Sabtu, 26 Desember 2009

Lukas 2, 27-35

Mataku telah Melihat Keselamatan yang dari Allah!
1. Tepat Hari Natal, 25 Des “09, salah seorang teman Facebook saya menulis dalam statusnya bahwa karena Dia tidak melihat pertolongan Yesus dalam hidupnya, dia mau pindah agama. Selanjutnya, saya tidak tahu, apa komentar dari pembaca, tapi saya berpikir satu hal, sulit sekali orang melihat Yesus yang datang ke dunia ini. Sulit melihat bahwa nafas hidup kita adalah pertolongan Tuhan, anugerah yang gratis Tuhan beri pada semua umat. Disisi lain saya juga berpikir, ketika masalah menerpa dan sulit bangkit dari masalah itu, seolah-olah Tuhan tidak ada, dan kita mengalihkan pandangan kita dari Tuhan yang datang ke dunia mengambil semua persoalan hidup kita.
2. Simeon, seorang lelaki tua, yang hidupnya benar dan saleh (ay.250 yang sedang menantikan penghiburan umat Israel. Dia yakin bahwa janji keselamatan akan tiba bagi Israel yang berkeluh kesah dalam hidupnya. Ketulusan dan kesalehannya memotivasinya untuk terus berharap bahwa israel, bahkan seluruh umat akan beroleh keselamatan sesuai janji yang dinubuatkan para nabi. Sebuah pengharapan ditentukan oleh kepercayaan kita pada yang kita imani. Maka pengenalan yang baik, akan membuat kita penuh pengharapan menjalani kehidupan.
3. Ketika Yesus dibawa oleh orang tuaNya ke bait Allah melakukan aturan agama Yahudi, Simeon yang telah dituntun Roh masuk ke Bait itu bertemu dengan Yesus. Perjumpaan dalam iman, membuat seseorang mampu mengenal siapa yang ditemui. Simeon yang sudah tua, melihat dalam diri bayi Yesus suatu pencerahan bahwa kegelapan telah berakhir, penyelamatan telah tiba, Kristus, sang Mesias yang dinantikan telah lahir di dunia. Ada sukacita, ada harapan baru, bahwa Israel akan beroleh kegembiraan dengan kelahiran Mesias yang dijanji. Simeon memujiNya (ay 29-32)
4. Satu hal yang saya catat dalam pertemuan ini adalah bahwa Simeon merombak pola pikir yang sempit, di mana orang tua sulit menerima anak kecil. Waktu seorang anak berkata kepada yang lebih tua, supaya jangan mengatakan kata-kata yang kurang sopan, maka yang tua berkata: ‘ sttt... anak kecil tau, apa?’. Orang dewasa sulit menerima padangan, pendapat dari yang dibawa usianya, walau mungkin dia lebih benar. Tapi Simeon mengubah pandangan itu bahwa yang kita anggap tidak layak dapat menjadi layak. Dalam diri bayi mungil itu, Simeon melihat keselamatan yang datang dari Tuhan.
5. Kesulitan kita menerima Yesus yang lahir di dunia, karena kita menerima dengan kerangka berpikir manusia. Isreal hanya menerima Mesias yang menjadi Raja dunia, bukan seorang Bayi mungil yang lahir di kandang domba, betlehem. Ketika kelahiran itu hina, maka sulit memahami kemungkinan Dia mampu menyelamatkan dunia dari kekuatan pedang musuh. Bagi Simeon bukan soal gagah perkasa, tapi Roh yang menuntun dia untuk tidak berlogika atas kelahiran Kristus melalui rupa hamba.
6. Simeon menaikkan pujian dan memastikan masa depannya di dalam Dia yang datang ke bumi. Di usia tuanya, yang akan mengakhiri perjalanan hidup, dikatakan: ‘..Biarkan aku pergi dalam damai sejahtera...’ sebuah kalimat kepasrahan bahwa tidak ada lagi kedamaian yang diperoleh di dunia ini, oleh apapun, kecuali damai bersama Kristus. Simeon menfokuskan pandangan dan hidupnya di dalam Dia yang membawa keselamatan. ‘mataku telah melihat...’ adalah pernyataan, bahwa di sepanjang hidupnya tidak ada keselamatan kecuali di dalam Tuhan Yesus, Juru S’lamat dunia! Kesejahteraan itu adalah kesejahteraan yang melampaui maut, di mana pertemuan mereka telah menentukan masa depannya. Tidak ada lagi ketakutan, karena maut telah dikalahkan!
7. Kesulitan manusia di dunia yang penuh persoalan hidup adalah melihat Tuhan yang datang ke dunia, membawa sukacita, pengharapan dan keselamatan. Maka bila ada orang berkata belum melihat Tuhan, itu adalah ungkapan kerinduan untuk bertemu kepada pemberi damai. Seperti rusa merindukan, demikian lah kita merindukan Tuhan menjawab persoalan hidup kita, namun kita tidak menemukan karena kita meninginkan Tuhan yang gagah perkasa, yang membawa pedang mengalahkan musuh.
8. Apakah yang dapat membuat kita boleh mengenal dan memahami kehadiran Allah dalam hidup kita? Calvin, pernah berkata; ‘Jika ingin mengenal dirimu, kenalilah dulu Allah.’ Artinya, selama kita berorientasi dari diri kita, maka kita sulit mengenal Allah. Sebaliknya, jka Allah dalam firmanNya yang telah menjadi daging sebagai orientasi kita untuk melakoni hidup, kita akan tahu apa yang patut, yang berkenan pada Allah. Kita akan tahu arah langkah kita. Jangan menjadikan diri sebagai tolak ukur dalam menjalani hidup, karena kita tidak cerdas melihat tindakan kita, kita selalu merasa benar, tepat dalam segala hal, tetapi ketika pertemuan kita dengan Tuhan menjadi patokan untuk bertindak, kita akan tahu arah langkah kita, di mana RohNya akan menuntun kita masuk ke hadiratNya, seperti Simeon yang tidak mengangadalkan diri, yang tidak menyombongkan diri sebagai bagian dari bangsa pilihan Allah. Simeon keluar dari sikap orang Jahudi yang merasa diri telah terselamat atas pilihan Allah pada mereka. Pertemuan Simeon kepada Bayi yang lahir itu, megingatkannya bahwa keselamatan itu ada pada orang yang berkenan padaNya, yang merespon kebaikan Tuhan. Kenalilah Allah, supaya kita mengenal diri kita sendiri.
9. Pada saat Dia datang akan terjadi : 1}. Manusia anyak jatuh pada penghukuman, bukan karena Allah menghukumnya, tetapi dengan kasih Allah menjadikan manusia menghukum diri sendiri atas ketidaktaatannya. 2). Banyak yang bangkit karena Tuhan mengulurkan tangan mengangkat umat yang terjatuh. Manusia memang hanya membutuhkan tangan yang terulur,sepert kata Seneca, 3). Terjadi perbantahan akan kehadianNya, di mana ada yang menolak dan menerima, Yesus sebagai Mesias.
10. Umat manusia yang telah mengalami pertolongan Tuhan dalam kehidupannya akan, berkata, aku telah melihat pertologan Tuhan, maka biarkanlah aku perdi dengan damai sejahtera.......Amin.

Rabu, 23 Desember 2009

Natal : Pemulihan dan Kepedulian

Sepanjang bulan Desember 2009, saya mengikuti beberapa kali kegiatan natal, dari mulai yang sederhana sampai yang wah. Dari mulai mencari dana sampai membuang dana. Dari mulai yang cacat sampai yang sempurna. Itulah natal yang saya ikuti, di sekolah anak-anak, di ‘punguan’ Marga, kantor, ‘parsahutaon’, panti asuhan, dan Gereja.
Saya juga mengikuti perjalanan natal sepanjang bulan Desember dari mulai mempersiapkan khotbah-khotbah natal sampai berbelanja di mal-mal. Dari mulai memasang pohon natal ukuran mini di rumah sampai ukuran besar di Gereja. Mulai dari membongkar dan bersih-bersih di rumah sampai memasang panggung di gereja. Mulai dari latihan koor sampai melatih koor. Dari mulai memberi hadiah natal sampai menerima hadiah natal.
Semua memakan waktu, tenaga, pikiran, dan dana. Kadang menyenangkan, kadang melelahkan. Kadang ingin tertawa, kadang ingin marah. Semua terjadi dalam peristiwa natal.
Setelah 24 hari perjalanan itu, saya merenungkan satu hal. Adakah Kristus dalam peristiwa natal tersebut? Adakah makna yang bisa dipetik orang dari kehidupan orang yang merayakan natal?
Suatu hari saya khotbah natal di ‘punguan’ Marga. Saya melihat anggota punguan begitu teduh dalam mengikuti ibadah. Tapi ketika ibadah selesai, satu dengan lain tidak saling berbagi. Ketika saya mengkhotbahkan tentang Yesus yang memberi diri untuk manusia, ada orang yang tidak mau membagi yang dia miliki. Di tempat lain saya berkhotbah tentang tujuan Natal, tapi begitu ibdah selesai mereka melakukan yang bertentangan dengan tujuan natal. Sewaktu saya mengikuti ibadah natal sekolah minggu, seorang ibu berbicara dari mulai khotbah sampai selesai khotbah, sibuk mengurus konsumsi dan tali asih yang mau dibagi. Saya jadi berpikir; jangan-jangan tidak masalah Kristus tidak ada di pesta natal, tapi akan menjadi masalah besar, jika pohon natal dan assesorisnya tidak ada. Jika tidak diberi tali asih ke para janda-duda dan anak yatim. Akan menjadi masalah besar jika tidak ada makanan pada perayaan natal.
Lalu apakah Natal? Apakah kemajuan perekonomian, sehingga mal-mal menjadi ramai dari tanggal 1 Desember, atau telah menjadi ajang hiburan dan peng-komersilan lambang-lamban natal? Atau seperti anak-anak saya yang tiap pagi membuka kaus kaki merah yang digantung di dinding rumah, melihat hadiah apa yang diberi St. Claus di pagi tgl 1-24 di bulan Desember?
Kristus yang datang ke dunia adalah Kristus yang membawa pembaharuan, mendobrak tradisi dan mengalirkan kasih ke dunia yang gelap. Kristus menyatakan diri di tempat yang tidak diperhitungkan masyarakat, yaitu kadang domba. Dia disambut oleh para gembala yang tidak punya status sosial, lahir dari Maria, seorang perempuan yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat. Semua yang ditolak masyarakat menjadi bagian dari kelahiran Yesus ke dunia, supaya dunia tahu, bahwa Yesus yang lahir adalah Allah yang mengasihi semua, yangtidak membeda-bedakan, dan yang peduli kepada semua ciptaanNya. Yesus yang lahir adalah Yesus yang sederhana, yang teduh yang jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk metropolitan. Dia yang adalah kasih memberi diri pada dunia yang tidak layak dikasihi, menyelamatkan orang yang seharusnya dihukum, membebaskan yang tertawan untuk dipermuliakan di hadapan Allah. Dia yang tersisihkan, ditolak dan dicerca mengangkat yang tersisih menjadi bagian Allah dan dipermuliakan di hadapan BapaNya. Itu lah Natal, ketika Allah mengukurkan tangan ke dunia, dan manusia menyambut tangan Allah. Natal tangan yang saling bersambut, sehingga tercipta perdamaian. Natal bukan pesta pora, di mana permusuhan terus berlangsung, dendam dan benci tidak berkesudahan. Natal adalah hati yang menyapa, hati yang peduli, hati yang ambil bagian dalam penderitaan orang lain.

Di natal kudus ini sapalah temanmu bukan dengan assesoris atau kemawahan natal, bukan dengan pernak-pernik, tapi dengan hati, karena hati adalah kerelaan memberi diri untuk sesama manusia.

Selamat Hari Natal 25 Des 2009. Tuhan memberkati!

Sabtu, 19 Desember 2009

"Anugerah Pemulihan dari Allah"

1. Nitzche pernah berkata bahwa Allah telah mati. Pernyataan ini hendak menjelaskan bahwa manusia ingin menjadi Allah, dan meniadakan kehadiran Allah dalam hidupnya. Sikap ini menjadi gamabaran sikap hidup umat Tuhan, yang sering menghujat, menghina dan meniadakan Allah dalam hidupnya. Maka ketika terjadi persoalan pelik, manusia bukan mencari Tuhan, tapi mengandalkan kekuatannya sendiri. Manusia ingin menjawab persoalannya dengan caranya sehingga terjadilah peralihan perhatian. Allah menjadi tersisih, manusia berperan kuat.
2. Ketika bangsa Israel mengalami masalah dengan asyur yang pada masa itu sangat kuat, mereka ingin menyelamatkan diri dari cengkeraman kekuasaan Asyur. Mereka bukan mengandalkan Tuhan, tapi meminta pertolongan Mesir yang dianggap mampu menolong mereka dari kekuatan Asyur. Peralihan perhatian ini membuat mereka mengkhianati Allah, mereka menjadi menyembah ilah-ilah yang dianggap sanggup membebaskan mereka. Persoalan bukan selesai, semakin pelik, karena mereka bukan menang sebaliknya mereka dibuang ke Asyur.
3. Hidup yang sulit kadang-kadang membuat kita kurang cerdas memahami kebaikan Tuhan. Membuat kita berpaling dari Tuhan. Seorang jemaat yang sakit sangat percaya kepada keahliah dunia medis, maka dia sangat tekun mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan itu tanpa mau menyimpang, seolah kekuatan ilmu pengetahuan dapat menyelamatkannya dari penyakit ganas yang ada di tubuhnya. Apakah Dia menjadi sembuh? Keuangan semakin habis. Dia beralih ke pengobatan tradisional, bahkan cenderung percaya pada pengobatan yang tidak ilmiah. Tapi sembuhkan? Apapun kekuatan di dunia tidak membebaskannya.
4. Kejahatan dan pengkhianatan kita, secara manusiawi layak dihukum, tetapi kita boleh pahami bahwa Allah tidak membalas setimpal dengan apa yang kita perbuat. Dia tidak membalas kejahatan kita, tapi menanti saat yang tepat Dia menyatakan anugerahNya ke Sion, menyatakan cinta kasihNya pada umat kesayanganNya.
5. Perikope ini adalah gambaran tentang berkat Tuhan yang akan tersedia di hari kedatanganNya memulihkan bangsa Israel. Dalam ay. 18, Tuhan menantikan waktu itu, saat umatNya juga sedang menanti kehadiran Tuhan membebaskan mereka dari keluh kesah, dari kegelapan, dari ketertindasan. Ada kaitan yang menonjol di saat dua pihak dalam suasana penantian. Satu pihak menanti untuk memulihkan bangsaNya, di pihak lain menanti dipulihkan oleh TuhanNya.
6. Memang saat umat Tuhan beralih dariNya, kasih yang sedang berlangsung tersumbat oleh pengkhianatan umat yang dikasihiNya. Dan Allah menanti pemulihan terjadi bag umatNya. Apakah yang hendak dipulihkan? Kehidupan yang tidak cerdas memahami kebaikan Tuhan. Allah ingin menyatakan bahwa Dia sangat mengasihi umatNya. Bahwa Tuhan, sungguh tidak ingin melihat umat menangis. Memang bila kita megalihkan perhati ke gunung, laut meminta pertolongan, kasih kita akan semakin dingin, hidup kita akan semain gersang. Air mata akan terus mengalir.
7. Sion yang diam di Yerusalem, tidak akan terus menangis, Tuhan akan menghapus air mata mereka. Dukacita, penderitaan akan dihapuskan, segala masalah akan diselesaiksn pada saat yang dinantikan oleh Tuhan tiba. Alasan Allah, karena Dia, sangat mengasihi dan menyanyangi mereka. Jika sebelumnya terjadi penderitaan, diberi roti dan air serba sedikit, bukan karena sumber berkat itu membenci, tetapi kasihNya ingin mendidik mereka untuk selalu bersyukur atas semua kebaikan dan pemeliharaan Tuhan atas kehidupan mereka.
8. Apakah tindakan Tuhan bagi umat yang menangis? Bagi Indonesia yang terus menerus mengalirkan air mata, bagi pribadi yang menderita, bagi Gereja yang diberlakukan dengan tidak adil. Apakah Allah berpaling dari air mata kita? Ay 18, menjelaskan Dia sangat mengasihi kita, Dia tidak pernah meninggalkan umatNya. Dalam Mazmur 23,6 dikatakan, kebaikan dan kemurahan Tuhan mengikuti aku sepanjang masa. Allah hanya menanti waktu yang tepat untuk bertindak. Tuhan berkarya, indah dan tepat pada waktunya.
9. Jika hari Tuhan yang mereka nantikan tiba, maka terjadilah pemulihan. Bangsa itu tidak hanya berpikir tentang apa yang mereka butuhkan, tetapi bagaimana hidup mereka memuliakan yang dinantikan, di mana dikatakan, para pengajar tidak lagi menyembunyikan kebaikan Tuhan, tidak menyembunyikan diri dari kebenaran. Mata bangsa itu akan terus melihat DIA yang datang, telinga mereka akan mendengar perkataanNya, perkataan yang menuntun mereka untuk mengikuti jalan Tuhan, melakukan kehendak Tuhan dalam segala situasi, baik ketika menganan maupun mengiri. Mereka juga menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Allah mereka, menolak segala berhala, bahkan menganggap najis patung-patung yang dilapis perak dan emas, yang dibuat tangan mereka dan mereka sembah.
10. pemulihan hubungan terjadi, ketika kash karunia Allah diberi kepada orang yang tidak patut menerima. Penghargaan kepada orang yang tidak layak di hargai, pembebasan kepada yang patut dihukum, penyelamatan kepada mereka yang patut binasa. Kemurhanan Allah bersifat menyelamatkan, bukan membinasakan. Semua terjadi bukan karena kemampuan manusia berbuat baik, tapi karena Tuhan yang memberi sinar matahari dan hujan pada waktu bagi orang baik dan orang jahat.
11. Dalam pemulihan itu, mereka akan menikmati hasil ladang dan ternak yang menikmati padang rumput yang subur. Perubahan total terjadi kala penantian Tuhan dan manusia bertemu dalam hubungan pemulihan. Tiada kekurangan, air pun akan mengalir, yang bersumber dari gunung tinggi dan bukit, sungguh kegelapan akan menjadi terang benderang, karena hari itu telah tiba. Berbahagialah yang menantikanNya.
12. Masa advent adalah masa rahmat Tuhan, masa untuk kembali kepada kebenaran, kepada Allah sebagai Tuhan, satu-satunya yang patut disembah. Masa Advent saat mana anak-anak Tuhan mengandalkan Allah, dalam segala situasi.
13. Tuhan yang bangkit adalah Tuhan yang hendak menyalurkan kasihNya. Dia datang dengan prakarsa keselamatan, maka nantikan waktu Tuhan dan tidak memaksakan waktu manusia, karena Tuhan yang mengasihi kta adalah Allah yang setia dan adil, Allah yang perduli pada kehidupan kita.
14. Kiranya sukacita Advent, mengubah hidup kita makin mengarhkan padangan dan pendengaran kita pada Tuhan yang datang ke dunia menjadi manusia. Selamat Advent, selamat menanti hariNya Tuhan.
15. Sai mulak...sai mulak.ho na lao jalang i...........Amin.

Sabtu, 12 Desember 2009

Lukas 13, 23-30

“Berjuang, Meraih Berkat Tuhan”
1. Kehidupan kekeristenan merupakan kehidupan yang harus diperjuangkan karena penuh dengan liku-liku. Perjalanan bagaikan seatu pendakian membutuhkan perjuangan untuk mencapai ke puncak. Menjadi kristen penuh koskwensi dalam mengikut Tuhan. Pikul salib, bercucuran darah. Yang bertahan akan masuk melalui pintu yang sesak, yang tidak berjuang akan kehilangan kesempatan masuk.
2. Orang menduga mengikut Tuhan itu gampang, tidak berbelit, karena telah ditebus dengan darah yesus. Pikran ini membuat sebagian orang kristen tidak menjaga kekudusan kepengikutan, tidak berjuang untuk hidup dalam kesetiaan. Mereka berpikir bahwa mereka pasti menjadi pewaris, karena terpilih dengan penyucian dara Yesus, sebagaimana murid-murid yang menduga bahwa pilihan Allah atas bangsa Israel sebagai umat pilihan menjadi jaminan pewaris kerajaanNya. Tetapi apakah jawaban Yesus kepada ketika ada orang bertanya, ‘Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?’ Pertanyaan ini seolah-olah hendak berkata, ‘apakah hanya Israel yang ditentukan masuk surga, sebagai bangsa pilihan?’ Jawaban Yesus sangat berbeda dari pikiran orang-orang yang ada di situ. Yesus berkata: ‘ berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!’
3. Pernyataan Yesus bukanlah sebagai jawaban, bahwa kita dapat memperjuangkan diri kita, atau menyelamatkan diri. Kadang-kadang kita berpikir, bahwa apa yang kita peroleh hasil perjuangan kita, sehingga kita memberi persembahan, kita berharap dengan persembahan itu kita menjadi dilayakkan di hadapanNya. Sesungguhkan hidup kita ada dalam kasih karunia, maka persembahan, kerajinan kita beribadah bukan untuk mengumpulkan poin supaya masuk sertifikasi, tetapi apaun kebaikan yang kita lakukan merupakan dorongan iman untuk menyatakan kemurahan yang kita terima dari Tuhan. Persembahan kita adalah respon atas kebaikan Tuhan, sehingga kita sebagai orang percaya tidak takut memberi, karena Tuhan lah yang empunya kekayaan, dan Dia yang memelihara kehidupan kita.
4. Apakah yang diperjuangkan? Menurut catatan alkita bahwa yang perlu kita perjuangkan adalah mempertahankan kesetiaan kita, di tengah banyaknya masalah yang kita hadapi sebagai umat. Berkat Tuhan telah tersedia, berkat itu mengalir terus menerus dalam kehidupan kita. Tugas kita memberi kafasitas ruang luas untuk tempat berkat Tuhan, dan bagaimana kita berjuang meraih berkat-berkat itu. Ketentuannya ada di dalam kuasa dan kasihNya.
5. Keselamatan adalah bagian dari anugerah Tuhan. Anugerah ditujukan pada semua orang, anugerah terbuka luas untuk semua, tetapi persoalan timbul, ketika anugerah itu disia-siakan.anugerah itu gratis, tapi bukan murahan. Anugerah itu mahal, perlu ketekunan dalam mempertahankan anugerah yang sudah dikaruniakan kepada kita masing.
6. Jika Tuhan berkata pada kita saat ini, apakah jawaban kita? Mungkin kata akan berkata seperti orang-orang itu; ‘aku telah makan dan minum di hadapanMu. Aku telah melakukan perintahMu. Aku telah mendengar ajaranMu. Apa jawaban Yesus? Aku tidak mengenalMu, enyahlah dari hadapanKu. Di zaman kita ini banyak yang berpikir seperti orang-orang tersebut. Dengan tercatat sebagai anggota jemaat, sebagai orang kristen, dia berpikir telah selamat walau tanpa perbuatan. Ada yang berkata, bukankah dulu telah saya telah ikut menyumbang pembangunan gereja? Bukankah dulu saya telah memberi perpuluhan. Bukahkah dulu saya telah memberi anak miskin makan? Bukankah dulu saya telah dibaptisMasa lalu yang dikerjakan dikira telah membayar lunas darah Yesus, sehingga banyak orang yang beromantisme menanti kedatanganNya. Saya jadi terimgat cerita Nazrudin ketika pernah ditolong seorang temannya, ketika ia jatuh kecebur di kolam renang. Setiap kali sang teman bertemu dengannya, temannya itu berkata: ‘bukankah dulu aku pernah menolongmu waktu kau hampir tenggelam di kolam? Nazrudin akan menjawab ‘Ya, terimakasih’. Pertanyaan dan jawaban yang berulang itu membosankan Nazrudin, sehingga suatu ketika, saat dia bertemu dengan sang teman di kolam renang, Nazrudin melompat dan berkata ‘jangan tolong aku, supaya aku tidak lagi berterima kasih padamu’. Satu hal yang kita lakukan tidak cukup mempertahankan anugerah yang dialirkan Tuhan dalam hidup kita, tetapi anugerah itu perlu perjuangan, peru kerja keras, perlu ketekunan, sehingga tiada ada yang dapat mengambil mahkota kita.
7. Hal kerajaan sorga, seumpama prajuirt berjuang di medan perang. Kokoh dalam iman, disiplin dalam ibadah, tekun dalam penderitaan, pasrah terhadap situasi. Hidup kita adalah perjuangan dalam melintasi perbukitan yang terjal, penuh cururan keringat dan kerja keras. Anugerah keselamatan telah tersedia, untuk meraihnya dibutuhkan ketekunan. Apakah penderitaan semakin mengasah ketajaman iman kita, atau justru membuat iman kita melempen dan berbalik dari anugerah yang tersedia itu. Kita tidak dapat membela diri, ketikan hati itu tiba, tapi Tuhan memberi kesempatan untuk terus menerus mempertahankan mahkota kita.
8. Kesempatan terbatas, dibutuhkan tindakan cepat untuk melewati pintu itu. Seperti sebuah gedung di Palestina, ketika pintu telah tertutup, pintu tidak dibuka lagi, walau kita berteriak-teriak pada malam hari, minta pintu dibukakan,pintu itu akan dibuka. Perjuangan kita bukan di tempatNya, tetapi bagaimana kita terus memegang teguh iman percaya kita melintasi dunia yang penuh kekacauan ini.
9. Kita tidak diterima dengan kesenangan sesaat di dunia ini, kita diterima dengan hidup yang benar dalam proses perjalanan menuju kekekalan.
10. Menurut cerita, Ratu Viktoria selalu berkunjung ke rumah para perempuan tua untuk minum teh bersama, pada suatu waktu tertentu. Suatu ketika dia bertanya kepada salah seorang dari perempuan itu, ‘apakah yang dapat kulakukan kepadamu? Perempuan tua itu berkata, ‘aku bisa bertemu dengan Ratu di surga’ Ratu berkata, itu pasti terjadi, karena darah Yesus telah membasuh kita. Seorang ratu, yang telah memiliki kesenangan dunia, masih tetap membutuhkan darah Yesus, darah yang menyelamatkan. Untuk tetap diam dalam darah penyelamatan itu, tidak satupun yang dapat mempertahankan dengan apa yang dia miliki di dunia ini. Tidak seorangpun yang dapat memperjuangkan dengan mengandalkan yang dimilkinya. Hanya darah Yesus, satu-satunya, keselamatan manusia. Usahakan untuk bertahan dalam hidup pemberian Tuhan, susah ataupun senang. Jangan bersyukur hanya ketika dalam sukacita, tetaplah mengucap syukur akan segala hal. Jangan bergembira dengan kesenangan sementara, tetapi masa depan kita bukan dunia ini, singsingkan lengan menuju kerajaanNya. Kehendak Yesus bagi umatNya, bertahan dengan semua liku-liku yang dihadapi, tidak jatuh ketika beban berat dipikul, tidak putus asa ketika persoalan hidup menimpa.
11. Akan terjadi kejutan-kejutan di surga. Yang dianggap penting di dunia, dapat menjadi yang paling hina, mereka yang tidak diperhatikan boleh menjadi yang terdepan di karejaan Allah. Pertama tidak menjamin, kadang-kadang yang terakhir boleh menjadi yang pertama. Artinya, pertemuan dengan Tuhan, membutuhkan keseriusan, tidak tawar menawar, jangan menolak undangan, supaya Tuhan tidak berkata: ‘enyahlah dari hadapanku!’ hubungan dengan Yesus bukan koneksi, tetapi relasi. Amin.
12. Selamat Advent ketiga, berjuang bersama Yesus meraih masa depan yang telah tersedia.

Sabtu, 05 Desember 2009

Maleakhi 3, 1-4

'Menjadi Utusan Tuhan"
1. Diutus berarti menjalankan kehendak yang mengutus. Ketika saya kanak-kanak, saya sering diutus ibu saya ke seseorang mengambil uang kain, karena ibu saya selain guru, juga seorang pedagang kain. Maka saya akan berkata sesuai apa yang dikatakan ibu, sebagai pengutus. ‘kata ibu, minta uang kain,…’
2. Dalam menyelesaikan persoalan, sering dipilih seseorang untuk siutus menjalankan mandat dari pengutus, seperti Maleaki dalam Perjanjian Lama dan Yohanes dalam Perjanjian Baru. Keduanya adalah utusan untuk menyatakan rencana Allah, supaya rencana kebaikan itu dapat mensejahterakan umatNya.
3. Diutus untuk menyatakan kedatangan Tuhan ke dunia, tentu akan memberi semangat baru, bagi yang mendengar, karena akan tercapailah yang dirindukan.
4. ketika yang kita cari, yang kita rindukan tiba-tiba muncul, akan muncul kegembiraan dan semangat yang menyala-nyala. Telah bertemu dengan yang sudah lama dirindukan. Apalagi jika ada utusan untuk memberitahukan pertemuan itu.
5. Maleaki diutus untuk menjawab persoalan umat Tuhan ketika itu, di mana mereka sudah dalam kegentaran, karena Allah kelihatan semakin jauh dari mereka, tidak perduli lagi akan kehidupan mereka. Perikope ini hendak mengingatkan mereka, bahwa Allah terus ada bersama mereka, Dia peduli dan bekerja di tengah-tengah mereka menyediakan keselamatan dan kesejahteraan.
6. Allah yang ambil bagian dalam hidup manusia terus menerus berkarya untuk keselamatan mereka. Terkadang kita juga mengalami penderitaan sebagai orang beriman, dianiaya, gereja di bakar seperti yang terjadi jumat malam (4 Desember 09) jam 20.00 di HKBP Natal, resort Mandailing. Tetapi yang berharap pada Tuhan akan selamat.
7. Selain merasa dijauhi oleh Allah, pada masa itu, juga banyak yang menolak Tuhan, menolak Firman, sebagaimana juga terjadi pada Yesus, munculnya kelompok yang menolak kehadiranNya, menolak Dia sebagai Mesias.
8. Siapakah yang bertahan ketika Yesus datang untuk kedua kalinya? Siapakah yang bertahan berdiri di hadapanNya, karena Dia seperti api tukan pemurni logam dan sabun tukang binatu. Siapakah bertahan dengan pemurnian dan pembersiahan dari darah Yesus?
9. Api dan sabun adalah lambang pemprosesan Tuhan bagi umatNya, di mana masing-masing orang pada kedatanganNya yang kedua akan dicuci bersih dan dibakar untuk dibentuk ulang sesuai rencanaNya, oleh karena itu kedatanganNya bukan menuju pada kehidupan yang senang belakan, tetapi ada kalanya, kita dimurnikan, dibakar, disikat untuk mengeluarkan segala noda yang tertmpel dalam hidup kita.
10. Ketika ada pergumula dan persoalan hidup yang kita hadapi, di minggu advent ke-2 ini, masing-masing kita dipanggil untuk terus menerus siap sedia, memberi tempat bagi karya Allah, sebab bila Ia telah datang, tidak ada kesempatan untuk bertobat. Inilah waktu bagi orang percaya memasuki hadiratNya sambil terus melakukan pekerjaan Tuhan.
11. Orang Israel kembali dari pembuangan, tidak langsung menempati rumah besar, lumbung yang berisi pada, semua serba tidak jelas, tapi Nabi Maleakhi berseru Dia akan datang, Dia akan menyucikan semua umat untuk menjadi bagian dari kerajaanNya.Maka terimalah utusannya, dan jadilah utusan Tuhan melakukan kebaikan, memberitakan kedatanganNya di dunia yang penuh kekacauan ini. Amin.
12. Selamat advent, selambut menyambut utusan Tuhan.