Sabtu, 26 Desember 2009

Lukas 2, 27-35

Mataku telah Melihat Keselamatan yang dari Allah!
1. Tepat Hari Natal, 25 Des “09, salah seorang teman Facebook saya menulis dalam statusnya bahwa karena Dia tidak melihat pertolongan Yesus dalam hidupnya, dia mau pindah agama. Selanjutnya, saya tidak tahu, apa komentar dari pembaca, tapi saya berpikir satu hal, sulit sekali orang melihat Yesus yang datang ke dunia ini. Sulit melihat bahwa nafas hidup kita adalah pertolongan Tuhan, anugerah yang gratis Tuhan beri pada semua umat. Disisi lain saya juga berpikir, ketika masalah menerpa dan sulit bangkit dari masalah itu, seolah-olah Tuhan tidak ada, dan kita mengalihkan pandangan kita dari Tuhan yang datang ke dunia mengambil semua persoalan hidup kita.
2. Simeon, seorang lelaki tua, yang hidupnya benar dan saleh (ay.250 yang sedang menantikan penghiburan umat Israel. Dia yakin bahwa janji keselamatan akan tiba bagi Israel yang berkeluh kesah dalam hidupnya. Ketulusan dan kesalehannya memotivasinya untuk terus berharap bahwa israel, bahkan seluruh umat akan beroleh keselamatan sesuai janji yang dinubuatkan para nabi. Sebuah pengharapan ditentukan oleh kepercayaan kita pada yang kita imani. Maka pengenalan yang baik, akan membuat kita penuh pengharapan menjalani kehidupan.
3. Ketika Yesus dibawa oleh orang tuaNya ke bait Allah melakukan aturan agama Yahudi, Simeon yang telah dituntun Roh masuk ke Bait itu bertemu dengan Yesus. Perjumpaan dalam iman, membuat seseorang mampu mengenal siapa yang ditemui. Simeon yang sudah tua, melihat dalam diri bayi Yesus suatu pencerahan bahwa kegelapan telah berakhir, penyelamatan telah tiba, Kristus, sang Mesias yang dinantikan telah lahir di dunia. Ada sukacita, ada harapan baru, bahwa Israel akan beroleh kegembiraan dengan kelahiran Mesias yang dijanji. Simeon memujiNya (ay 29-32)
4. Satu hal yang saya catat dalam pertemuan ini adalah bahwa Simeon merombak pola pikir yang sempit, di mana orang tua sulit menerima anak kecil. Waktu seorang anak berkata kepada yang lebih tua, supaya jangan mengatakan kata-kata yang kurang sopan, maka yang tua berkata: ‘ sttt... anak kecil tau, apa?’. Orang dewasa sulit menerima padangan, pendapat dari yang dibawa usianya, walau mungkin dia lebih benar. Tapi Simeon mengubah pandangan itu bahwa yang kita anggap tidak layak dapat menjadi layak. Dalam diri bayi mungil itu, Simeon melihat keselamatan yang datang dari Tuhan.
5. Kesulitan kita menerima Yesus yang lahir di dunia, karena kita menerima dengan kerangka berpikir manusia. Isreal hanya menerima Mesias yang menjadi Raja dunia, bukan seorang Bayi mungil yang lahir di kandang domba, betlehem. Ketika kelahiran itu hina, maka sulit memahami kemungkinan Dia mampu menyelamatkan dunia dari kekuatan pedang musuh. Bagi Simeon bukan soal gagah perkasa, tapi Roh yang menuntun dia untuk tidak berlogika atas kelahiran Kristus melalui rupa hamba.
6. Simeon menaikkan pujian dan memastikan masa depannya di dalam Dia yang datang ke bumi. Di usia tuanya, yang akan mengakhiri perjalanan hidup, dikatakan: ‘..Biarkan aku pergi dalam damai sejahtera...’ sebuah kalimat kepasrahan bahwa tidak ada lagi kedamaian yang diperoleh di dunia ini, oleh apapun, kecuali damai bersama Kristus. Simeon menfokuskan pandangan dan hidupnya di dalam Dia yang membawa keselamatan. ‘mataku telah melihat...’ adalah pernyataan, bahwa di sepanjang hidupnya tidak ada keselamatan kecuali di dalam Tuhan Yesus, Juru S’lamat dunia! Kesejahteraan itu adalah kesejahteraan yang melampaui maut, di mana pertemuan mereka telah menentukan masa depannya. Tidak ada lagi ketakutan, karena maut telah dikalahkan!
7. Kesulitan manusia di dunia yang penuh persoalan hidup adalah melihat Tuhan yang datang ke dunia, membawa sukacita, pengharapan dan keselamatan. Maka bila ada orang berkata belum melihat Tuhan, itu adalah ungkapan kerinduan untuk bertemu kepada pemberi damai. Seperti rusa merindukan, demikian lah kita merindukan Tuhan menjawab persoalan hidup kita, namun kita tidak menemukan karena kita meninginkan Tuhan yang gagah perkasa, yang membawa pedang mengalahkan musuh.
8. Apakah yang dapat membuat kita boleh mengenal dan memahami kehadiran Allah dalam hidup kita? Calvin, pernah berkata; ‘Jika ingin mengenal dirimu, kenalilah dulu Allah.’ Artinya, selama kita berorientasi dari diri kita, maka kita sulit mengenal Allah. Sebaliknya, jka Allah dalam firmanNya yang telah menjadi daging sebagai orientasi kita untuk melakoni hidup, kita akan tahu apa yang patut, yang berkenan pada Allah. Kita akan tahu arah langkah kita. Jangan menjadikan diri sebagai tolak ukur dalam menjalani hidup, karena kita tidak cerdas melihat tindakan kita, kita selalu merasa benar, tepat dalam segala hal, tetapi ketika pertemuan kita dengan Tuhan menjadi patokan untuk bertindak, kita akan tahu arah langkah kita, di mana RohNya akan menuntun kita masuk ke hadiratNya, seperti Simeon yang tidak mengangadalkan diri, yang tidak menyombongkan diri sebagai bagian dari bangsa pilihan Allah. Simeon keluar dari sikap orang Jahudi yang merasa diri telah terselamat atas pilihan Allah pada mereka. Pertemuan Simeon kepada Bayi yang lahir itu, megingatkannya bahwa keselamatan itu ada pada orang yang berkenan padaNya, yang merespon kebaikan Tuhan. Kenalilah Allah, supaya kita mengenal diri kita sendiri.
9. Pada saat Dia datang akan terjadi : 1}. Manusia anyak jatuh pada penghukuman, bukan karena Allah menghukumnya, tetapi dengan kasih Allah menjadikan manusia menghukum diri sendiri atas ketidaktaatannya. 2). Banyak yang bangkit karena Tuhan mengulurkan tangan mengangkat umat yang terjatuh. Manusia memang hanya membutuhkan tangan yang terulur,sepert kata Seneca, 3). Terjadi perbantahan akan kehadianNya, di mana ada yang menolak dan menerima, Yesus sebagai Mesias.
10. Umat manusia yang telah mengalami pertolongan Tuhan dalam kehidupannya akan, berkata, aku telah melihat pertologan Tuhan, maka biarkanlah aku perdi dengan damai sejahtera.......Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar