada sang pastor, ‘sekarang kau memijit kakiku, nanti kalau kita di surga, aku akan memijit kakimu’ Pastor itu menjawab, ‘Jangan tunggu melakukan kebaikan sampai kau di surga, tapi lakukanlah apa yang dapat kau lakukan sekarang, ketika kau masih hidup’. Dialog ini, merupakan peneguhan bagi setiap pekerja untuk tidak menunggu melakukan tanggung jawab imannya, tapi memulai sejak tugas itu kita terima, sebab surga tidak lagi membutuhkan kebaikan kita, surga sudah penuh kebaikan.
5. Ketika terjadi proses peralihan tugas dalam perebutan tanah Kanaan antara Musa yang telah mati kepada Yosua dalam memimpin bangsa itu, terjadi ketidak-pastian dan keragu-raguan, maka Allah berfirman: ‘Seperti yang kulakukan pada Musa pendahulumu, bahwa aku menyertainya, Aku pun menyertaimu. Karena itu, kuatkan dan teguhkanlah hatimu!
6. Janji Tuhan adalah ya dan amin. Janji itu adalah peneguhan bahwa Dia tidak akan membiarkan kita sendiri dalam menjalani tugas yang diembankan pada kita, Dia menyertai, Dia menguatkan, Dia meneguhkan. Saat kita lemah, Dia menguatkan, saat kita ragu, dia meneguhkan, saat kita tidak mempunyai apapun, dia memperlengkapi. Janji itulah yang dikatakan pada Yosua dalam tugas perebutan tanah kanaan. Janji itulah garansi/jaminan bagi Yosua bahwa mereka akan menduduki dan pemilik tanah itu. Semua yang kau lewati, bahkan yang kau injak menjadi milikmu. Yosua menerima tugas itu dengan menyeberangi sunga Yordan.
7. Dalam ay 2b-3, dikatakan bahwa Tuhan sendiri lah yang memberikan tanah itu menjadi milik Israel. Perebutan terjadi, karena tanah itu masih diduduki penduduk asli negeri itu. Dalam rangka menghalau mereka, Tuhan mengingatkan Yosua, agar bertindak hati-hati, seusai hukum yang telah diberi Musa, jangan menyimpang ke kira dan ke kanan.
8. Syarat ini sangat sederhana, soal kepatuhan akan kehendak Allah dalam mencapai tujuan. Jika syarat ini diberlakukan dalam setiap tugas-tugas kita, tentu akan menghaslakan yang baik, dan jani Tuhan mengatakan pada Yosua, engkau akan beruntung! Persoalan sering timbul ketika dalam tugas kita mengandalkan strategi dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Kita memakai cara kita dan bertindak sesuai dengan apa yang kita pikir baik. Seandainya tugas kenegaraan diberi untuk kita pikul, maka kita akan mempersiapkan diri dengan mempelajai apa kelemahan musuh, apa alat yang digunakan dan strategi pencapaian target. Kita akan bertindak sejauh yang kita pikir baik dan benar, dan kita akan mengkotakkan itulah juga kemampuan Tuhan dalam mengutus kita. Bahkan di tengah pelayanan kemanusiaan pun sering kita memakai cara dan aturan kita sendiri, sehingga kita memaksakan pikiran kita, sebagai pikiran Allah.
9. Yosua memulai tugas dengan janji Tuhan, “Aku akan menguatkan dan meneguhkan!” Itu juga janji Tuhan pada setiap orang dalam memulai dan menjalankan tugas. Bila kita lemah, maka kita akan kuat sebab kekuatan Allah menjadi sempurna dalam kelemahan kita (2 Korint 12,9-10). Artinya Allah, yang jauh lebih mengenal kita, mengetahui kemampuan kita dan merancang apa yang harus kita lakukan. Ada aturan, ada cara dan ada kemauan untuk rela mengabdi dalam menjalankan tugas itu.
10. Sejauh kita berpikir kita mampu, kita berpikir apa upah yang akan kuterima, maka kita bisa kehilangan semua harapan kita. Yosua yang dikuatkan dan diteguhkan Tuhan, tidak berpkir secara matematis, dia siap dan rela diutus oleh Tuhan dalam tugas berat secara kemanusiaan, sebab Tuhan meringankan beban beratnya.
11. Ketundukan dan kerelaan dalam menjalankan misi Allah di dunia akan memberi keuntungan bagi petugasnya, sejauh tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan, sejauh dia tunduk pada aturanNya dan bertindak sesuai dengan perintah Allah. (bnd. Matius 6,33).

Sabtu, 12 September 2009

Kisah Para rasul 28,1-10

Memberi Diri untuk Melayani Tuhan dan sesama
1. Hidup yang diombang-ambingkan rupa-rupa penderitaan dan bahaya, tidak menyurutkan orang percaya berharap dan berserah kepada kehendak/ketentuan Tuhan. Seperti Paulus dan mereka yang ada di dalam kapal, dengan bahaya yang mengancam hidup mereka, hingga mereka terdampar di Pulau Malta. Tempat asing dengan penduduk yang belum mengenal Tuhan.
2. Pulau Malta berisi berpenduduk yang ramah dan peduli. Mereka Belum mengenal Allah, tapi cara berpikir mereka yang sederhana memberi kesan bahwa mereka peduli dengan sesama manusia, mereka mau menolong sesamanya. Ketika kapal itu terdampar dan mereka yang ada di papal merasa kedinginan, mereka menyalakan api untuk memberi kehangatan, mereka ditolong bukan di rampok. Padahal bila kita lihat masyarakat kita yang telah mengklaim diri sebagai umat beragama sering sekali membuat orang lain tidak nyaman tinggal dan lewat dari tempat di mana penduduknya telah mengenal Tuhan sebagai penolong dan Tuhan yang peduli.
3. Beberapa tahun lalu, salah seorang dosen saya waktu di S1 mengalami kecelakaan, mobilnya jatuh. Dosen saya itu selamat, tetapi semua barang-barangnya, termasuk kacamatanya raib. Ketika ada diantara kami menyatakan rasa kesalnya terhadap penduduk setempat, sang dosen berkata: ‘justru kalau barang-barang saya tidak hilang, baru saya heran’. Artinya, beragama pun tidak jaminan memberi kita kenyamanan tinggal bersama dengan yang lain. Korban kerusuhan ’98 juga semakin tenderita karena harta mereka juga ikut dijarah. kesempatan sebagian orang mencelakakan orang yang sudah menderita.
4. Kehidupan dan prilaku penduduk Malta ini menjadi catatan positif bagi kita pada masa ini, ketika ada orang yang tidak peduli dengan penderitaan orang lain yang mengalami bencana, ketika ada orang yang mengais rejeki dengan kecelakaan orang lain, tapi mereka tidak mengambil keuntungan di atas penderitaan paulus dan teman-temannya, tapi memberi pertolongan dan kehangatan.
5. Melihat keramahan dan kebaikan penduduk Malta, secara spontan Paulus ikut mengambil ranking untuk di masukkan ke dalam api itu, tapi tiba-tiba ada ular beludak yang kepanasan memagut tangannya. Melihat kejadian itu, penduduk Malta memahami bahwa Paulus adalah seorang pembunuh. Pemikiran sederhana mereka melhat bahwa peristiwa alam yang menimpa Amat manusia merupakan cara Allah menghukum umatNya yang tidak melakukan kehendakNya. Maka ketika ada sesuatu yang membuat Paulus merasa sakit, dipagut ular, itu dipahami sebagai cara Allah memberi hukuman atas keselahan Paulus. Mesk Paulus lolos dari maut di laut, namun tidak dibiarkan dia hidup. Ketika orang Malta memahami Paulus sebagai pembunuh dan lewat alam dia dihukum, tapi Paulus tidak panik, dia tidak menjadi menderita dengan persoalan itu, tapi dengan tenang di mengibaskannya di atas api, dan Paulus tidak tenderita walau ular itu terpaut di tangannya. Ketika penduduk itu memahami bahwa Paulus tenderita dan mati, mereka salah, Paulus tidak mengalami penderitaan, Paulus ada dalam keadaan baik. Seketika itu berubah lah hati mereka, cara pandang mereka terhadap Paulus, mereka memberi nama baru baginya, dia disebut sebagai dewa, karena ular dan ap tidak mencelakakannya.
6. Hubungan baik dengan Allah sering memberi manusia jaminan dan kemenangan. Allah tidak membiarkan hambaNya di permalukan atau bahkan menjadi bahan pergunjingan orang lain. Itu pemahaman orang terhadap Paulus yang selamat darikecelakaan. (dengan tetap tenang, kamu akan menang; Yesaya 30, 15; pengkhotbah 4,6). Itu benar, tapi tidak jaminan bahwa hamba Tuhan tidak mengalami kecelakaan atau terkena dampak dari peristiwa alam. Ketika ada hambaNya atau orang percata tenderita atau mati oleh peristiwa alam, bukan berarti bahwa Tuhan tidak peduli atau mempermalukan hambaNya, tapia da kadang terjadi ‘pembiaran’ Allah atas hidup orang yang percata. Jadi kalau dalam perikope ini Paulus selamat, itu berarti bahwa Tuhan masih punya rencana atas hidupnya untuk memberi diri dan melayani orang lain.
7. Dari peristiwa yang terjadi, ada proses untuk mengenal, serta mengubah persepsi tentang diri seseorang. Dari pemikiran pembunuh menjadi dewa, karena selamat dari maut diyakini adalah pekerjaan dari sesuatu yang transendental. Peristiwa yang mengubah cara pandang.
8. Publius gubernur, pulau itu menyambut mereka memberi penginapan, makan minum selama tiga hari. Paulus tidak hanya bersukacita karena dia diselamatkan dari maut dan kecelakaan, tapi juga atas orang-orang yang baik, yang menjamu dan memberinya penginapan. Kebaikan yang diterima dari penduduk bahkan dari Gubernur mereka adalah sikap Allah yang terwujud di tengah dunia yang belum mengenalNya. Lalu bagaimanakah sikap orang yang sudah percaya padaNya?
9. Paulus sebagai hamba Allah tergerak mengatasi penderitaan dan pergumulan gubernur Publius dan penduduk Malta. Paulus menyembuhkan penyakit ayah gubernu Publius dengan berdoa, penumpangan tangan dan tindakan medis. Paulus tergerak untuk melayani penduduk Malta dengan mengajarkan iman kristen kepada mereka. Dia memberitakan Tuhan sang Tabib, dia berdoa, dia juga berbuat untuk kehidupan penduduk itu.
10. Hidup yang diselamatkan adalah hidup yang melayani dan memberi diri untuk orang lain. Paulus yang mengalami kebaikan Tuhan dalam hidupnya selalu mendorong dia untuk terus berlaku baik di tengah kehidupannya. Maka panggilan bagi kita sebagai Amat percata, sebagai orang menerima keselamatan dan dikeluarkan dari alam maut adalah untuk terus melayani dan berlaku baik bagi semua orang, tidak dibatasi oleh tembok-tembok gereja, tapi melampaui tembok-tembok sehingga keluar jauh dari diri kita. Paulus tidak hanya menerima berkat pemeliharaan, tapi dia mengubah diri menjadi berkat dalam memelihara kehidupan umat Tuhan di bumi.
11. Kesadaran aka kebikan Tuhan akan mengarahkan kita hidup baik dan benar, akan membuat hati berespon baik dan mensyukuri kerja Tuhan yang memelihara hidup kita. Yesus yang memberi diri, berkorban untuk hidup manusia, adalah gambaran bagi kita supaya kita memberi respon yang sama di mana kita mau melayaniNya dengan berbuat baik untuk kehidupan umat manusia.
12. Perempuan sarfat (epistel), yang secara logika tidak mampu memberi makan hambaNya, tapi mendorong kita untuk menyatakan kerajaan Allah di bumi bahwa dalam kelemahan kita sekali pun, jika kita mau dipakai Tuhan dan menyerahkan pekerjaan kita pada ketentuan Tuhan, maka semua dapat kita lakukan. Dari hidup yang biasa, di dalam tangan Tuhan, kita bisa menjadi luar biasa.
13. Artinya memberitakan injil selalu membawa slalom secara holistik dalam kehidupan manusia. Dalam tahun diakonia ini, kita terpanggil untuk membuahkan buah yang lebat, perbuatan yang menghasilkan buah yang dapat dinikmati banyak orang. Paulus yang selamat dari bahaya maut, tidak berpuas diri dengan menjaga hidupnya, tetapi dia berespon atas keselamatan itu untuk menyelamatkan orang lain. Itulah injil dinyatakan di dunia, karena tidak smua orang dapat membaca alkitab kita, tapi sikap hidup kita yang mau memberi diri dan melayani orang lain, adalah injil yang terbuka yang dapat dibaca semua orang. Selamat melayani, Tuhan memberkati.

Sabtu, 05 September 2009

Yohanes 17, 14-23

Satu di dalam Tuhan
1. Antonio De Mello, mencatat sebuah metafora yang dikisahkan oleh Alexander Plutarkus, sbb: Alexander Agung bertemu dengan Filsuf Diognes yang sedang memperhatikan setumpuk tulang manusia. Alexander Agung bertanya ‘apa yang sedang kau amati?’ ‘Sesuatu yang tidak bisa saya temukan’ jawab sang filsuf. ‘Apa itu?’ ‘perbedaan antara tulang-tulang ayahmu dengan tulang-tulang budak ayahmu’. Metáfora ini adalah gambaran tentang kesamaan manusia secara penciptaan fisik bahwa tidak dapat dibedakan, meskipun dia raja terhadap budaknya.
2. Bagaimana memahami kesatuan? Dimulai dari konsepsi diri. ‘Menurut saya, siapakah seseorang itu bagi saya?’ Jika seseorang kita sebut sebagai teman, maka kita akan memperlakukannya sebagai teman, atau saudara atau budak. Sikap kita terhadap seseorang, tergantung pada sikap itulah kita memperlakukannya. Didalamnya juga boleh terjadi pertukaran kepentingan. Kepentingan apa yang kita punya untuk ditukar dengan orang lain, sehingga kita menyebut dia sebagai ‘seseorang’. Maka untuk menciptakan kesatuan/kerukunan hidup tergantung pada konsep kita mengenai orang lain.
3. Kesatuan atau kerukunan (rukun=tiang dasar: Bahasa Arab) merupakan dasar persekutuan umat manusia di tengah kehidupan. Bagi masyarakat Jawa kerukunan berarti sekata, mufakat, damai. Kata ini melambangkan sikap hidup yang mau membuang keinginan untuk menentang atau berkonflik di tengan persekutuan. Keinginan untuk bersekutu secara damai, dan bermufakat untuk mengambil sebuah keputusan. Bila mufakat telah ada, maka jarang ditemukan konflik dalam sebuah persekutuan, itulah yang dianut oleh orang jawa hidup harmoni, inge…inge…, tapi keputusan ada dalam hati. Dihadapan Raja, seorang budak akan berkata inge, tapi pelaksanaan tergantung apa yang telah dianutnya. Penghindaran pada konflik.
4. Tapi menurut Pdt. DR. Eka Darmaputra, bahwa bersatu (rukun) tanpa konflik dapt menghilangkan nilai-nilai kebenaran, itu sebabnya Yesus pun siap berkonflik jika untuk menegakkan kebenaran. Jika nama Allah dipermuliakan, konflik boleh terjadi. Maka bila suatu waktu Gereja mengalami konflik, bukan berarti Roh Tuhan tidak ada di Gereja itu, tetapi gereja sedang menegakkan kebenaran, maka yang membenci kebenaran, yang cinta pada dunia ini akan menolak kebenaran itu, dan menganggap bahwa yang menegakkan kebenaran sebagai sumber kerusuhan. Kadang-kadang dalam tubuh gereja ada konflik mari kita melihat itu sebagai bagi dari pemurnian dan penegakan kebenaran. Artinya boleh berbeda pendapat dalam memahami aturan-atura tertentu, tetapi pikran yang cerah dan hati yang berdamai tetap berdiam dalam diri orang percaya.
5. Dimanakah letak kepengikutan kita sebagai umat percaya pada Tuhan Yesus? Menurut perikope ini bukan pada kekayaan, kemuliaan, tetapi pada kesatuan, atau hidup rukun antar sesame. Dan itulah doa Tuhan Yesus dalam Yoh 17 ini, supaya orang percaya diam dalam FirmanNya bersatu; satu hati, satu suara dalam memuji Tuhan (Rom 15,6).
6. Kesatuan adalah hal yang sangat baik dalam kehidupan manusia, tetapi sangat sulit untuk bisa bersatu hati seorang terhadap, sebab panggilan jiwa manusia ingin berpisah. Hanya untuk memperbincangkan pakaian seragam pun dalam suatu kumpulan boleh menjadi sumber perpecahan. Ingin seragam, supaya kelihatan bersatu, tapi karena warna atau bahan kain bisa membuat si A dan si B bermusuhan. Itulah sulitnya untuk bersatu, apalagi mempertemukan pikiran dari beberapa orang yang berlatar belakang yang berbeda, tentu akan semakin sulit. Oleh karena itulah Yesus sangat menekankan agar para murid, pengikut Kristus mau bersatu, seperti Bapak dengan Anak, demikianlah hendaknya para murid bersatu di dalam nama Allah, Putra dan Roh Kudus, (ay 21). Penekanan doa Yesus inilah hendaknya kita ingat dalam perjalanan Gereja, supaya mengejar kerukunan dalam hidup bergereja.
7. Ketika Yesus menyampaikan Firman Tuhan pada muridNya, dunia menjadi membenciNya, dunia menolak kebenaran firman itu. Hal ini terjadi karena Yesus bukan dari dunia ini. Dunia tidak dapat menerima firman Tuhan yang bertentangan dengan keinginan dunia ini. Firman Tuhan membawa kedamaian, sukacita dan kebenaran, tapi menghendaki perpecahan, kesukaran dan ketidak-benaran, maka ketika Yesus datang ke dunia, ketika Dia mengabarkan kabar gembira dan perdamaian, maka dunia menjadi benci dan membuat perlawanan, pertentangan yang memecah kesatuan umat manusia. Itu berarti, jika kita memberitakan firman Tuhan, jangan berharap bahwa semua akan menerima dan mau berubah, jangan berharap bahwa kita akan dihargai dengan firman yang kita sampaikan. Jangan-jangan firman yang kita bawa menjadi sumber petaka bagi kita, karena akan ada orang yang memusuhi kita, menfitnah kita, walau untuk yang mau selamat firman itu akan membahagiakan dan membuatnya semakin dicerahkan. Bagi orang percaya Firman itu akan menyenangkan, tapi bagi orang yang tidak percaya akan membencinya.
8. Firman Tuhan seperti cermin, membersihkan; seperti pelita yang menuntun dan seperti pedang. Orang relajar, membaca dan mendengar Firman Tuhan akan nampak dari sikap hidupnya seharí-hari (Yakobus 1,22).
9. Yang menjadi pertanyaan, mengapa dunia ini membenci FirmanNya? Karena firman itu yang adalah Tuhan Yesus tidak berasal dari dunia ini (bnd. Nikomdemus yang lahir kedua kali). Dia bersembunyi untuk bertemu Yesus, karena dunia membenci pertemuan mereka. Dunia ingin semua seperti dunia ini, mencintai ketidakbenaran dan berlaku jahat terhadap semua.
10. Bila dunia ini tidak lagi membenci pemberita Injil, mungkin karena pemberita injil itu pun sudah seperti dunia ini (materialistis, humanistis, hidup seturut dunia atau bermoral dunia). Contoh: kalau statu kelompok mau retreat, biasanya akan dipersiapkan dengan kesatuan iman, dengan puasa dan doa. Berdoa semalam suntuk, mengadakan doa berantai untuk kesuksesan acara ini; kesatuan hati, tempat yang aman dan tidak diganggu, jauh dari kuasa iblis dan pengaruh orang-orang dari kumpulan itu yang suka membuat keonaran. Tapi ada yang tidak begitu matang persiapan, dan tidak begitu serius dan siap secara doa, tapi acara mereka boleh berjalan dengan tenang, di mana retreat mereka jadikan sebagai saat memuaskan hasrat dunia mereka. Seperti pernah terjadi kumpulan kaum Bapak (punguan ama) hendak retreat, mereka berkata ‘parade hian tarum’ (mempersiapkan modal untuk main judi di tempat retreat). Artinya, retreat hanya alasan untuk kumpul-kumpul dan menyenangkan hati di tempat terpencil, dan memakai program gereja untuk brlaku dunia. Tentu kekuatan dunia ini tidak mengganggu mereka, karena mereka sama dengan dunia ini.
11. Tuhan bukan mau menjauhkan muridNya dari dunia ini, atau mengasingkan diri sebagai tanda orang-orang suci, tetapi hendaklah para murid menunjukkan penyertaan Allah sesuai dengan janjiNya yang mengatakan akan menyertai orang yang percata padaNya, bahwa hidup mereka berbeda dari dunia ini. Jangan kita berpikir bahwa orang percata akan mulus hidupnya dalam penyertaan Allah, bukan justru orang percata di tengah dunia akan mengalami kesulitan, kesusahan. Karena itu, sebagai orang percata haru terus esquís dalam hidup tidak kehilangan pengharapan meski banyak yang membenci karena kebenaran yang dipegangnya teguh.
12. Tuhan akan selalu menguduskan dan menguatkan muridNya dalam tugas pelayanan di tengah dunia ini, sehingga tetap teguh dala miman, walau banyak kebencian mengitari hidup para hambaNya. Dengan demikian firman Tuhan tidak akan berhenti diberitakan, dari satu generasi ke generasi berikut, terus berlanjut, sebab tuhan sendiri yang mengutus. Seperti Engkau mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus mereka. Utusan Tuhan akan selalu dituntun dan diarahkan dalam pemeberitaan, akan selalu dikuatkan melampaui persoalan (Matius 10, 16; Efesus 5,25-26; Yoh 15,3; Mzm 119, 9; 1 Tes 5,23).
13. Dia menguduskan diriNya dengan menyerahkan hidupNya sendiri di kayu salib, supaya melalui hidup Yesus, menjadi tiruan bagi umatNya yang bekerja dan melayani di dunia ini. Kematian Yesus adalah simbol kekuatan bagi orang percata, bahwa Dia mampu mengalahkan maut dengan kebangkitanNya (Yer 12,3; 1 Korint 1,30).
14. Yesus mendoakan orang percaya dan orang yang akan percaya. Doa ini berarti supaya para murid serius dalam pemberitaan injil sehingga firman Tuhan bergulir terus sampai ke ujung bumi. Disamping itu, jangan kita melihat sisi buruk dari orang lain (the other), bahwa mereka tidak akan percaya kepada Yesus, karena kita masih berharap dari mereka sebagai persekutuan orang yang akan percaya (1 Korint 15,10).
15. Yesus juga berdoa supaya kerukunan/kesatuan orang percaya adalah kesatuan yang diikat kasih Kristus yang diutus Bapak ke dunia ini. Jika manusia bersatu, maka dunia akan tentram, aman sejahtera, tetapi jika manusia tidak bersatu, maka dunia ini pun akan pecah (istilah orang Indonesia dalam merebut kemerdekaan; bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh). Kesatuan dalam kasih melampaui perbedaan, maka bersatu dalam kasih membuat keutuhan selama hidup, tetapi jira dipersatukan kepentingan akan mudah retak. Janganlah kesatuan denominasi menjadi sumber perpecahan umat percaya. Kita akan menemukan jawaban doa Yesus dalam kehidupan orang percaya di dunia ini, di mana umatNya menjalin kesatuan dan persatuan dala miman, kasih dan pengharapan kepada Yesus Kristus, Tuhan kita (Kisah 4,32; Rom 12, 10). Artinya, meskipun ada perbedaan bahkan pertentangan, jangan sampai kebencian berakar dalam diri kita.
16. Kesatuan bukan soal uniform, tetapi bersatu dalam pemikiran demi kemajuan gereja Tuhan, merencanakan kebaikan untuk kehidupan bersama, saling menerima dan mendahului dalam kasih, saling menghirmati dan merendahkan hati. Nilai kesatuan akan hilang bila satu sama lain saling menonjolkan diri dan sok tahu akan semua hal, atau berkeinginan mencoai orang lain dan menghakimi, memberi kesimpulan tentang hidup orang lain. Bersatu satu hati satu suara, tetapi tidak menghilangkan kebenaran (bukan bersatu unuk korupsi atau memusuhi orang lain).
17. Dampak dari kesatuan yang dibangun di dasar iman kepada Yesus adalah keindahan dan hidup rukun dengan sesama. Semoga kasih Tuhan membangun persekutuan yang benar di gerejaNya, dan kita sebagai tubuh Krisyus boleh mengembangkan kasihNya dalam membangun hidup bersama dengan orang lain.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Kejadian 17, 15-27

“Janji Allah”
1. Identitas baru yang diberikan Allah kepada istri Abraham, Sarai menjadi Sara, adalah suatu janji bahwa dia akan menjadi ibu bangsa-bangsa, dari keturunannya akan muncul raja-raja bangsa-bangsa. Itulah janji Allah bagi Abraham dan istrinya Sara. Janji itu merupakan lelucon bagi Abraham, dia tertawa; mungkinkah di usianya yang ke-99 dengan seorang istri berusia 90 tahun dapat melahirkan seorang anak?
2. Allah bukanlah manusia sehingga Dia berbohong, itu berarti janji Allah adalah ya dan amin, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 1,37). Namun pikiran manusia sering sulit menerima janji dan cara kerja Allah, sebagaimana Abraham yang mengandalkan pikirannya. Dia berpikir bahwa usia subur seorang perempuan maksimal 50 tahun, maka janji Allah menjadi hal yang lucu baginya, dan dia kurang menyakini apa yang dikatakan Tuhan tentang Sarai menjadi Sara.
3. Ketidakpercayaan Abraham menyebabkan dia memohon agar Ismail diperkenankan di hadapanNya, tetapi Tuhan mengulang bukan Ismail, tapi seorang anak yang lahir dari Sara dan akan diberi dia nama Ishak. Tentang Ismail anak Hagar, hambanya yang dijadikan sebagai gundik, Tuhan akan memberkati dan memberi keturunan yang banyak baginya, serta menjadikan bangsa yang besar di mana akan berdiri 12 raja dari keturunannya, karena dia bukan anak perjanjian, tapi anak yang lahir atas kehendak manusia, anak perjanjian adalah Ishak, karena kepada Ishak yang akan lahir pada tahun depan lah Allah membuat perjanjian selama-lamanya. Dialah anak yang dijanjikan (Gal 4, 22-28).
4. Pengulangan janji Allah membuat Abraham mengubah pikiran, dia mengaminkan janji itu, sehingga melaksanakan sunat baginya, Ismail, dan semua laki-laki yang ada di rumahnya, yang dibeli dan lahir di rumahnya, setelah Allah naik meninggalkan Abraham. Sunat adalah lambang perjanjian umat Allah.
5. Bagaimanakah kita merespon janji Allah dalam hidup kita? Apakah kita mengandalakan pikiran kita, jika janji itu bertentangan dengan ilmu pengetahuan, dengan pemahaman kita atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan kita? Banyak orang menertawakan janji dan cara kerja Allah dalam hidupnya, seolah-olah apa yang dikatakan Tuhan adalah lelucon, sesuatu yang tidak masuk akal, sehingga terkadang kita sulit menerima dan mengaminkan janji Allah dalam hidup kita.
6. Saya sering mendengar orang melihat sesuatu dan berkata bahwa tidak mungkin dia bisa memiliki barang tersebut. Jika saya katakana bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dia akan menentang, bukan mengaminkan kekuatan dan kemampuan Tuhan mengatasi pikiran dan kemampuan kita. Pikiran kita telah mengkonsepkan Allah sebatas yang dapat kita lakukan tentang kehidupan kita, padahal Allah jauh melebihi apa yang kita pikirkan, apa yang kita kotakkan tentang Allah. Dan satu hal yang harus kita ingat, bahwa ketidakpercayaan manusia, tidak membatalkan perjanjian yang sudah Allah Firmankan.
7. Menertawakan Firman adalah penyangkalan atas kuasa Firman itu, maka dampak dari ketidakyakinan akan janji yang telah dikatakan adalah ketidak sejahteraan. Bila kita pelajari lebih dalam lagi maka kita akan melihat bagaimana Hagar menertawai Sara yang melahirkan pada usia tua, dan bagaimana Ismail mengolok-olok Ishak yang kecil.
8. Firman Tuhan mengajak kita untuk percaya penuh pada janji Tuhan,walaupun agak ‘lama’ janji itu diwujudkan dari yang kita harapkan. Janji Tuhan adalah ya dan amin, maka ketika Tuhan berfirman, kita hanya percaya dan menunggu semua janji itu, karena Tuhan berkarya tepat pada waktunya. Merancang masa depan yang baik bagi kita, maka jangan andalkan pikiranmu tentang masa depanmu, percayalah bahwa Tuhan tidak manusia yang mau berbohong. Allah berjanji, mari kira meraih janji itu dengan iman dan perjuangan. Amin

Kamis, 27 Agustus 2009

Ayah..... 6

Duka yang beruntun. Diawali dengan meninggalnya kekasih hatiku, ayah, St. A.B. Tambunan, pada 29 Mei 2009 lalu, sebulan kemudian meninggal juga, menantu paman (tulang) ayah, Pdt Dr. A. Munthe (mantan Ephorus GKPS), dilanjutkan dengan meninggalnya istri pamannya (nantulang ayah), Ny. Pdt. DR. A. Lumbantobing br sianipar (Mantas Bishop GKPI) pada awal agustus 2009 lalu, dan kemarin Inangbaju (tante) ayah, Bidan Lienj br Lumbantobing (mantan kepala bidan RSU Tarutung) meninggal dunia, yang esok hari akan dikebumikan di pemakaman keluarga di Tarutung.
Kejadian yang menimpa keluarga besar Lumbantobing dalam kurun waktu tiga bulan ini sangat memilukan hati, saya tidak tahu apa rencana Tuhan atas peristiwa duka ini, tapi saya tahu, walau jalan Tuhan tidak terselami manusia, tetapi Dia punya rencana atas setiap peristiwa dalam kehidupan manusia.

Tuhan sungguh amat baik, Dia memanggil pulang insan yang dikasihinya dalam damai sejahtera, tanpa menjadikan beban bagi umat lain. Mereka meninggal dalam damai, yang dalam sebuah keyakinan iman, dapat kusebut; meninggal di dalam Nama Tuhan Yesus yang mereka percayai

Selamat jalan orang-orang terkasih, pergilah, ke rumah bapa yang mengasihi hidupmu dalam damai.

2 Timoteus 4:7 : “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Mazmur 133

“Hidup yang rukun”

1. Mzm 133 merupakan nyanyian ziarah Daud. Inilah syair tentang kerukunan kekeluargaan dari umat Allah. Pokok ini dinampakkan dalam peristiwa berkumpulnya bangsa yang terpisah-pisah pada pesta ziarah.
2. Mazmur ini dinyanyikan untuk mengembangkan kebersamaan, kesetaraan dan solidaritas antar umat manusia. Melalui nyanyian ziarah ini, setiap umat diingatkan untuk hidup secara rukun dengan semua orang, dengan keinginan untuk berbagi, menyetarakan pendapat, ide dan pendapatan.
3. Dalam mazmur kebijaksanaan ini kerukunan antar saudara dikiaskan dengan minyak dan embun yang menyegarkan dan disamakan dengan berkat. Seorang Profesor di UGM yang kebetulan orang Batak pernah berkata, bahwa orang Batak yang dibulang-bulangi (dihormati) di negara ini adalah orang yang mempunyai kekerabata, persaudaraa (parhahamarangiaon) yang akrab, karib dan saling mendukung. Beliau mengibaratkan keluarga besarnya yang tidak maju dalam pendidikan, kekayaan dan jabatan ketika bapak mereka bertengkar dengan saudara-saudaranya; begitu keluarga itu berdamai, maka keturunan dari semua keluarga besar itu mengalami kemajuan yang luar biasa, baik dalam pendidikan, jabatan dan harta. Artinya, kerukunan mempengaruhi cara pandang orang dalam memaknai hidup, sekaligus berdampak baik bagi kemajuannya menjalani hidup.
4. Pemazmur menggambarkan berkat-berkat kesatuan dalam 2 cara, yaitu minyak untuk penahbisan para imam, yang bersimbol kesukaaan dan terikat dengan pengertian keharuman (kid 1,3) dan ketentraman (Yes1,6). Minyak pengurapan imam adalah seseuatu yang menyucikan (kel.30,22-33).
5. Alangkah baik dan indahnya....Kerukunan dalam marga selalu dipuji, karena akan mendatangkan berkat bagi marga tersebut. Kerukunan menyebabkan tidak terjadi perselisihan karena memperebutkan tanah dan ternak, karena orang yang rukun akan mengerjakannya secara bersama, bukan membagi. Itu sebabnya alam tradisi Jahudi, apabila lelaki bersaudara tinggal bersama dan kakaknya meninggal dunia tanpa meninggalkan anak laki-laki, maka saudara muda, wajib kawin ipar dan mengambil istri saudaranya untuk meneruskan nama dari kakaknya, sekaligus untuk memperhatikan kehidupan kakak iparnya.
6. Keindahan dari persaudaraan itu tidak hanya dalam bentuk sukacita, tetapi keikut-sertaan dalam setiap penderitaan antar saudara. (adong do akrab jala denggan parhahamaranggion, alai dang olo mersiurupan). Sebagaimana digambarkan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati, yang peduli dan ambil bagian dalam penderitaan orang yang dirampok di tengah jalan. Dia meluangkan waktu menolong, memberi uang membiayai, bahkan menambah biaya jika ternyata kurang demi kesembuhan orang yang tidak dikenalnya, tapi dilihat sebagai sesamanya. ( Luk 10, 25-37: Epistel). Perbuatan orang samaria ini menjadi teladan bagi kita bersaudara dalam keluarga, punguan marga, gereja dan masyarakat di negara plural ini, karena hubungan yang baik pasti menyegarkan dan mendatangkan rasa nyaman dan sejuk antar saudara.
7. Di Timur Tengah kuno, minyak yang dicampur dengan rempah-rempah dan wangi dipakai untuk melicinkan dan menguatkan rambut serta memelihara kulit; seorang tamu disambut dengan menuangkan minyak di atas kepala atau diminyaki kakinya, sebagai tanda penghormatan. (bnd. Kaki Yesus yang diminyaki perempuan samaria dengan rambutnya.
8. Seperti minyak di kepala, mengalir ke janggut Harun, (dan para imam keturunannya) yang berjanggut panjang (Im. 21,5) mencerminkan pengertian ke arah imamat. Minyak adalah lambang penobatan dan janggut adalah lambang panjang umur, maka hidup yang rukun akan dinobatkan menjadi anak Allah, dan diberi kesegaran, kenyamanan, seperti kulit segar yang terpelihara dan umur panjang. Kelimpahan minyak urapan itu mengutarakan betapa Tuhan berlimpah-limpah memberkati dan menguduskan umatNya melalui perskutuan mereka.
9. berkat kedua: kesatuan digambarkan seperti embun yang menyegarkan, mengendap di gunung Hermon dan turun ke gunung Sion. Pemahaman utama ialah, embun mengungkapkan kesegaran ilahi; karunia Allah, yaitu kehidupan dan buah-buahnya (mzm 110,3), tapi pengaitan gunung Hermon (di kerajaan utara) dengan Sion di sebalah selatan menunjukkan bahwa Allah memberikan karuniaNya kepada umatNya apabila mereka berada dalam persekutuan. Turunnya embun Hermon ke Sion merupakan muzijat, dan persekutuan adalah mijizat anugerah ilahi (Ef 2, 11-22) di mana berkat pribadi saling dibagikan untuk keberuntungan bersama. Persekutuan dalam ay 3 inilah yang Allah senang memberkatinya dan itu menjadi bukti pemilikan kehidupan untuk selama-lamanya (bnd. 1 Yoh 3,14).
10. Embun yang turun dari gunung Hermon ke gunung Sion adalah kiasan tentang pemberian hidup yang baik. Secara geografis, Gunung Hermon (9100 kaki tingginya dan penuh salju) terletak di Libanon atau Utaranya Palestina, sedangkan Gunung Sion (gunung yang kering) terletak di selatan. Itu berarti, tidak mungkin embun dari gunung Hermon berhembus ke gunung Sion. Itu merupakan kiasan. Tetapi kalaun embun di gunung hermon berhembus ke gunung yang kering akan memungkinkan ladang dan pohon berbuah baik. Jadi embun menggambarkan sumber kehidupan. Jadi pemazmur hendak mengatakan hidup yang rukun bagaikan embun yang mendatangkan kehidupan yang baik. Kota Sion sebagai tempat kehadiran Tuhan menjadi tempat pelimpahan berkat Tuhan, yaitu hidup selama-lamanya.
11. Hidup rukun merupakan visi Tuhan bagi umatNya. Keharmonisan bagi persaudaraan menjadi pendorong dalam hidup rukun. Perbedaan identitas dan karakter bukan menjadi penghalang untuk hidup rukun, sebaliknya kesamaan identitas dan karakter tidak menjadi faktor mutlak terjaminnya kerukunan. Kita mempunyai karakter dan identitas yang berbeda karena pengaruh latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, lingkungan dan genetika. Namun perbedaan tersebut tidak dapat menghalangi kerukunan kita, karena Yesus telah hadir untuk mempersatukan kita dalam darahNya seperti bacaan Firman Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 17, di mana Yesus mengajarkan murid-muridNya agar:
• Mengasihi musush dan berbuat baik kepada yang membenci kita (Luk 6, 27-38)
• Merangkul orang yang tersingkir, bukan ikut menyingkirkan orang yang dibenci oleh satu kelompok
• Tidak berburuk sangka dan menghakimi orang lain (Luk 6, 7).
12. Tiga hal di atas dapat membantu kita menciptakan kerukunan di tengah hidup kita, baik dalam RT, persekutuan dam lingkungan masyarakat di mana kita tinggal dan bekerja. Oleh karena itu kita perlu menumbuhkan gaya hidup jemaat kristen, yaitu hidup yang inklusif, menghargai perbedaan masing-masing orang, koorporatif, mengakui kesalahan dan memuji apa yang benar, bersikap adil dan menjungjung perdamaian