Sabtu, 25 Desember 2010

Matius 2, 13-18

"Ktundukan pada Kemauan Tuhan"

1. Ada suatu kekuatan dalam diri manusia mempertahan secara kuat apa yang dia miliki, seperti jabatan, kekuasaan dan kekayaan. Sikap ini disebut sikap posesif. Maka ketika ada yang menggeser kekuasaannya, kebengisan, murka dan kemarahan akan meluap dari dirinya, bahkan siap membunuh dan menumpahkan darah. Hal ini yang terjadi pada Raja Herodes saat didengarnya dari orang majus bahwa telah lahir seorang Raja.
2. Mengapakah Herodes begitu posesif untuk seorang bayi? Seandaianya berita itu benar, bukankah dia sudah tua dan jangan-jangan bayi untuk mencapai takhta itu Herodes telah mati? Bukan hal yang tidak wajar kemurkaan muncul hanya karena kelahiran seorang Bayi di Yehuda? Apakah alasan Herodes murka?
3. Menurut ahli bahwa orang majus yang disebut suku magi adalah sekelompok cendikiawan Timur yang juga punya keahlian menafsir, dan menyihir. Kelompok ini tidak akan pernah menerima dan menyembah seorang raja jika tidak berasal dari kelompok/suku mereka. Hal ini tentu menunjukkan bahwa Raja yang datang itu, bukan hanya Raja untuk Yehuda, tapi sangat besar kuasa, terbukti suku eksklusif dan tidak mau terbuka, seperti orang majus datang dari untuk melihat dan menyebah bayi tersebut. Hal ini yang mengejutkan Herodes hingga memunculkan sikap posesif yang berlebihan, sikap yang tak terkendali sebab setelah orang majus itu pergi untuk meneruskan perjalanan , mencari Yesus, sementara Herodes membunuh setiap batita laki-laki yang ada Bethlehem dan sekitarnya.
4. Ada dua respon manusia dalam menyambut kedatangan Yesus, yaitu yang pertama: orang majus menyembah dan memberi persembahan, para malak bernyanyi dan gembala memuji. Kedua respon manusia duniawi, yaitu dengan meminimalkan berita kelahiran Yesus, di mana Herodes membunuh setiap bayi laki-laki berumur 2 tahun ke bawah. Sikap posesif hanya karena ingin mempertahankan kekuaasaannya.
5. Tapi apakah rencana jahat Herodes tercapai? Ketika Allah merencanakan suatu kebaikan untuk dunia, maka yang terjadi adalah kebaikan itu. Tidak ada kekuatan apapun di atas bumi ini yang sanggup merusak rencana Allah bahkan Herodes, yang memiliki wilayah kekuasan yang luas di seluruh Yudea. Kebusukan motivasi Herodes sudah Tuhan ketahui, sehingga Ia menyuruh para orang majus untuk tidak kembali kepada Herodes (ay. 12) dan memang benar Herodes memang bermotivasi busuk ingin menyingkirkan Mesias, karena kehadiran Mesias bisa menganggu otoritasnya sebagai raja Yudea. Demi mencapai tujuannya, ia memerintahkan membunuh semua anak di bawah umur 2 tahun di Betlehem (ay. 16-18).Sebelum rencana Herodes terlaksana, malaikat Tuhan datang ke mimpi Yusuf, supaya bangun dan membawa Yesus serta ibunya menyingkir ke Mesir. Allah mengutus malak surga menyampaikan berita bahwa keselamatan dunia harus terjadi, dengan bangunnya Yusus dan membawa anak itu bersama ibunya ke mesir.
6. Mengapa ke Mesir? pemenuhan akan apa yang sudah lama direncanakan oleh Tuhan, seperti: 'dari Mesir Kupanggil AnakKu', sebab Dia Tuhan bukan saja pernah memanggil Anak kesayanganNya dari Mesir, Dia pun pernah memanggil anak-anak Israel pulang kembali dari Mesir menuju tanah terjanji; Semuanya bukan terjadi secara kebetulan, melainkan memang rencana Tuhan yang dikenakan pada sejarah manusia.
7. Mendengar permintaan 'bangunlah dan ambilah Anak serta ibuNya', 'bangunlah Yusuf, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati'. Memang tidak disebutkan berapa lama mereka dalam pengungsian Mesir, yang jelas memang sampai 'mereka yang hendak membunuh Anak itu, mati'.
8. Semenjak lahir dan masa kecilNya memang Yesus tidak ditampakkan kemegahan dan keagunganNya, Dia hanya di-palung-kan di sebuah kandang, dan kini Dia malahan dikejar-kejar, dimasukan dalam DPO (Daftar Pencarian Orang), dijadikan buron! Penyelesaiannya: Dia harus diungsikan! Dia Yesus harus diungsikan, guna memenuhi kemauan Tuhan Allah dan bukan kemauan dan tuntutan manusia.
9. Secara psikologis, orang yang bertumbuh di pengungsian akan mengalami ketidak stabilan jiwa, rasa khawatir dan takut yang berlebihan, takut diusir, takut tidak diberi makan dan takut diberlakukan dengan tidak adil, maka biasanya orang yang pernah di pengungsian, dia ingin memiliki kenyamanan. Itu sebab pernah ada kesaksian seorang anak yang tinggal di camp pengungsian. Dia telah makan, tapi dia tidak bisa tidur pada malam harinya, setelah ditanya dia mengatakan ingin memegang sepotong roti di tangan. Setelah roti itu dipegang, dia baru bisa tidur nyenyak, ternyata, dengan sepotong roti dia merasa aman, bahwa besok dia pasti makan. Dia tidak dapat menjamin hari esok tanpa sepotong roti.
10. Orang baru pulang dari pengungsian sangat membutuhkan psikolog untuk menenangkan jiwanya, bahwa dia terjamin, bahwa dia akan merasa nyaman kembali ke daerahnya. Itu sebabnya, banyak orang Poso, ambon dan Timtim yang mengalami penyakit traumatik, mereka tidak mau pulang ke kampung halaman, karena kampung halaman adalah perang, ketidak adilan, lapar dan rasa takut, maka rasa takut yang berlebihan membuat mereka menjadi lebih aman di rantau walaupun rumah mereka, pekerjaan mereka di sana. Yesus mengisi masa kecilnya dengan hidup di pengunsian. Dia bertumbuh pada masa kanak-kanak di pengungsian Mesir, dan berakhir setelah Herodes Agung, orang yang berencana membunuhNya, mati. Dia tidak mengalami traumatik, jika kita membaca ayat berikutnya dia bersama ibunya dibawa Yusuf kembali ke Mesir. Artinya, setiap kali kita mengikuti kemauan Tuhan, pasti ada jalan keluar untuk persoalan yang kita hadapai, sebaliknya jika kita tunduk kepada kemauan manusia, kita mengalami kemuduran, sebab murka dan kemarahan menguasai hidup kita, sebagaimana yang terjadi pada Herodes, yang membunuh anak-anak 2 tahun ke bawah setelah mendengar berita kelahiran Yesus. Dia mati rasa, walau ratap para ibu atas putra mereka bergema di setiap sudut kota Bethlehem dan sekitarnya. Dia tidak perduli tentang hati ibu. Sehingga terpenuhilah firman Tuhan yang berkata: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.’ (Yeremia 31,15). ).
11. Tindakan raja Herodes Agung yang ingin membunuh bayi Yesus dan juga pembunuhan terhadap bayi-bayi di Betlehem mengingatkan kita kepada tindakan Firaun yang ingin memusnahkan bayi laki-laki Israel. Para bidan Mesir diperintahkan oleh Firaun untuk membunuh semua anak bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh wanita Israel (Kel. 1:16). Sehingga ketika Musa lahir oleh orang-tuanya yaitu Amran dan Yekhobed dari suku Lewi segera disembunyikan agar dapat terhindar dari pembunuhan dari Firaun (Kel. 2:1-2). Dalam kisah di kitab Keluaran dan Injil Matius pada hakikatnya mau menunjukkan bahwa terdapat persamaan antara Herodes Agung dengan Firaun. Mereka berdua merupakan representasi dari kuasa kegelapan yang ingin menghancurkan kehidupan dan karya keselamatan Allah.
12. Terkadang kita berpikir, bahwa kita telah mengikut Yesus dan menerima Dia yang lahir sebagai Tuhan dan Juruslamat kita. Namun ada banyak pergumulan yang kita alami, palungan, pengungsian, kadang domba. Apakah keluarga kudus, pribadi kudus harus selalu menderita, sebagaimana pengalaman Yusuf dan Maria dengan kelahiran Yesus yang di kandung dari Roh Kudus?
13. Mungkin kita punya banyak persoalan hidup, namun jangan kita terlalu curiga menjalani hidup, sehingga menjadi posesif, curiga bahwa apa yang kita miliki direbut atas digeser. Jangan kita menghalalkan segala cara hanya karena ingin mempertahankan apa yang bisa binasa, tapi baiklah kita menjadi orang majus, yang merendahkan hati, merendahkan kecendikiawanannya, bahkan eksklusifisme mereka karena melihat bintang Allah, bintang petunjuk membawa mereka ke kandang domba bahwa Raja dunia telah lahir di sana.
14. Mari pada natal ini kita tunduk pada kemauan Tuhan, seperti Yusuf membawa Yesus dan ibunya mengungsi, bukan kepada kemauan manusia, yang bisa menghancurkan dan merugikan orang lain. Bayangkan, seorang perempuan yang baru melahirkan, yang membutuhkan pemulihan, yang rentan dengan pendarahan harus berjalan ke Mesir untuk menuruti kemauan Allah. Maria tidak memikirkan kepentingan dirinya, karena percaya kepada petunjuk Malaikat Allah yang menyuruh mereka pergi ke luar dari Bethlehem. Dengan kondisi yang sangat lemah Maria, bayi Yesus dan Yusuf harus segera melarikan diri malam itu juga mengungsi ke Mesir. Mereka harus melakukan perjalanan jauh yang sangat sulit dan berat karena mereka harus melewati padang gurun yang di waktu malam sangat dingin, siang hari sangat terik. Mereka melarikan dari bahaya penangkapan dan pembunuhan dari raja Herodes, tapi dalam pelarian ke Mesir mereka juga harus menghadapi bahaya kematian yang sangat mengerikan khususnya saat mereka harus melewati padang gurun.
15. Natal mengingatkan kita agar tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan diri sendiri, jangan membunuh hidup, karier dan karakter orang lain supaya kita bertahan untuk hal yang duniawi. Amin.

Sabtu, 18 Desember 2010

Zefania 3, 9-13

“Hari Rahmat Tuhan Telah Tiba”

1. Penghukuman yang telah dinyatakan akan menimpa manusia, akan berakhir dengan datangnya rahmat Tuhan. Zefania datang ke tengah bangsa mengummkan bahwa berkat besar akan meliputi seluruh bangsa. Bangsa yang harusnya di hukum akan menerima kasih Tuhan dengan perubahan yang besar; perubahan karakter umat yang akan akan terjadi. Lidah yang biasa menghujat akan menyerukan nama Tuhan. Allah akan memberi rahmatNya, bukan saja untuk Yahudi tapi melebar sampai pada bangsa-bangsa dunia. Inilah rencana Allah atas dunia yang dinyatakan Zefania, di mana Tuhan datang pada umat, dan umat mematuhi Allah. Penyataan ini memberi harapan bagi umat yang memotivasi semua bangsa untuk semakin taat dan mendorong para hambaNya menyuarakan kebenaran agar semua bangsa mematuhi firmanNya, setia menanti janjiNya.
2. Allah adalah setia pada janjiNya, maka kita juga setia menaati firmanNya. Janji Allah akan memulihkan kehidupan umatNya. Dia akan datang membawa rahmat besar, maka sebelum janji itu nyata; Allah membuat pemurnian. Suatu sinyal perubahan besar dalam waktu yang ditentukan akan terjadi. Zefania memfokuskan nubuatnya pada perubahan bangsa-bangsa, di mana janji Allah akan terjadi; kesengsaraan diubah menjadi sukacita/kegembiraan; Allah berjanji memberikan bibir bangsa di dunia akan berbicara tentang kebenaran dan rahmat daripada kebohongan dan hal-hal najis (ay 9, lih. Yes 6:5-7.). Bibir bangsa tidak hanya alat mengatakan bahasa tapi sudah melampaui fungsi bibir untuk berbicara, yaitu bibir yang mampu menggambarkan dan melibatkan kemurnian hati. Artinya, Tuhan akan mempengaruhi hati manusia untuk berubah, sehingga organ tubuhpun menggambarkan sikap yang memuliakan Tuhan serta melibatkan iman dalam setiap sikap. Suatu perubahan yang membawa semua manusia menyembah Tuhan, sebagai Tuhan dan juruslamat. (Kej 4,26); melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sehingga tercipta ‘keluarga Allah’ (family of GOD). Pada awal perjanjian ini semua bangsa di bumi akan percaya pada Tuhan dalam diri Yesus Kristus (bnd Mat 25,31-46).
3. Permunian Israel akan mempengaruhi bangsa-bangsa dari berbagai penjuru (ay. 10-13). Umat Tuhan yang menyebar akan membawa hati yang tulus dan persembahan syukur bagi Dia yang mengubah penderitaan menjadi sukacita. Bangsa-bangsa dari berbagai penjuru akan menghias ibadah dengan pujian dan ucapan syukur, umat dari berbagai sudut bumi akan dipersatukan di kota Allah. Di pusat pemujian itu, semua lidah mengaku, Yesus adalah Tuhan dan Raja. Peristiwa ini adalah implikasi orang Yahusi datang ke Yerusalem, di kota Tuhan itu, Dia akan tinggal bersama umatNya, (ul 30,1-10; Yes 66,18+20). Pada hari itu (ay. 11), menjadi hari berkat, di mana rahmat Tuhan meliputi bangsa, penghukuman tidak menimpa bangsa oleh kasih setia Tuhan yang besar.
4. Ay. 11 menekankan bahwa pendengar nubuatan Zefanya tidak lagi merasa malu lagi atas pembrontakan mereka pada masa yang lewat, sebab nubuatan itu telah mengarahkan mereka menerima pengampun Tuhan, di mana akan datang rahmatNya meliputi mereka. Mereka tidak akan dihukum lagi, karena Tuhan telah menghapus semua pelanggaran mereka (Yeh 20,34-38; mat 25, 1-13). Dengan demikian bangsa yang telah menerima pengampunan tidak akan sombong lagi, bibir mereka tidak akan mengatakan hal-hal najis, tapi berubah ucapan menjadi memuliakan Tuhan. Di gunungNya yang kudus, akan terdengar sorak-sorai orang yang dibenarkan Tuhan. Kesadaran telah tiba oleh kasih setiaNya, sekaligus menyadarkan mereka untuk malu berbuat dosa dan hidup dengan rendah hati.
5. Bangsa yang diselamatkan Tuhan akan merendahkan hatinya (ay.12), dengan terus menerus mencari Tuhan sebagai pelindung mereka. Karakter terbalik terjadi, kesombongan diubah oleh kasih Tuhan menjadi rendah hati. Maka orang yang menerima keselamatan dan menanti (beradvent) janji Tuhan akan rahmatNya, tidak akan mengandalkan diri dan menganggap diri lebih baik dari orang. Kesadaran bertumbuh, bahwa cinta kasih Tuhan mengarahkan hati manusia untuk bersikap tulus dan rela menaati Tuhan dan mengimplikasikannya melalui sikap yang saling menerima, terbuka dan mengampuni.
6. Kerendahan hati juga akan membuat manusia tidak lagi menyembah berhala, tapi sungguh-sungguh menyadari bahwa Tuhan lah sumber berkat dan karunia dalam hidup umatNya. Dengan mencari Tuhan suatu indikasi kerendahan hati, tidak menunjukkan diri sebagai kekuatan dan kebenaran. Mencari Tuhan, akan menghilangkan kebohongan, penipuan dan praktek kejahatan lainnya dari diri manusia. Mereka yang diselamatkan akan menyerupai kawanan domba di rumput perdamaian dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggu mereka (cf. Ps 23;.. Mic 4:4).
7. Pada advent ke-4 ini kita juga sedang menantikan janji keselamatan dan rahmat Tuhan yang akan meliputi umatNya. Tidak ada lagi penghukuman oleh kesetiaan Tuhan, tapi sekaligus mendorong kita untuk menaati firmanNya, tunduk pada kehendakNya dan bertekun mengikutiNya. Janji Tuhan mengubah kita dari sengsara masuk ke dalam sukacita di dalam Kristus, mengubah kita dari angkuh, sombong menjadi rendah hati, sehingga bibir kita tidak lagi memuliakan diri, tetapi memuliakan Nama Tuhan, sehingga semua lutut datang menyembah Tuhan dengan penyembahan yang sungguh-sungguh, dari hati yang tulus untuk berbakti kepada Tuhan. Aktivitas gereja kita murni melayani dan menyembah Tuhan, bukan mencari keuntungan diri, memakai gereja sebagai alat kemuliaan pribadi. Akhirnya, di advent ke – 4 ini mari kita menanti Tuhan yang kedua kalinya sambil tekun melakukan kebaikan yang terpancar dari bibir yang mengucapkan perdamaian, sukacita dan kabar baik. Amin.

Selasa, 14 Desember 2010

Tta

Tata Ibadah Akhir Tahun
HKBP DEPOK I, Resort Depok
Jumat, 31 Desember 2010
01. Kata Pembukaan
Hari ini kita telah memasuki akhir tahun 2010. Kita patut bersyukur atas semua campur tangan dan perbuatan Tuhan menghantar kita sampai akhir tahun ini, dengan pengharapan akan memasuki tahun 2011. selama tahun 2010, melimpah berkat Tuhan pada kita, walau tidak dapat kita pungkiri, bahwa banyak pengalaman pahit juga menyertai perjalanan kita, seperti bencana alam yang silih berganti, kekerasan di tengah masyarakat, Gereja dan rumah Tangga, krisis ekonomi yang berkesinambungan, bahkan krisis kepercayaan kepada pemimpin bangsa dan gereja. Hari ini kita melihat dan merasakan bahwa Tuhan menyatakan kasih setiaNya pada kita, khususnya jemaat HKBP Depok I, dengan perjalanan Gereja yang penuh damai sejahterah, diberi kesehatan, rejeki dan anak-cucu yang baik. Untuk itu, mari kita persiapkan hati dan pikiran kita, memasuki ibadah akhir tahun dengan berdoa dalam hati masing-masing.
- Saat Teduh – diiringin Musik KJ No. 326

02. Bernyanyi KJ No. 3,1-2
1). Kami Puji dengan riang, dikau Allah yang besar; bagai bunga t’rima siang, hati kamipun mekar. Kabut dosa dan derita, kebimbangan, t’lah lenyap. Sumber suka yang abad, b’ri sinarMu menyerap
-Jemaat berdiri-
2). Kau memb’ri, Kau mengampuni, Kau limpahkan rahmatMu. Sumber air, hidup ria, lautan kasih dan restu. Yang mau hidup dalam kasih. Kau jadikan milikMu. Agar kami menyanyangi, meneladan kasihMu.

03. Votum Introitus
L : Di dalam Nama Allah Bapa yang menciptakan langit dan bumi, Dan Nama Yesus Kristus, yang menebus dosa dunia, serta Roh kudus yang memelihara kehidupan.
J : Amin.
L : Hari-hari sudah berlalu, dan tahun kita telah berakhir, tapi hari Tuhan terus berjalan, sampai maranatha yang kedua, sebab itu berjaga-jalalah, peliharalah imanmu, sebab ujian akan imanmu itu akan menghasilkan ketekunan.
J : Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. L : Ya Tuhan, Engkaulah Allah kami, sejak awal sampai akhir, Allah alpha dan omega. Allah yang mengawali dan mengakhiri, Allah hari ini dan yang akan datang, penguasa atas langit dan bumi, Allah yang perkasa, Haleluya
J : Haleluya... haleluya...haleluya...
P : Kita berdoa: Ya Tuhan, Maha Pengasih, sumber kemuliaan dan sukacita kami. Kami bersyukur atas kasih setiaMu, menyertai langkah kami sepanjang tahun 2010 ini.
J : Pada akhir tahun ini, kami datang bersembah sujud ke hadiratMu yang kudus, mengingat kasih setiaMu yang besar dalam memelihara hidup kami.
L : Engkau menyertai kami dalam pekerjaan, memberi kesehatan, mencukupkan kebutuhan, dan menuntun arah langkah kami, sehingga selamat sampai saat ini.
J : Kasihani kami ya Tuhan, layakkan kami juga memasuki tahun yang akan datang, tahun jubileum HKBP, tahun yang hanya beberapa jam lagi di hadapan kami.
L : Kami sering mendukakan hatiMu ya, Tuhan, dengan sikap, perkataan dan perbuatan kami yang melukai hatiMu di sepanjang tahun ini.
J : Kasihani kami ya, Tuhan. Jangan tebang pohon yang belum berbuah ini, jangan buang kami dari hadapanMu, jika belum ada buah yang benar kami persembahkan padaMu.
L : Syukur kepadaMu, Tuhan sebab kasih setiaMu melampaui kesalahan kami, cintaMu, menutupi dosa kami, sehingga kami layak berseru:
Semua : Mengandalkan kasihMu, kami layak berharap memasuki tahun 2011, serta mengimani, penyertaanMu, sebagaimana yang sudah kami terima sepanjang tahun 2010 ini,
L : Kami berdoa dalam satu Nama yang Kudus, Nama Yesus Kristus, Penjamin hidup kami,
L+J : A m i n
- duduk -
04. Bernyanyi KJ No 440,1-2
1). Di badai topan dunia, Tuhanlah perlindunganmu; kendati goncang dunia, Tuhanlah perlindunganMu.
Reff: Ya, Yesus gunung batu di dunia, di dunia, di dunia. Ya Yesus gunung batu di dunia, tempat berlindung yang teguh.
2). Baik siang maupun malam g’lap, Tuhanlah perlindunganmu; niscaya takutmu lenyap, Tuhanlah perlindunganmu!
Reff: Ya Yesus, gunung batu di dunia.....
05. Epistel : Wahyu 2, 1-7
L :"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
J : Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
P : Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
J : Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
P : Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
J : Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
Semua : Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
L : Berbahagialah orang yang mendengar Firman Tuhan, serta melakukannya,
J : Amin.

06. Koor

07. Bernyanyi KJ No. 446,1+4
1). Setialah... kepada Tuhanmu, hai kawan yang penat. Setialah... sokonganNya tentu di jalan yang berat. Kan datang Raja yang berjaya, menolong orang yang percaya,.. setialah!
-Jemaat Berdiri-
4). Setialah... kepada yang menang, meski maut kau tempuh. Setialah... sehabis berperang terima upahmu! Mahkota hidup diberiNya; kau masuk dalam t’rang ceria. Setialah!

08. Renungan dan Janji Akhir Tahun
L : Tahun 2010, HKBP menetapkan sebagai tahun penatalayanan, menata struktur, sistim, administrasi, keuangan dan invetaris jemaat, dari tingkat jemaat hingga pusat, supaya menjadi gereja yang ‘rapi dan tersusun’. Kita mencatat, pada tahun penatalayanan ini, semakin meningkat kemampuan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi informatika, serta adanya, persaingan yang semakin ketat, maka HKBP perlu membenahi diri menjadi jemaat yang visoner dan bermisi mengembangkan kerajaan Allah secara rapi dan tersusun menyambut tahun jubileum, tahun di mana semua warga HKBP boleh bersorak-sorai merayakan kebaikan Tuhan atas perjalanan HKBP selama 150 tahun, setelah membangun persekutuan, bersaksi ke dunia, dan mensejahterakan dunia dan jemaat.
J : Tuhan pada tahun ini, kami mengalami duka, baik secara personal, maupun seluruh bangsa, dengan banjir bandang di Wasior, Papua Barat, Tsunami di Mentawai, sumatera Barat dan letusan Gunung Merapi, di Magelang, Jawa Tengah. Banyaknya orang-orang yang menganggap diri lebih baik dari yang lain, sehingga menganggu dan menggusur ibadah kami kepadaMu, seperti di HKBP Sosa, Tapanuli Selatan, HKBP Ciketing, Bekasi Timur, HKBP Rancaekek, Bandung, dan di berbagai tempat di Negara kami. Kami gagal mewujudkan kebenaran, di mana banyak terlibat umat kristen dalam ketidakbenaran hukum, ekonomi, sosial dan pengrusakan alam. HKBP semakin lemah memperjuangkan kebebasannya sebagai umat pilihanMu, di tengah negara yang semakin menekan hak beribadah umatMu.
L : Jemaat yang dikasihi Yesus! Kesusahan dan kesulitan akan datang silih berganti, mengancam hidup orang percaya. Tapi Kristus yang sudah mengangkatmu, dari jurang maut, takkan melepaskanmu, sendiri dan tak berdaya, Dia setia memelihara, menjaga hidup umatNya. Dia yang berkata: ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
J : Syukur kepada Tuhan, yang sudah melawat umatNya, yang memberi kelegaan saat letih dan berbeban, yang menjamin masa depan umatNya, dengan anugerahNya. Aku akan mengasihi Tuhan, dengan segenap hati, kekuatan, pikiran dan jiwaku, Hosianna...
L : Walau berbagai kesusahan menghadang kami tahun 2010 ini, kami tidak takut dan gentar, sebab Tuhan menyertai kami. Kami merasakan bahwa anugerah Tuhan lebih besar dari persoalan hidup yang kami alami. Maka saat, menjelang tahun 2011, kami berjanji kepadaMu :
J : Bernyanyi KJ No.369a, 1: Ya, Yesus, kuberjanji, setia padaMu; kupinta Kau selalu, dekat ya Tuhanku! Di kancah pergumulan, jalanku tersesat, kar’na Engkau temanku, pemimpin terdekat.
L : Tahun 2011, HKBP akan merayakan jubileum 150 tahun. Seluruh jemaat HKBP akan ber tahun jobel, tahun pembebasan, tahun sorak-sorai. Itu semua karena kebaikan Tuhan, maka saat ini kami berjanji:
J : "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
L : Tuhan: kami serahkan hidup kami pada pemeliharaan Tuhan, supaya kami boleh berjalan sesuai dengan kehendakMu dan firman kebenaranMu.
J : (Menyanyikan KJ No 369a, 2): Dekaplah aku, Tuhan, di ribut dunia, penuh kilauan hampa dan ribut dunia. Di dalam dan di luar si jahat mendesak. Perisai lawan dosa, ya Tuhan, Kau tetap.
09. Koor
10. Bernyanyi KJ No. 300, 3 (jemaat berdiri)
3). Aku sadari, bahwa aku ini, makhluk terhina yang telah Kau pilih. Itu semua, murahMu belaka, yang tak tertara.
11. Pengakuan Iman Rasuli
L : Marilah kita bersama-sama mengaku Iman percaya kita, sebagaimana teman-teman seiman di seluruh dunia, kita bersama-sama, mengucapkannya:
J : Aku percaya... dst

12. Koor

13. Bernyanyi KJ no. 370, 1-2
1). ‘Ku mau berjalan dengan jurus’lamatku, di lembah berbunga dan berair sejuk. Ya, kemana juga aku mau mengikutNya, sampai aku tiba di neg’ri baka.
Reff: Ikut..ikut...ikut Tuhan Yesus, ‘kutetap mendengar dan mengikutNya. Ikut... ikut...ikut Tuhan Yesus, ya, kemana juga ‘ku mengikutNya.
2). ‘Ku mau berjalan dengan jurus’lamatku, di lembah gelap, di badai yang menderu. Aku takkan takut di bahaya apapun, bila ku dibimbing tangan Tuhanku. Reff: Ikut...ikut... dst

14. Berich ( Berita ‘jujur taon’) 2010

15. Bernyanyi KJ No.263, 1
1). Yang t'lah menang disambut di firdaus; dan makan buah pohon alhayat. Tak lagi ingat dukaatau maut; Kristus yang hidup Tuhannya tetap. Ia alami nikmat sorgawi dan merasai kasih kekal dan merasai kasih kekal.

16. Laporan Keuangan/Inventaris Jemaat 2010

17. Bernyanyi KJ No. 332, 1
1). Kekuatan serta penghiburan, diberikan Tuhan padaku. Tiap hari aku dibimbingNya, tiap jam dihibur hatiku. Dan sesuai dengan hikmat Tuhan, ‘ku dibrikan apa yang perlu. Suka dan derita bergantian, memperkuat imanku.

18. Kata-kata sambutan mewakili Jemaat dan Parhalado

19. Bernyanyi KJ No. 441, 1
1). ‘Kuingin menyerahkan... seluruh hidupku. Sekalipun tak layak, kepada Tuhanku. Kubunuh keinginan, dan hasrat hatiku. Supaya hanya Tuhan, mengisi hidupku.

20. Doa Syafaat

21.Bernyanyi KJ No. 289, 1... (Persembahan 1 a+b)
1). Tuhan pencipta semesta, Kaulah yang Maha mulia; sungguh besar karunia, yang Kau beri.
-Musik...-
2). KasihMu nyata terjelma, di sinar surya yang cerah, di sawah dan tuaiannya, yang Kau beri.
- Musik...-
3) Puji syukur terimalah, atas berkat anugerah, di rumah yang sejahtera, yang Kau beri.
-Musik...-
4). Kau merelakan PutraMu, supaya dunia di tebus; dengannya kurnia penuh, t’lah Kau beri.
-Musik...-
5). Kau mencurahkan Roh kudus, dengan segala yang perlu; hidup, kuasa, kasihMu, Engkau beri.
-Musik...-
6). Tidak terbatas kurnia, ampunan dosa dunia; dan pengharapan yang baka, yang Kau beri.
-Musik...-
7). Hilangkan harta yang fana, yang kami cari hanyalah, harta sorgawi yang baka, yang Kau beri.
-Musik...-
8). Pemb’rian kami selamanya, dari tanganMu, asalnya; yang Kau terima itulah, yang Kau beri.
-Musik...-
9). Terima hormat dan sembah, terima hidup dan kerja; serta sekalian benda, yang Kau beri.

22. Khotbah : Ulangan 8, 11-18

23. Bernyanyi KJ No. 346, 1... (Persembahan 2 untuk Dana Pensiun HKBP).
1). Tuhan Allah beserta engkau sampai bertemu kembali; kasih Kristus mengawali, Tuhan Allah beserta engkau.
Reff: Sampai bertemu... bertemu..., sampai lagi kita bertemu. sampai bertemu,... bertemu..., Tuhan Allah beserta engkau.
-Musik-
2). Tuhan Allah beserta engkau, sayapNya pernaunganmu. sabda Kristus santapanMu, Tuhan Allah beserta engkau. Reff...
` -Musik-
3). Tuhan Allah beserta engkau, dalam susah dan keluhmu. rangkulanNya menghiburmu, Tuhan Allah beserta engkau. Reff...
-Musik-
4)Tuhan Allah beserta engkau! Panji Kasiih peganganmu. maut pun kalah di depanmu, Tuhan Allah beserta engkau!.
-Musik-
24. Pengutusan :
L : Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa;
J : janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.
L : Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
J : Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." L :Doa Penutup dan berkat : Lihat Agenda HKBP.




Selamat Akhir tahun 2010 dan menjelang tahun 2011
Tuhan Yesus memberkati!

Sabtu, 27 November 2010

Yesaya 32,1-8

“Pemulihan Batin : Datangnya Raja Syalom”
1. Tiga hari lalu ada anggota jemaat yang baru menjalani operasi kandungan. Sehari setelah operasi, sayamenanyakan kondisinya. Dia menjawab bahwa operasinya berjalan baik. Dia tertidur selama lima jam. Walau badanya masih sakit dan pegal tapi dengan tidur membuatnya merasih pulih. Dipulihkan (Ibrani syub = dibayar lunas hutang, disembuhkan, memperoleh kesegaran kembali) membuat kita merasa nyaman, damai dan gembira.
2. Demikianlah situasi Israel pada perikope ini setelah memperoleh pemulihan dari Tuhan. Hidup yang dulunya menanti penghukuman (Psl 28-35), namun menjadi segar, teduh dan nyaman karena pemulihan terjadi pada mereka dengan kedatanang raja yang adil, dan pemimpin-pomimpin yang benar. Pemulihan juga, mengutuhkan hubungan umat dengan khalik.
3. Perjumpaan seseorang dengan Tuhan merupakan standart tertinggi dari pertobatan, maka ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan, dalam dirinya terjadi transformasi spiritual, di mana orang bebal tidak akan membenarkan diri dan menganggap kebebalannya sebagai sebuah kebenaran. Orang yang menolak dan menghujat Tuhan akan menerimaNya sebagai Tuhan dan Jurus’lamat. Yang mementingkan diri menjadi punya kepedulian. Kata ini dalam kel.35,5dipakai untuk orang yang memberi dengan sukarela.
4. Perikope ini merupakan masa pemulihan, masa di mana orang mengalami perubahan fisik, rohani dan pandangan hidup mengenai keadilan dan kebenaran. Mengapa terjadi perubahan? Karena Tuhan memulihkan umatNya, memulihkan pemimpin bangsa.
5. Teori kepemimpinan berpendapat bahwa ikan yang busuk di mulai dari kepala kemudian menjalar ke tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa rusaknya sebuah organisasi ditentukan oleh kepala (pemimpin). Jika pemimpin baik, maka anggotanya akan baik. Dalam teologia pastoral diakui, jika ‘jemaat mengetahui bahwa mereka dikasihi oleh pasrturnya’, maka akan terjadi kedamaian dalam sebuah komunitas.
6. Pengalaman bangsa Israel menunjukkan bahwa kepemimpinan di Yehuda mengalami kemerostoan (psl. 28-35). Yesaya hendak memperhadapkan suatu realita masyarakat yang mengalami kepanikan, oleh situasi kacau yang dihadapi bangsa Israel, dengan para pemimpin Yehuda yang tidak benar, yang menganjurkan aliansi dengan Mesir (lih 29, 15-16; 30, 1-2). Di tengah ketiakpastian mereka, Yesaya menyatakan bahwa masa-masa sulit yang dialami bangsa Israel akan berakhir dengan kedatangan Raja syalom, yang meneduhkan hati yang gersang, menyegarkan jiwa kering, bagaikan air yang mengaliri tanah kering dan tandus, sebagai pelindung dalam suasana yang menankutkan (2). Masing-masing Raja dan pemimpin itu mempunyai integritas dan terpercaya, menjadi sumber kanyamanan dan kesegaran dalam menjalani hidup yang sulit. Memberi keuntungan dan pemeliharaan bagi umat Allah. Bila di dunia ini kita banyak mendengar berita buruk, tapi Yesaya menubuatkan berita keselamatan, berita pemulihan, di mana akan tiba waktunya, pemimpin yang adil dan benar hadir di tengah-tengah kita.
7. Dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita pernah bertemu dengan orang yang belum mengenal kebenaran, belum mengalami pemulihan dari Allah, sehingga memungkinkan kita bisa bertemu dengan pemimpin yang tidak benar, apakah itu di dalam rumah, di tempat kerja, di Negara bahkan di gereja, yang membuat kita tidak nyaman, panic dan tidak mempunyai kepastian mengenai makna kebenaran.
8. Salah satu ciri dari masyarakat post modern, adanya kecenderungan masyarakat kehilangan kepastian terhadap kebenaran, di mana makna kebenaran dan keselamatan tidak lagi dihayati berasal dari satu keyakinan/kepercayaan tertentu; tetapi kebenaran atau keselamatan terbentuk dari hubungan, interaksi dan ketergantungan terhadap setiap bidang yang ada ada di sekelilingnya. Itu sebabnya dalam pemikiran “post-mo” tidak boleh ada “klaim” kebenaran oleh suatu agama. survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Amerika menolak kebenaran mutlak. Manusia cenderung lebih kompromistis dengan situasi lingkungan di mana dia tinggal. Maka sering orang Kristen, dalam acara nasional lebih setuju mengatakan Tuhan Yang Maha Esa, demi untuk diterima oleh pihak lain yang tidak seiman dengan kita. Akibatnya dia memandang dan memperlakukan keyakinan iman Kristen menjadi serba relatif. Kebenaran menjadi rancu oleh berbagai ketidak-pastian yang dipunyai oleh banyak orang bahkan para pemimpin.
9. Pada zaman ini orang menjadi tergantung pada semua ajaran, dan tidak menganut satu kebenaran yang pasti untuk diikuti, sehingga menyebabkan ketidak-nyamanan. Tidak ada kepercayaan pada keselamatan, tapi penolakan-penolakan pada makna kebenaran dan keslamatan.
10. Yesaya muncul dengan sebuah perubahan, di mana dalam perikope ini, dibicarakan tentang pemimpin dalam artian yang luas, dari orang-orang yang menjabat (ay.1) sampai orang yang berbudi luhur, sehingga menunjukkan kepemimpinan moral/rohani dalam masyarakat. Tentu, harapannya bahwa raja dan penjabat-penjabat yang lain akan memiliki karakter itu juga, tetapi harapannya tidak terbatas pada kelompok itu.
11. Tentang pemimpin yang menjabat, dalam ay.2 disampaikan empat gambaran mengenai kenyaman oleh kepemimpinan yang baik. Ay..3-4 berbicara tentang pemulihan batin, di mana mata, telinga, hati dan lidah orang akan berfungsi sebagaimana semestinya. Mata semestinya sanggup melihat hal-hal yang tidak beres (seperti dalam ay.5-7), tetapi tidak sanggup karena hati yang terburu nafsu. Telinga semestinya sanggup mendengar hal-hal yang melanda hidup manusia seperti keluhan orang miskin, yang tertindas (baik secara rohani, maupun secara ekonomi, ay.6-7) namun ‘gagap” menyampaikan keluhannya (ay.4).
12. Pada minggu advent I ini, saat kita menanti sebuah kebenaran, kita sering diragukan berbagai persoalan yang kita alami. Kita mengisi penantian dengan kebenaran dunia, sehingga bisa menyebabkan kekacauan, namun Yesaya melihat jauh ke depan bahwa saat yang dinanti akan tiba, di mana akan datang Raja dan pemimpin masa depan yang tegas, tidak membuat kepanikan warga dengan berbagai situasi yang menggoncang. Tidak ragu akan bencana, risis ekonomi, kepercayaa oleh perubahan peradaban yang makin kacau, sebab akan muncul seorang pemimpin yang membawa pemulihan, Raja syalom, pembawa kedamaian, keadilan dan kebenaran (ay 9). Penglihatan Yesaya merujuk pada Mesias yang dijanjikan, yang datang membawa keselamatan dunia, mewujudkan kebenaran di tengah banyaknya ketidakbenaran, Dia Raja yang perkasa, pemimpin yang adil dan benar.
13. Pada saat yang dinanti itulah, akan terjadi penyempurnaan atas segala kekurangan manusia; yang buta melihat; yang tuli mendengar. Totalitas dari diri manusia akan diubah Tuhan, fisik, tapi terutama rohaninya. Transformasi dalam pandangan hidup. Orang akan melihat, menerima, memahami, dan berkomunikasi tentang kebenaran karena mereka telah diperbaharui, disempurnakan dari setiap kekurangannya. (3-4). Karakter amoral dan jahat, juga mengalami tarnsformasi (ay.5).Hasil dari pemulihan batin adalah pengakuan tentang orang-orang yang berbudi luhur. Memang jika mata tertutup dan telinga tidak menengar, orang bebal bisa saja mengklaim dirinya benar, tetapi perubahan yang diturunkan Roh, mengubah manusia untuk jujur dan berlaku benar, tidak membenarkan diri dan tidak menutup mata untuk persoalan yang dialami sesamanya.
14. Ay 6-8 hendak menjelaskan lebih lanjut bahwa pada masa itu akan terjadi perubahan-perubahan dalam diri umat Allah. Karakteristik yang ada dalam diri mereka dan telah menyatu dapat diubah oleh karena kepemimpinan yang menyejukkan, yang dapat mengubah hati jahat mau meninggalkan kejahatannya. Orang jahat sekalipun, jika dia tahu bahwa dia dikasihi, dia akan berubah karena merasakan bahwa dia dihargai. Raja dan pemimpin yang akan datang, Mesian yang dijanji adalah pemimpin yang mencerahkan masa depan umat manusia, di mana manusia mengetahui bahwa hidupnya berharga, bahwa keberadaannya dikasihi, walaupun penuh dosa dan nista. Menyadari kepedulian dan cinta kasih dari yang memimpinnya membuat hatinya tersentuh dan mau diubah oleh kebaikan yang menedukan jiwanya.
15. Yesaya melihat suatu waktu di mana kebebalan, kejahatan, kebodohan dan segala bentuk yang menantang moral dan memikirkan yang menyesatkan Allah, diubah spritualitasnya oleh keadilan dan kebenaran yang dibawa oleh Raja yang akan datang.
16. Tujuan Yesaya menggambarkan masa depan yang penuh harapan adalah untuk memanggil bangsa Israel kembali kepada kebenaran, meninggalkan sikap yang hanya mementingkan diri dan membiarkan orang lain lapar, supaya masuk ke jalan Allah. (bnd 31,6). Firman ini menekankan pentingnya setiap orang bertobat, meninggal tabiat buruk dan menjadi umat yang memberi dengan sukarela; bertobat!

Sabtu, 13 November 2010

Pengkhotbah 11, 1-10

‘Bekerja , sebagai Tanggung Jawab dan Ketulusan”
1. Panggilan hidup manusia adalah bekerja secara bertanggung jawab. Maka ketika Tuhan menciptkan manusia, pada mereka diberi mandat untuk mengelola bumi (bnd Kej 2,15: TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu). Mengapa, sebab Tuhan juga bekerja selama 6 hari dan sampai sekarang pun Tuhan masih bekerja (Yohanes 5 : 17 “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka akupun bekerja juga”.)
2. Bekerja sebagai panggilan harus dilihat dari anugerah Tuhan. Maka etika profesional kerja mengatakan bahwa kerja adalah anugerah. Bila kerja adalah anugerah, maka tidak ada kesempatan bagi manusia untuk bermalas-malasan, bahkan lebih kalau menurut Rsul Paulus, yang tidak bekerja boleh makan. Artinya, hidup harus diisi dengan bekerja, sebab bila bekerja berarti kita mensyukuri hari-hari/kesempatan yang diberi Tuhan.
3. Seorang bijaksana pernah mengatakan, kepuasan hidup terdapat pada saat kita bekerja dan menerima hasil dari apa yang kita kerjakan. Kita tidak dapat melihat semua rencana Allah, dan tidak ada di dunia ini yang bisa kita bangun untuk menemukan makna yang memuaskan, namun sebagai ciptaan kita harus memenuhi tujuan Allah dengan menerima banyak dalam hidup kita sehari-hari
4. Dalam perikope ini manusia diajarkan untuk mengisi hidup dengan bekerja. Dalam ay 1. lemparkan rotimu... ayat 1 ini dipahami dalam berbagai pengertian, ada yang mengatakan transaksi jual beli melalui transportasi kapal, ada juga mengatakan orang menjalankan uang tanpa buka kepada orang di luar dirinya, tapi ada juga mengartikan, Roti berarti benih-benih yang ditaburkan di tanah yang tergenang air, kelihatannya benih itu seperti hilang terbawa arus air, tetapi pada akhirnya lama setelah di tabur, tanah basah itu akan menghasilkan pertumbuhan dari benih yang ditabur. Ada yang mengatakan ay 1 ini tindakan amal, di mana seseorang memberi roti atau berbagi pada sesama, maka suatu hari akan mendapat imbalan dari yang diperbuatnya, tetapi pengkhotbah hendak menunjukkan bahwa hidup kita harus diisi dengan bekerja secara bertanggung jawab dan penuh ketulusan. Tugas kita menabur, tanah bisa memberi hasil, bisa tidak tapi tidak mengurangi semangat kerja jika belum langsung kelihatan hasilnya. Itu sebabnya dalam ay 2 dikatakan, jika kita punya kesempatan bekerja dan berusaha jangan merasa cukup atau puas dengan satu perkerjaan atau satu usaha saja. Dengan beberapa pekerjaan dan usaha yang dikerjakan selain berguna untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Artinya dengan kerja dan usaha kita, akan tercipta lapangan kerja baru dan pendapatan kita dan untuk orang lain juga, lebih tajam lagi dalam ay. 6 dikatakan bekerja tidak bisa berhenti hanya siang hari, tapi malam juga, siapa tahu yang suatu waktu berhasil dan satu waktu lain tidak, atau kedua-duanya bisa berhasil baik. Yang pasti kita terpanggil bekerja dan memberi keuntungan bagi sekitar kita namun hasil tunduk pada ketentuan Tuhan.
5. Kegagalan orang bekerja, jika kita meramal hasil dari kerja dan menunggu semua situasi baik. Tunggu aman dulu baru saya mau jadi pengurus, demikian kira-kira yang sering kita dengar. Padahal justru kerja kita dituntut di situasi sulit, supaya kita dengan semangat dan tanggung jawab yang tulus menghasilkan yang baik. Dalam ay. 3-4 dijelaskan jangan menunggu kondisi sampai sempurna. Kita bekerja secara rajin walaupun kondisi belum sempurna benar, karena tugas kita adalah melakukan pekerjaan. Petani yang baik tidak perlu melihat cuaca mendukung atau tidak, pedangang tidak menunggu pembeli datang baru membuka toko/usahanya, tetapi pagi hari dia akan mulai aktivitas tanpa ditentukan oleh kondisi. Tuhan akan bertindak dengan kondisi itu, sehingga pekerja keras tidak sia-sia dalam melakukan tugasnya.
6. Cenderung orang berharap bahwa apa yang dikerjakan akan berhasil secara maksimal, maka orang yang bekerja secara optimal bahkan sampai lembur karena berharap bahwa upah diterimanya akan berlipat ganda. Tapi pengkhotbah hendak menekankan, bukan upah tujuan pekerjaan, tapi melakukan tanggung jawab dan membangun ketulusan, maka sering kita melihat tidak semua yang bekerja harus kaya, karena banyak yang bekerja keras tetap miskin, tapi melalui perikope ini dijelaskan, apa yang kita kerjakan tidak pernah sia-sia jika kita mengandalkan ketulusan dan tanggung jawab memenuhi tugas kita sebagai orang diberi mandat mengusahakan bumi.
7. Jarang orang tahu bagaimana jalannya angin atau "Hanya sedikit orangtua memahami persis bagaimana bayi terbentuk, tapi kebanyakan mengikuti aturan akal sehat untuk kesejahteraan ibu dan anak yang akan lahir.’ Artinya, manusia tidak tahu cara kerja Allah memberkati benih yang kita taburkan, kita tidak tahu bagaimana Tuhan membuat kondisi buruk bisa menghasilkan buah yang baik, tapi Tuhan punya cara yang harus diimani manusia dan diterima bahwa tidak ada jerih payah yang sia-sia. Ay. 5 ini juga mengingatkan kita, meski kadang kita tidak tahu bagaimana semua bisa terjadi dengan kondisi kita yang kurang sempurna, tapi satu hal harus yakini Tuhan ada di semua pekerjaan yang kita lakukan. Oleh karena itu kerja bukan soal besar atau kecil, tapi bagaimana kita komit dengan kerja yang kita terima dan kita lakukan secara bertanggung jawab. Istilah Tuhan Yesus dalam Lukas 16,10-13, terpercaya dalam hal kecil maka akan dipromosikan ke hal besar. Terpercaya mengelola harta dunia, maka akan diberi kesempatan menjadi pewaris harta sorgawi. Maka perikope ini mengajarkan kita agar mengisi hari-hari pemberian Tuhan dengan bekerja, kapan saja selagi ada kesempatan, kita tidak tahu mana yang berhasil, tetapi harus kita yakini bahwa tidak ada pekerjaan yang sia-sia.
8. Akibat seringnya kita berlogika dalam bekerja, maka sering kita bekerja untuk upah. Jika tidak menguntungkan kerja itu diabaikan. Kita tidak lagi mau bekerja jika hasilnya tidak jelas. Kita sering mendengar RS tidak mau mengambil tindakan kalau pasien tidak ada yang menanggung jawabi biaya pengobatan. Ada anak yang putus sekolah karena tidak mampu membayar uang sekolah tepat waktu. Ada anak jenius, tapi harus menerima apa adanya tanpa bisa bersaing ke dunia pendidikan yang lebih tinggi karena tidak ada jaminan sosial yang mendukung mereka, karena cenderung instansi akan memutuskan sesuatu itu bisa atau tidak jika sudah jelas hasil akhir dari kerjanya, maka seorang ahli berkata 90 % aktivitas kita berkaitan dengan uang. Semua dikaitkan ke uang sampai lupa pada ketulusan melakukan kerja. Itu sebabnya Dr Fritz dari Jerman pernah berkata di RS HKBP, bahwa RS di Jerman, selalu menyisikan dana sosial, siapa tahu ada pasien yang tidak mampu berobat karena miskin, maka mereka dapat dibati dari dana sosial yang sudah disisikan. Artinya janganlah karena hasil yang tidak jelas kita menjadi tidak bertindak. Kalau kita hanya memperhatikan arah angin, maka kita tidak akan pernah menabur.
9. Dunia kerja saat ini perlu adanya ruang moralitas, sebagai energi positif dalam bekerja. Jika ditarik benang merah, menelusuri asal-usul etos kerja, pengejaran keuntungan ekonomi, asal dikerjakan dengan kesungguhan dan kerja keras maka tidak pernah orang yang bekerja keras tidak mendapat hasil.
10. Semangat bekerja pun, dalam kearifan budaya mengakui bahwa bekerja untuk survive tidak melanggar kodrat. Perspektif Kristen bekerja didorong oleh panggilan jiwa. Dalam pelayanan semua orang harus bekerja keras untuk mendapatkan kebutuhan dan pelayanan sebagai tanggung jawab manusia. Tidak ada kesuksesan tanpa keringat, dan tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
11. Secara singkat tema dari ay 1-6 ini : kita harus menggunakan kebijaksanaan
berani dan hati-hati, namun rendah hati. Seorang pengamat mengatakan kekuatan seorang pemimpin adalah ketika dia berani mengatakan sesuatu walaupun itu bertentangan dengan situasi yang akhirnya dia akan menanggung resiko. Dan Obama memikiliki itu. Dan itu lah yang kurang pada pemimpin kita.
12. Bagaimana sikap hidup orang yang bekerja? Ada dua alasan kegembiraan hidup manusia, yang dicatat pengkhotbah, yaitu :
- Ay 7-8: Alasan pertama kita harus menikmati hidup sekarang karena kita tidak dapat melakukannya setelah kita mati. Sebagai orang Kristen, kita menyadari bahwa kehidupan setelah kematian akan jauh lebih baik untuk orang percaya dari kehidupan sekarang di bumi ini. Karena hidup kita sigkat, maka baiklah kita menikmati, karena setelah mati, kita bisa lagi menikmati hidup ini dan tidak akan kembali lagi. Meskipun orang percaya yakin, bahwa kita memiliki masa depan yang cerah, tapi kita harus akui, hasil kerja relatif memberi jaminan hidup dari pekerjaan kita. Artinya dengan kerja tidak ada kepastian masa depan di yang menyenangkan di bumi, karena itu bijaknsanalah dengan hari-harimu, bijakasana dengan kerja kerasmu, nikmati kerjamu tanpa kehilangan kepercayaan pada pemberi hidup.
- Ay 9-10: Alasan kedua untuk menikmati hidup agar pemuda menikmati masa mudanya. Banyak orang muda menjadi penopang keluarga, sehingga tidak sempat menikmati masa mudanya. Pengkhotbah menyarankan pemuda bersukaria, menikmati masa mudanya, menuruti kata hati dan pandangan mata, tapi jangan menjadi kehilangan iman. Mengapa? Karena Allah akan menghakimi semua orang pada akhirnya. Artinya, masa muda boleh mengisi kemudaan dengan sukacita, tapi tidak menyia-nyiakan waktu bermalas-malas, merusak tubuh dengan narkoba, minum-minum keras, namun baiklah pemuda yang bersukaria tidak kehilangan waktu untuk berjuang, kerja keras, belajar dan hidup dalam iman pada Yesus Kristus. "Untuk orang tua mungkin tampaknya terlalu riskan untuk menyarankan agar orang muda berjalan di jalan yang sesuai dengan panggilan hati dan penglihatan matanya. Namun saran itu digabungkan dengan mengingatkan tanggung jawab di hadapan Allah. Ini bukan cara untuk mengambil dengan satu
tangan apa yang diberikan dan dengan tangan yang lain tanpa rasa
tanggung jawab menyia-nyiakan milik dan kesempatannya.”
13. Manusia hidup tidak sekedar supaya bisa makan, tapi tujuan hidup manusia menuruti panggilan hidup yaitu bkerja keras dan membangun kesejahteraan hidup dengan sesama, karena itu lakukan segala yang baik dan Tuhan bertindak memberkati setiap usahamu yang membangun kesejahteraan. Tuhan ada dalam setiap harimu, maka isilah hidup dan harimu dengan kerja keras dalam iman yang teguh. Amin.

Kamis, 28 Oktober 2010

Yesaya 66, 10-14

“Pengasihan Tuhan menumbuhkan sukacita”

Ketika seseorang mengalami dukacita atau dirundung berbagai penderitaan oleh berbagai persoalan hidup, maka manusia berusaha atau mencari cara untuk menghibur dirinya; Ada yang berpesiar ke berbagai tempat untuk menenangkan diri, ada yang mengkonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan dalam kerangka melupakan kesusahan hidup atau ada juga mencari dengan merusak diri. Tetapi apakah hal itu sudah memberi sukacita baginya ? Atau hanya hiburan temporer yang memberikan pertolongan sesaat dalam dirinya. Bagi yang suka makan dalam menghadapi persoalan akhirnya terjadi obesitas, kelebihan berat badan, atau yang suka mengkonsumsi sesuatu, sering menjadi mabuk, menjadi tergantung kepada sesuatu yang membuatnya bisa melupakan sementara atas berbagai persoalan. Ternyata, sering jalan keluar yang dibuat manusia mengatasi persoalannya, justru menambah beban dari persoalan hidup. Bila datang situasi yang menyesakkan, atau persoalan-persoalan yang sangat menekan, janganlah segera mengatasinya dengan cara instant namun beracun, biarlah kita tetap tinggal bersama Tuhan, menjadi orang yang berhikmat untuk mencari penyelesaian. Namun ketika persoalan itu berkepanjangan, serta di tambah dengan masalah-masalah yang bertubi-tubi hadir, ingatlah TUHAN yang pasti selalu mendengar mereka yang berteriak kepadaNya.
Saat ini, pada minggu sukacita (letare) kita memperoleh hikmat, memperoleh pencerahan bahwa kita memperoleh penghiburan Tuhan, sebagai sumber sukacita kita, ketika menghadapi berbagai persoalan hidup, Dia sumber sukacita yang setia menyertai dan menghibur kita. Penghiburan dapat kita terima bila kita tunduk dan mengimani perbuatan Tuhan yang penuh kebaikan, sehingga berbagai keadaan dan situasi sulit dalam kehidupan dapat dimaknai dan lampaui dengan hati tegar, apa adanya dan siap pada proses pemulihan yang diberi Roh Kudus. Bersukacita bukan berarti kita bebas dari segala pergumulan, penderitaaan. Justru menurut Kitab Ayub dalam hidup ini banyak kesulitan yang akan kita hadapi. Tetapi yang membuat kita bersukacita, adalah ketika kesadaran kita terbuka, di mana, saat kita didera persoalan yang menyesakkan, TUHAN senantiasa tetap memperhatikan, mendampingi dan menguatkan kita. Inilah sukacita setiap orang percaya, dia tidak pernah dibiarkan menyendiri dalam persoalan-peroslan berat yang dihadapinya.
Bersukacita, dan bersoraksorak bagi yang berkabung, adalah satu momentum yang membuat keadaan berubah..Bagaimana mungkin mereka yang berkabung boleh berubah secara drastis. Hal ini bisa terjadi lewat orang yang menyapa, menghibur dan berbicara padanya dengan kuat kuasa yang luar biasa, yang bersumber dari Roh penghibur, sehingga memberi perubahan secara mental spiritual. Ternyata Tuhanlah yang menjanjikan berkat melimpah, sekaligus penghiburan. Janji dari Tuhan menjadi sesuatu yang menggembirakan, sebab Dia adalah Allah yang selalu setia memenuhi apa yang dijanjikanNya.
Ketika Tuhan bertindak, hamba-hambaNya akan memperoleh hati yang girang, dan dukacita bagi musuh-musuhNya yang akan memperoleh amarah. Maka persekutuan yang indah diantara Umat dengan TUHAN, menjadi awal sukacita bagi setiap ciptaan. Dia memberi pengharapan sebagai kekuatan menghadapi kesusahan dan kesulitan.
Sering kita mendengar orang stress dengan berbagai masalah yang dihadapi. Tapi Firman Tuhan menjanjikan; bila kabut, hujan datang, sampai rumah kita kebanjiran, jalan macet, seolah kita tidak bisa bergerak; jangan panik seperti menghadapi akhir zaman, karena masih ada hari esok di mana Tuhan ada di hari esok kita, Tuhan yang menjanjikan bahwa matahari akan bersinar esok dan sukacita memenuhi rumah kembali memperoleh hari yang cerah.. Yang sering menjadi keraguan orang yang menderita, bagaimana bila keadaan kita justru semakin buruk ? Alkitab mencatat, dalam hidup yang menderita, supaya kita tetap berani menghadapi persoalan tersebut, jangan gelisah atau tawar hati, (Yosua 1, 7), karena penderitaan yang kita alami sekarang adalah permulaan (Yoh 24,8). Meskipun penderitaan itu datang, kita akan tetap mampu karena dimampukan bersukacita oleh Tuhan yang ada bersama dengan kita (Immanuel).
Umat Israel pada masa pembuangan merasakan derita yang sangat menekan, karena terbuang dan terasing, mereka sangat membutuhkan penghiburan untuk memulihkan jiwa mereka yang tertindas. Trito Yesaya dalam perikope khotbah kita ini, memberikan penghiburan bagi umat Tuhan. Mereka diingatkan bahwa kasih Tuhan ada di tengah-tengah mereka, sehingga dapat merasakan perhatian dan kasih Tuhan, seperti seorang anak yang merasakan kasih ibunya ketika di gendong dan dibelai dalam pangkuanNya. Demikianlah Tuhan bertindak seperti seorang ibu pada anaknya. Inilah suatu perbuatan Tuhan yang indah perbuatan dan ajaib bagi orang yang dikasihinya. Saat kita memahami Tuhan sebagai TUHAN yang tegas, dengan menindak umatNya yang memberontak sehingga terbuang di negeri asing, Dia juga harus ita pahami, bahwa Dia juga adalah TUHAN Yang Maha kasih, yang bertindak secara feminim, sebagai seorang ibu yang rahimi dan penuh kelembutan dalam kerangka menyatakan kasih sayangNya bagi umat. Bila seseorang sedang mengalami kesusahan, secara spontan akan memanggil ibunya (mama), karena membutuhkan perlindungan dari ibu bagi jiwanya yang menderita, karena dalam ibu ada sesuatu yang memberi rasa nyaman dan tenteram baginya, bagaikan seseorang yang meringkuk dalam rahim. Artinya, saat nabi Trito Yesaya menceritakan kasih Allah, sebagai kasih seorang ibu, hal ini akan menentramkan kehidupan umat yang sedang gundah-gulana.
Sukacita Umat Tuhan yang termuat dalam kasihNya adalah bahwa umatNya tidak hanya menerima hukuman karena kesalahan-kesalahannya, namun ada waktunya juga Allah mengalirkan keselamatan bagi mereka, bagaikan aliran sungai yang terus menerus memberikan kesegaran (berkatnya). Yerusalem juga menjadi saluran berkat tersebut.. Maka ada sesuatu pelajaran yang diberikan TUHAN bagi manusia, bahwa menghukum selalu didalam kasih, maka orang terhukum tidak dibiarkan dalam penderitaanNya. Ketika umat hukuman semakin lemah, semakin kehilangan semangat, TUHAN segera mengingatkan mereka untuk setia kepada TUHAN, dan segera akan memperoleh kebebasan.
Allah terus-menerus berkarya dan berbuat, bagi umat-Nya di manapun mereka berada Maka harus selalu di ingat Allah yang menghukum umatNya, sekaligus juga yang mengasihi, menghibur serta memelihara (dalam sikap sebagai seorang ibu memberi air susu, menjadi kehidupan serta kekuatan)
Yerusalem akan memiliki damai sejahtera dan menjadi penghibur bagi semua orang yang mengasihi Allah, termasuk bangsa-bangsa yang datang kepadaNya. Kesetiaan umat kepadaNya merupakan respon aktif terhadap keselamatan yang telah diberikan olehNya. Firman ini dengan tegas menyatakan bahwa berita keselamatan berlaku bagi umat yang setia kepadaNya. Keselamatan bukanlah untuk didiamkan saja, sangat perlu respon aktif dari si penerima keselamatan.Keselamatan yang diberikan menjadi kekuatan kita berharap terus menerus pada pertolongan TUHAN. A m i n.

Jumat, 15 Oktober 2010

Filipi 3, 17-21

"Menjadi Teladan"
1. Ketika Sebastian Pinera, Presiden Cile mengambil tindakan dengan biaya yang sangat besar menyelamatkan 33 orang pekerja tambang, setelah 69 hari terjebak hampir 700 meter di bawah permukaan tanah, Cile bangga atas operasi penyelamatan yang heroik ini. Dunia bergetar melihat tindakan heroik ini, di mana presiden yang baru terpilih beberapa bulan ini dan menunda kunjungannya ke Eropah hanya untuk menyaksikan tindakan penyelamatan ini datang ke lokasi pertambangan tanpa pengawalan. Banyak suara yang mengatakan tindakan yang perlu diteladani. Tidak menutupi masalah sebagaimana bencana di Wasior, Papua Barat yang disebut murni bencana bukan karena pengrusakan alam.
2. Sangat sulit menemukan orang yang bisa menjadi teladan dalam perbuatan. Tidak sedikit orang yang berani mengatakan sebagaimana yang dikatakan Paulus dalam perikope ini, di mana ia mengajak orang untuk meneladaninya. Terjemahan J.B. Lightfoot untuk ay. 1 ini dikatakan, ‘bersainglah satu dengan yang lain untuk meniru aku’. Ephorus (em) Pdt DR Justin Sihombing dalam ‘poda parjamitaon’ mengatakan: Jamitahon ma ngolumi, ngolumi ma gabe jamita (Hidupmu adalah khotbahmu, khotbahkanlah hidupmu!). Artinya, dibutuhkan keberanian untuk mengedalikan diri dari nafsu dunia untuk berani mengatakan kata-kata Paulus ini.
3. Menjadi teladan dalam kata-kata sangat banyak, tapi dalam perbuatan itu sangat sulit ditemukan. Saya mengenal seorang ayah yang selalu membangunkan anak-anaknya setiap jam 5 pagi pada hari minggu, supaya pergi ke Gereja, namun setelah anak istrinya pergi, sang ayah tidur kembali. Dia selalu menjadi contoh dalam kata-kata tapi tidak dalam perbuatan. Beda halnya dengan Paulus yang muncul sebagai teladan dalam kata-kata, tapi juga dalam perbuatan. Nasihat Paulus ini untuk beberapa orang mungkin menganggapnya sebagai egosentris, namun karena dia menganjurkan mengikuti teladannya, tentu diapun hidup mengikuti teladan Yesus ( 1Kor 11,1). Hasilnya, teladan Paulus membuahkan Timoteus dan Efaprodithus.
4. Di Filipi, Paulus memperingati jemaat itu untuk hidup benar, maka selanjutnya dia memberi dorongan bagi jemaat dengan lebih dahulu melakukannya sebagai teladan bagi jemaat. Artinya, Paulus tidak sekedar mengatakan tentang kebenaran tapi dia hidup dalam kebenaran itu, sebagaimana pengajaran Kristus yang diikutinya. Paulus hendak menyatakan supaya mereka selalu bergembira (ay.1) menghadapi situasi sulit, jangan bermuram durja oleh masalah, karena jika kita memfokuskan diri pada penderitaan yang kita alami, maka setan akan merenggut kegembiraan kita (ay.2). Paulus juga mencerahkan pikiran jemaat dengan menggambarkan kehidupan kristen (3-14) dan dengan tegas bersikap dalam menghadapi situasi apapun, (15-17) dalam menghadapi situasi dunia. Maka dalam ay 17, Paulus menegaskan ‘ikutlah teladanku,...’ artinya jangan mau terpengaruh oleh ajaran apapun selain ajaran yang bersumber dari Kristus.
5. Di Gereja Filipi ada kelakuannya yang menjadi batu sandungan yang ditunjukkan menjadi seteru salib Kristus. Tidak jelas siapa mereka, tapi hidupnya rakus dan tidak bermoral dengan memanfaatkan kekristenan untuk membernarkan cara hidup mereka. Paulus menganjurkan bahwa hidup yang menentang salib Kristus tidak ada kebenaran di dalamnya, maka jauhkanlah diri dari sikap demikian, tapi teladanilah ‘aku’ dalam kata perbuatan. Demikian ajakan Rsul Paulus.
6. Dalam ay 18-19: dengan air mata Paulus mengingatkan jemaat itu supaya menjadi bagian dari pekerjaan Allah di dunia, di mana tidak membuat perlawanan terhadap Kristus, karena sangat banyak orang menjadi seteru salib Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa selain kegembiraan dan perkembangan rohani direnggut, ancaman lain adalah ajaran yang menganjurkan agar menjadi lawan dari hukum kasih yaitu ketundukan pada salib Kristus. Munculnya pengajaran yang menyesatkan umat Tuhan tentu mendukakan hati Paulus. Paulus hendak menekankan bahwa musuh salib adalah kelompok yang tidak patuh kepada Yesus yang membawa salib ke dunia. Tidak jelas apakah mereka dari kelompok orang kristen atau di dari luar kristen, tapi konsekwensi dari kehadiran kelompok ini adalah merusak iman percaya kepada Salib Kristus.
7. Mengapa Paulus menolak kelompok yang mengajarkan seteru salib, karena dalam hidup kelompok ini, tidak ada kehidupan, karena sikap mereka membuat kebinasaan, bahkan bisa membuat mereka menjadi mati dini akibat penolakan yan terus menerus akan kebenaran salib. Dalam ay 2, ada 3 kelompok yang perlu diwaspadai, yaitu: ‘Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,’ Paulus dalam iman kepada Yesus yang membawa salib ke dunia menegaskan bahkan untuk menyebut mereka pun adalah memalukan (Ef 5,12). Kelompok ini hanya memberi kesenangan sementara, kesenangan apa yang membuat mereka nikmat di dunia ini, tanpa peduli hal yang rohani. Setiap tindakan mereka tidak melibatkan hal yang rohani. Mereka mempertuhan makanan, memulikan aib (seksual), dan tujuan mereka hal duniawi. Ketaatan ritual mereka sudah beralih tempat dari Tuhan, sebab perkara-perkara dunia menjadi tujuan mereka. Hampir total hidup mereka diserahkan pada yang fisik.
8. Paulus tidak setuju jika manusia memanjakan diri sendiri dengan hanya memuaskan nafsu belaka. Dia melihat gambaran manusia yang memberhalakan diri dengan tidak percaya pada salib Kristus. Untuk mencermati ini, Paulus membawa jemaatnya pada pemahaman eskhatologis, bahwa hidup kita sekarang bukan untuk kesenangan duniawi, tapi ada kehidupan di depan; dibalik apa yang kita jalani. Itu sebabnya dalam ay 20. Paulus menegaskan kewarganegaraan kita bukan di dunia ini, tapi di surga, di tempat mana kita menantikan Juruselamat kita. Kewarganegaraan surgawi ini jauh lebih penting dari persinggahan di dunia yang sedang kita jalani sekarang. Karena tujuan kita tidak hanya di dunia yang sementara ini, maka kita jangan memberi tempat di hati kita menyembah ilah lain, selain dari pada Yesus Kristus.
9. Paulus menegaskan ‘ikutilah teladanku...’ berarti sebagaimana Paulus berpegang pada ajaran Kristus yang dia imani, marilah kita juga mengimani Yesus sebagai Tuhan dan pemberi kehidupan, berpegang pada Tuhan yang sanggup memberi kegembiraan bagi kita.Semua orang yang percaya perlu belajar hidup sebagai orang asing dan peziarah di tanah ini (Heb. 11:13). Tanah ini bukan milik kita, bukan tujuan akhir kita, maka jangan kita sampai menjadi seteru salib hanya karena memperebutkan kesenangan di tanah persinggahan sementara ini. Kegembiraan Paulus tanpa harta duniawi karena dia dapat membayangkan bahwa dia akan kembali kepada pemilik sejati dan pemberi kegembiraan sejati yaitu Yesus Kristus pembawa sukacita dunia.
10. Kita sebagai jemaat tidak hanya meneldani Yesus, tapi terpanggil juga menjadi teladan bagi yang lain. Dalam Pendahuluan khotbah (1 Raja 2, 1-4), seorang ayah perlu menjadi imam dan teladan bagi anak-anaknya, demikian juga seorang kristen agar menjadi teladan bagi yang belum mengenal kuasa salib, supaya dunia tidak menunjukkan kuasanya atas isi alam semesta ini. Hidup kita bukan di dunia ini. Maka isilah yang baik, sementara kita tinggal di dunia ini.
11. Dalam sebuah wawancara dengan Paul Bradshaw, Rick Warren mengatakan:
Orang-orang bertanya kepada saya, apa tujuan dari hidup? Dan jawab saya adalah: secara ringkas, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kita diciptakan untuk hidup selama-lamanya, dan Tuhan menginginkan kita untuk bersama-sama dengan Dia di surga. Suatu hari jantung saya akan berhenti, dan itu akan menjadi akhir dari tubuh saya tapi bukan akhir dari saya.
12. Maka saat Kristus datang kedua kalinya, tubuh kita yang hina akan diubah seperti tubuhNya yang penuh kemuliaan. Perbandingan kedua badan ini sangat menyolok, yang satu hina, buruk, lemah dengan berbagai pengaruh jahat, penuh dosa. Sedangkan tubuh yang diubah adalah tubuh mulia; tubuh baru yang berkilau sebagai anak Tuhan. Transformasi ini akan terjadi, entah kita hidup atau sudah meninggal, saat Tuhan datang kembali (1 Kor 15,51-54; 1 Tes 5, 9-10). Perubahan yang menkjubkan ini akan terjadi sebab Allah yang punya kekuasaan yang luar biasa, yang menundukkan segala kuasa di alam semesta ini yang melakukannya. Inilah pengharapan umat percaya perubahan dari yang fana ke kekal dari kematian menuju kehidupan kekal. Amin. Selamat mengikut Yesus, selamat menjadi teladan!!

Sabtu, 25 September 2010

Yohanes 8,1-11

"Keterbukaan Yesus pada Semua Orang"
1. Ketika membaca perikope ini ada orang bertanya, ‘apakah Yesus menyetujui dosa dalam hal ini perzinahan, sehingga Dia tidak menghukum orang berdosa; sementara Hukum Musa mencatat bahwa umat Tuhan di larang berzinah?! Pertanyaan ini alasan Ahli Taurat dan orang Farisi membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah kepada Yesus. Mereka hendak mencobai Yesus mengenai konsistensiNya dalam melakukan Hukum Musa sekaligus hokum Kasih. Bagaimanakah Yesus bertindak jika diperhadapkan dengan situasi demikian?
2. Ada sisi kehidupan manusia dalam menghadapi situasi ini, yang pertama gambaran orang farisi dan ahli taurat yang melihat sisi buruk dari orang lain/berpikir negative tentang orang. Mereka berusaha mendapatkan suatu tuduhan atau dasar mana mereka dapat menjatuhkan Yesus yang selalu bersikap baik, terbuka pada semua sifat manusia. Mereka menganggap sikap itu sebagai kemunafikan, sehingga mereka menguji Yesus tentang konsistensi dalam mengasihi umat saat kedapatan melakukan dosa. Mereka hendak menjebak Yesus tentang sikapNya pada orang berzinah. Jika Yesus menghukum sesuai hukum Musa, maka Yesus akan kehilangan nama baik yang penuh kasih dan sahabat orang berdosa. Hal ini adalah wajar sebab jika timbul masalah hukum mereka boleh membawa ke Rabbi. Sisi lain, gambaran Yesus yang terbuka dan menerima keberadaan manusia. Penerimaan ini membuat manusia terbuka dalam pengampunan, sehingga tidak mudah memberi hukuman bagi orang bersalah. Yesus juga selain mengampuni mengingat supaya tidak kembali ke dosa yang sama, tidak melakukan kesalahan yang sama.
3. Sikap pertama tadi menunjukkan bahwa orang Farisi dan ahli Taurat menunjukkan bahwa ada pertentangan antara ajaran mereka dengan apa yan diajarkan Yesus. Ketika Yesus terbuka pada semua orang, hal itu dianggap pencemaran terhadap kekudusan, sehingga mereka sering menguji Yesus jika sedang bersama dengan orang lain yang dianggap tidak kudus, seperti perempuan Samaria, pemungut cukai, orang Samaria yang baik hati. Dll. Tetapi sikap ini tidak membuat Yesus menjadi undur berbuat baik, Yesus yang tidak diterima kalangan agamawan Yahudi tidak menjadi gentar melakukan pengutusan yang diterima dari BapaNya. Sikap mereka tidak memperngaruhi sikap Yesus dalam menjalankan tugasNya.
4. Baru-baru ini saya mengenal seseorang yang mengundurkan diri dari jabatan bendahara gereja hanya karena laporannya kurang berkenan di hati beberapa orang. Tindakan mengundurkan diri, adalah sikap ketidakbertahanan melakukan kebaikan hanya karena dikritik, tidak diterima dan kurang berkenan di hati orang. Sering sekali kita bersikap sesuai dengan penilaian orang lain, sehingga apa yang Tuhan mau dari kita menjadi tidak terlaksana.
5. Yesus mengubah cara pikir kita dalam bersikap di tengah kehidupan yang tidak semua pihak boleh menerima kerja dan usahan kita, tetapi dalam situasi itu pun Yesus tidak terpangaruh, tidak mundur melakukan kebenaran.
6. Perempuan berdosa itu siap untuk menerima hukuman sesuai dengan hukum Musa, karena dosa zinah adalah dosa yang dianggap sangat serius. Bagi orang Yahudi lebih baik mati daripada melakukan penyembahan berhala, pembunuhan dan perzinaham. Maka ketika orang Farisi dan Ahli Taurat membawanya ke Rabbi (Yesus), dia ikut, siap untuk menerima hukuman. Sesuai hukum Musa, mereka jelaskan hukuman bagi perempuan itu, tapi Yesus tidak melakukanNya dan meminta orang yang tidak berdosa di antara orang banyak itu yang pertama melakukanNya. Pertanyaan Yesus pada mereka, sekaligus pertanyaan bagi kita: ‘Siapakah diantara kamu yang tidak berdosa?’
7. Rasul Paulus berkata, bahwa tak seorang pun manusia yang tidak berdosa, semua berdosa. Artinya, Yesus juga berpikir demikian, bahwa kedatanganNya k dunia adalah membawa manusia berdosa ke jalan kebenaran. Dia rela menjadi tumbal dosa untuk kemuliaan umatNya. Oleh karena itu, tak seorang pun manusia berhak menghukum saudaranya yang berdosa, sebab penghukuman itu adalah hak Allah, dan Allah telah mengutus Yesus ke dunia supaya dunia tidak binasa, supaya orang berdosa tidak mati di dalam dosaNya. Artinya, Yesus hendak mencerahkan pikiran orang banyak itu bahwa semua manusia adalah umat berdosa dan kedatanganNya adalah untuk mengampuni orang berdosa.
8. Disamping itu, Yesus juga tidak mau konflik secara terbuka dengan orang farisi dan ahli taurat mengenai penghukuman. Sejenak Dia berdiam diri, membungkuk dan menulis di atas pasir untuk menunjukkan bahwa Yesus kurang setuju dengan cara mereka mempermalukan perempuan itu di depan umum. Atau saja Dia menahan rasa malu seperti yang dialami perempuan hina itu. Dia menderita seperti perempuan itu. Disamping itu, Yesus ingin menyadarkan farisi dan ahli taurat dengan mengulang hukuman merekabahwa hukuman itu sangat sadis. Padahal Yesus pernah mengajarkan, kalau ada kedapatan berdosa, baiklah dia dipanggil dan ditanya oleh imam hanya empat mata, kalau dia menolak bolehlah memanggil saksi, jika masih menolak baru ditanyakan di depan jemaat. Tapi ahli taurat telah membawa penzinah ke depan umum dan segera menjatuhkan hukuman.
9. Yesus bahwa semua manusia tidak sanggup melakukan hukum taurat jika dari dirinya sendiri, oleh karena itu Dia datang ke dunia. Alasan itu membuat Yesus memahami bahwa dosa harus diampuni dan diingatkan untuk tidak melakukannya lagi. Persoalan sering terjadi saat kita merasa diri paling benar seperti Farisi dan ahli taurat. Ketika kita merasa benar, kita akan selalu melihat orang lain salah, menggemborkan kesalahan orang lain ke semua orang. Inilah hal buruk dari manusia, menganggap diri lebih benar dari orang lain, sehingga hanya melihat keburukan dari orang lain.
10. Orang banyak itu pergi dan tidak melakukan hukuman yang mereka rancang, ketika sebuah realita dipertanyakan pada mereka. Yesus menyadarkan orang banyak itu bahwa mereka juga adalah orang berdosa. Dengan demikian mereka menjadi tidak berani bertindak anarkhis pada orang berdasa yang sama dengan mereka.
11. Yesus bukan setuju dengan perangai orang berdosa, tapi menginginkan perubahan manusia meninggalkan dosa dan hidup pada kebenaran. Itu pesan terakhir dari Yesus kepada perempuan itu agar pergi dan tidak mengulang kembali dosanya. Perkataan Yesus menjadi pembelajaran bagi kita, bahwa penghukuman adalah hak Tuhan, kita bertugas melakukan kebenaran dan mendukung orang untuk selalu berkembang ke arah yang baik. Ayat 11 adalah konsep berpikir Yesus yang tidak menjatuhkan hukuman bagi orang yang mau diperbaharui. "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
12. Kita adalah umat tebusan Tuhan, kita juga tidak ada yang luput dari dosa, oleh karena selalu bersikap mengampuni dan melakuakan kehidupan yang diampuni dengan saling terbuka, menerima dan mengasihi. Artinya, selama kita hidup di dunia ini, Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat dan Tuhan terbuka menerima kita untuk diubah ke arah yang semakin baik. Amin.

Sabtu, 11 September 2010

1 Korintus 12, 14-27

“Bersatu dalam Perbedaan”
1. Gambaran tubuh manusia adalah penjelasan sederhana untuk memaknai kesatuan dalam perbedaan. Bentuk dan fungsi anggota tubuh yang berbeda tidak menjadikan tubuh terpecah-pecah, sebaliknya justru saling mendukung, saling memerlukan untuk mencapai tujuannya. Ketika perut lapar, otak bergerak memerintahkan tangan untuk memasukkan makanan ke mulut, gigi mengunyah dan ditelan melalui leher. Hasilnya manusia kenyang, sehat dan bisa meneruskan kerja. Artinya, satu dengan yang lain saling menolong dan memerlukan untuk mencapai kesatuan.
2. Pernah muncul pertanyaan, ‘mengapa Tuhan menciptkan Adam dan Hawa secara berbeda? Apakah untuk menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa bersatu, atau laki-laki lebih tinggi kelasnya dari perempuan?’ seorang teman Pendeta menjawab pertanyaan ini dengan sederhana, coba kalau semua perempuan sama, bagaimanakah kita mengenal yang mana istri kita dan mana istri orang. Kalau semua sama persis, tentu situasi bisa runyam, apalagi kalau sampai ada yang menggadeng perempuan yang bukan sitrinya, tapi karena perempuan itu berbeda-beda, maka tidak terjadi kekacauan karena masing-masing mengenal yang mana istrinya. Dalam perbedaan itulah justruk nampak keindahan persekutuan Adam dan Hawa dengan perbedaan yang mereka miliki, mereka menjadi saling melengkapi. Demikian juga tubuh kita, coba kalau semua mata, tidak ada telinga, hidung, mulut dan yang lainnya, betapa menakutkan orang itu, tetapi Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga terlihat harmoni, dengan perbedaan itu terjadi keteraturan sehingga sistim kerja menjadi sinergis.
3. Mata tidak ditempatkan satu di dahi dan satu lagi di belakang kepala, tapi sejajar, sehingga harmonis dan pandangannya bisa jauh dan jelas karena dua lebih baik daripada satu. Mulut tidak dua, karena dapat menyebabkan kerusakan, kalau dua mulut saling bicara dengan tema yang berbeda. Artinya, Tuhan menempatkan semua secara baik supaya tidak terjadi perselisihan antar satu organ tubuh dengan organ lainnya (ay. 25).
4. Demikianlah hendaknya Gereja, ada banyak anggota jemaat yang berbeda latar belakang, ada Batak, Nias, jawa, ada yang baik, jahat, pintar, bodoh, kaya dan miskin dipersekutukan dalam Gereja dengan karunia/kharismata/kharis yang berbeda pula. Ada yang bisa berdoa, pintar bernyanyi, pintar berkhotbah, pintar menasihati, rajin mengunjungi orang sakit, dll. Kalau dalam perikope khotbah ini, ada 9 disebut karunia dalam diri anggota jemaat. Seperti: (ay.8) Roh memberikan karunia berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan. (ay. 9) beriman, menyembuhkan (Ay.10) mengadakan mujizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh. Berkata-kata dengan bahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh. Sebagai pendukung lainnya kita juga boleh membandingkan dengan 1 Kor. 12:28-29; Roma 12:6-8; Efesus 4:11. Semua karunia itu berbeda pada setiap orang (12:11; bnd. I Petrus 4:10-11).
5. Perbedaan itu bukan untuk menjadi kesombongan, tetapi untuk menciptakan kebaikan dan kemuliaan bagi Allah. Apakah Gereja bisa berkembang, jika hanya paduan suara yang dikembangkan dan tidak diasah karunia lainnya. Kepelbagaian yang dimiliki masing-masing orang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk mempersatukan seluruh jemaat. Artinya karunia yang berbeda, adayang menonjol, yang lain tidak, tetapi yang menonjol tidak mungkin hanya dengan kekuatannya bisa tercipta gereja yang kuat, pasti ada dukungan dari yang kecil-kecil sehingga menghasilkan buah yang banyak.
6. Billy Graham seorang pengkhotbah besar dari Amerika pernah berkata; ‘jika aku bisa seperti sekarang, bisa menjadi pengkhotbah besar, itu tidak hanya usahaku sendiri, tetapi ada banyak orang dibalik semua itu, yaitu mereka yang selalu berdoa untukku, setiap kali aku hendak melakukan pelayanan’. Kekuatan doa orang sekitar walaupun kelihatannya tidak berarti, tidak nampak, tapi dampaknnya luar biasa, doa mereka menghasilkan pengkhotbah besar. Coba kita pintar berkhotbah, tapi koster gereja tidak mempersiapkan altar yang bersih, sound sistim yang baik, tentu khotbah kita akan sia-sia, karena suara kita tidak menjangkau pendengar. Berbeda dengan gereja-gereja sekarang, berharap muncul pengkhotbah yang baik di gereja, khususnya HKBP, tapi kita tidak mendukung karunia mereka dengan karunia yang kita miliki, yaitu doa-doa jemaat, sebaliknya kita mencari celah bagaimana mempermalukan pengkotbah itu, jika saja kedapatan ada yang salah dari khotbahnya, kita mencari peluang melemahkan pengkhotbah dengan menghina sebagai pengkhotbah yang kurang baik.
7. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus yang ketika itu menyombongkan karunia yang ada padanya dengan menghina karunia orang lain. Kesombongan menyebabkan perpecahan antar anggota jemaat, padahal karunia itu adalah pemberian Allah dan semua saling membutuhkan. Maka Paulus menganjurkan supaya jangan menganggap apa yang diterima dari Tuhan lebih berguna dari yang diterima orang lain. Jari tangan dan kaki memang kecil, tetapi tanpa jari-jari, apakah tangan bisa berbuat? Lidah memang kecil tapi tanpa lidah apakah mulut dapat bicara? Kepala besar tanpa otak yang lebih kecil di dalam kepala boleh kah kita memaknai banyak hal? Yang besar dan kecil saling memerlukan dalam kerangka memuliakan Allah dan membangun hubungan baik dengan sesama.
8. Perpecahan sering terjadi dalam hubungan manusia. NKRI harus mampu saling menerima dengan berbagai perbedaan rakyatnya kalau mau bertahan. Kita tahu, bahwa ada banyak suku yang ingin dimerdekakan dan tidak mau bersatu dalam wadah NKRI karena merasa tidak nyaman tinggal bersama. Merasa tidak diperdulikan dan dianggap kelas dua. Sadar atau tidak, kita merasa lebih berkelas dari masyarakat Papuaa, walau mereka mempunyai karunia yang besar membangun Negara ini. Maka untuk memecah persatuan ada demonstrasi, perang suku, dll. Perpecahan bisa juga terjadi antar personal, di daerah-daerah, sering terjadi perebutan tanah sampai ke pengadilan dan hasilnya kalau ditanya, ‘kami menang, tapi tanah kami jual untuk biaya perkara’. Artinya, perpecahan tidak pernah berdampak baik, walaupun kalau di gereja semakin banyak perpecahan, semakin banyak gereja yang berdiri. Karena itu kita perlu saling memakai karunia yang kita terima membangun persekutuan bukan melemahkan orang lain. Jangan karena kita pintar berorasi, kita terus bicara tidak mau mendengar dan isi orasi kita melemahkan saudara yang lain. Hendaklah kita pakai karunia berkata-kata kita bukan mempengaruhi orang lain memusuhi saudaranya, tapi menguatkan kelemahan saudara kita.
9. Hidup yang bersekutu sangat riskan dengan perpecahan, maka persatuan adalah kebutuhan semua bangsa. Yesus dalam doaNya meminta kepada Bapa, ‘supaya mereka menjadi satu… sama seperti KITA yang adalah satu’ (Yoh 17). Maka sebagai pengikut Tuhan, tentu kita berharap supaya ‘semua’ menjadi satu. Kebutuhan ini dibentuk dalam wadah seperti, gereja sedunia, gereja luther sedunia, Gereja seasia, PGI, MAWI, ICMI, HMI, GMKI, GAMKI, dll. Arisan ‘marga’, ‘parsahutaon’, dll. Semua itu dibentuk dalam membangun persatuan. Namun persekutuan yang dibentuk untuk mewakili pikiran manusia bisa terpecah karena dorongan egoisme, fanatisme dan kesombongan.
10. Untuk membangun Gereja yang bersekutu dengan baik, yang mensejahterakan kehidupan dan memuliakan Tuhan, semua karunia akan dipakai untuk saling mendukung, saling menolong, tidak menganggap diri lebih baik dari yang lain. Yang lemah ditolong yang kuat, yang kuat disempurnakan yang lemah. Istilah Marthin Luther: “kamu menjadi kita; aku menjadi kau’. Amin.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Imamat 19,16-18

1. Mother Theresia, ibu lambang perdamaian dan kasih, pernah berkata: “Tebarkanlah kasih ke mana pun engkau pergi: pertama-tama di rumahmu sendiri, dan menyebar ke sekitarmu dan ke semua orang di semua tempat. ...Jangan pernah membiarkan seseorang datang kepadamu lalu pergi begitu saja tanpa merasa lebih bahagia dan lebih baik.Ungkapan kasih dan kebaikan hati Tuhan yang hidup melalui kasihmu; kebaikan hati di wajahmu, kebaikan hati di matamu, kebaikan hati di dalam senyummu, kebaikan hati di dalam salam hangatmu, sehingga dengan demikian engkau dapat memenangkan dunia ini bagi Kristus, dengan kasih.
2. Penulis-penulis modern banyak menganjurkan agar kita mengembangkan cara berpikir yang positif dalam menjalani hidup. Salah satunya adalah: katakan untuk sesuatu yang sulit bahwa ‘aku bisa’, maka kau akan bisa. Jika yang positif kita pikirkan tentang diri kita dan sesama maka, yang baik akan semakin berkembang di tengah hidup kita. Bila firman Tuhan berkata dalam ay. 16 mengatakan, ‘jangan...’ itu berarti, supaya membatasi diri dalam bersikap, berpikir dan bertindak negatif tentang orang lain. Jangan menyebarluaskan gosip, mengucapkan sesuatu yang tidak benar, yang bisa mencelakan orang lain dengan fitnah yang kau sebarkan. Salah satu korban dari fitnah adalah Tuhan Yesus, di mana para Imam Yahudi memfitnah Yesus. Yesus menanggung fitnah mereka sampai mati di kayu salib. Fitnah dapat menghancukan hidup seseorang, karena itu jangan menyebarkannya, jangan mengancam hidup mereka dengan kebohonganmu.
3. Ada banyak hal-hal yang kita terima dari orang lain yang melukai dan menyakiti hati kita. Terkadang hal baik yang kita maksud, ditanggapi dengan tidak baik, bahkan dianggap sesuatu yang buruk. Kita difitnah, disebut orang yang merusak hidupnya. Apakah sikap kita terhadap tindakan orang yang mencelakai diri kita? Menurut hukum Yahudi, gigi harus diganti dengan gigi, mata ganti mata. Artinya kejahatan harus dibalas dengan kejahatan. Tetapi firman Tuhan mencoba mencerdaskan sikap dan pikiran kita merespon sikap orang lain dalam kehidupan kita, di mana diajarkan supaya kita jangan membenci secara diam-diam, merancang pembalasan atas perbuatannya. Terhadap orang-orang yang melukai kita, sebaiknya kita mengasihinya, merancang hal yang baik baginya dengan menegurnya secara terus terang, mengingatkannya atas kekurang-mengertiannya.
4. Bagaimana mengasihi musuh-musuh kita? Apa yang dapat kita lakukan terhadap mereka? Sebuah pertanyaan praktis, namun sulit dilakukan. Untuk mengasihi; tebarkan senyum bagi semua orang, sebagaimana dikatakan Mother Theresia; jangan membalaskan kejahatan yang mereka perbuat. Jika kita membalasnya dengan membunuh dia, isteri atau putra/inya mungkin akan membunuh kita. Keluarga kita juga akan membalaskannya, sehingga dendam menjadi mata rantai kejahatan. Demikian terus dendam akan berkesinambungan. Sebaiknya kita mengasihi musuh, sebab itulah cara terbaik untuk membunuhnya! Jika kita mengasihi musuh, dia akan menjadi teman bagi kita. Maka permusuhan akan lenyap selamanya. Mengasihi musuh akan memiliki banyak teman: dari keluarganya: isterinya, anak-anaknya, sanak keluarganya dan teman-temannya juga. Berteman dengan satu orang akan mendapatkan banyak teman. Bermusuhan dengan satu orang akan mendapat banyak musuh. Yang 'rugi' diri kita, jika kita membenci musuh kita.
5. Dalam bukunya ‘beneath the cross of Jesus’, A. Leonard Griffith bercerita tentang seorang pelajar pertukaran dari Korea di University of Pennsylvania yang dipukul oleh sebelas orang anak remaja dengan pipa besi hingga mati, sesaat setelah selesai mengeposkan surat kepada orang tuanya. Seluruh penduduk Philadelphia meneriakkan balas dendam, jaksa wilayah berencana menjatuhkan hukuman mati bagi terdakwa. Datanglah surat yang ditandatangani orangtua korban dan 20 orang sanak saudara yang mengatakan bahwa rapat keluarga memutuskan untuk membuat petisi bahwa tindakan terbaik dari hukum mereka adalah membimbing anak itu setelah keluar penjara dengan memberi pendidikan, agama, pemberdayaan dan kemasyarakatan. Niat tulus ini dinyatakan dengan menyisihkan sebahagaian uang mereka untuk biaya pendidikan mereka. Saat tidak membalskan rasa sakit hati, kita akan dipindahkan dari posisi korban menjadi posisi pemenang.
6. Ay 17 ini menunjukkan bahwa hukum Musa tidak hanya dihubungkan dengan sikap/tindakan dari luar diri kita, tapi juga dalam hati kita. Bukan hanya yang kelihatan, di mana kita tersenyum ketika kita bertemu dengan orang yang kita benci, tapi menaruh dendam dalam hati. Maksud firman ini adalah, bahwa bukan hanya di luar kelihatan kita manis, tapi di dalam hatipun jangan merancang yang jahat bagi musuh kita, sebaliknya tetap mengsihi dan mendoakannya.
7. cara kedua adalah menegor dengan terus terang. Istilah Tuhan Yesus, katakan ya kalau ya; tidak kalau tidak, lebih dari itu berasal dari si iblis. Kejahatan bukan dbiarkan, tapi harus ditegur degan harapan yang tulus untuk perubahan.
8. Mendoakan, mengasihi dan merancang yang baik untuk orang yang menyakiti kita adalah hal yang sulit. Bahkan pemahaman Yahudi dalam Matius 5, 43 dikatakan, ‘kasihi sesamamu, bencilah musuhmu’. Itu sikap alamiah dari manusia. Hanya menjadi perenungan bagi kita; ‘apakah perbedaan kita sebagai orang percaya, dan orang yang diselamatkan, dibandingkan dengan mereka yang belum menerima kasih karunia Tuhan Yesus?’
9. Memahami kasih Tuhan yang agung maka, kita terpanggil supaya kita tidak menaruh dendam atau membenci orang yang menyakiti kita, sebaliknya, akan mendoakan dan menegurnya secara terus terang, sehingga sikap kita tidak mendatangkan dosa bagi kita. Banyak hal-hal yang kurang baik yang kita pikirkan membuat kita jatuh dalam dosa, tetapi ajaran Musa menganjurkankan supaya pikiran kita tentang diri kita dalam hubungan dengan sesama, tidak mendatangkan dosa. Ay.17 ini menganjurkan agar kita menegur (memarahi) dengan tulus untuk kebaikannya bukan mempermalukan, itu sebabnya Yesus pernah berkata, jika ada yang kedapatan melakukan kesalahan, panggil dia bicara empat mata, kalau dia menolak, panggil satu saksi, jika masih bertahan dalam kesalahannya baru dihadapan semua jemaat. Artinya, menegur/menasihati tidak pernah bertujuan menghancurkan atau mempermalukan, menasihati tanpa menyimpan sakit hati. Artinya, teguran kita bertujuan membangun kehidupan orang yang menyakiti kita supaya tidak jatuh. Dalam keluaran 23,5 bahkan jika keledai kau temukan jatuh karena beban berat, angkatlah dia. Apalagi manusia?
10. Apapun sikap jahat orang terhadap kita, jangan pernah menaruh dendam atau merancang pembalasan, tapi kasihilah dia seperti dirimu sendiri. Dalam Matius 5,44 lebih luas lagi, bukan hanya sesama kita -yang dekat dengan kita, seide, semarga, atau sekelompok dengan kita- yang perlu dikasihi, tapi juga di luar dari kelompok, yang berbeda bahkan yang membenci dan memusuhi kita harus dikasihi. Orang yang memfitnah, menjelek-jelekkan sekalipun harus kita kasihi.
11. Mengapa kita harus mengasihi? Alasan kita mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah:
• Bila kita melakukan kesalahan, sangat mudah memaafkan diri kita dari kesalahan itu, sebagaimana keinginan kita untuk diri kita, demikianlah orang lain berkeinginan untuk dirinya, maka semudah kita memaafkan diri kita, demikianlah kita memaafkan diri orang lain, sehingga kenyamanan yang kita rasa dapat dirasakan orang lain.
• Hidup kita adalah hidup yang dikasihi oleh darah Yesus Kristus. Kita tidak akan memahami kasih yang kita terima sebelum kita pernah mengasihi orang lain. Suatu hari seorang anak berusaha menyelamatkan ayah-ibunya yang terkurung di rumahnya yang terbakar. Si anak tidak berhasil, ayah dan ibunya meninggal termakan api. Dia menyesali ketidakmampuannya dengan mengurung diri dan membiarkan wajahnya yang termakan api tidak dioperasi. Dia tidak mau menemui istri yang mengasihinya karena dia merasa bahwa wajahnya yang buruk akan mempengaruhi istrinya dalam mengasihinya. Sampai suatu hari istrinya menemui seorang ahli bedah dan meminta kepada dokter itu agar merusak wajahnya untuk bisa bertemu dengan suaminya. Dokter itu menolak, tapi pergi menemui suaminya dan memintanya untuk membuka pintu. Suami itu menolak untuk bertemu dengan siapapun. Lalu sang dokter menceritakan permintaan istrinya untuk merusak wajahnya supaya dia diterima. Mendengar itu, suaminya tergerak dan segera membuka pintu. Dia juga mau dibedah, wajahnya bersih karena cinta istrinya. Demikianlah kasih Yesus pada kita, dia mau menyerahkan nyawanya, merusak diri untuk bertemu dengan umatNya, supaya kita dibersihkan dari dosa.
• Jika hidup kita penuh kasih, tindakan kita ingin membangun kehidupan yang baik, tentu hidup kita menjadi hidup yang berkenan di hadapan Allah. Hidup seorang yang berkenan di hadapan Tuhan, akan menerima sukacita karena hidup yang benar, jujur, penuh kasih akan merasa nyaman menjalani kehidupan, bahkan orang yang memusuhinyapun diperdamaikan oleh Allah padanya. (Amsal 16,7).
12. Kasih mengubah banyak hal yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran dan kekuatan manusia. Kasih penuh perdamaian, membuat kita terbuka pada semua orang, menyadarkan kita akan dosa kita, sehingga kita mau memaafkan kekurangan orang lain. Kasih mendewasakan diri dalam bertindak, sehingga tidak membalas yang jahat dengan jahat, sebaliknya, membalaskan kejahatan dengan kebaikan, memberi pipi kanan, ketika pipi kiri ditampar, mendoakan orang yang merancang kejahatan bagi kita dan mengasihi musuh kita seperti kita mengasihi sesama kita.
13. Yesus mengubah tafsiran oarang Farisi yang mengatakan ‘membenci musuh’. Dengan mengubah nilai spritual pengikutnya ketika mengatakan kebalikan tafsiran Farisi dalam Mat 5,43 menjadi kasihilah musuhmu (44). Khotbah di bukit ini menekankan bahwa hanya Allah yang berhak menghakimi, membalas kejahatan yang kita lakukan, sebab Dia lah Allah yang mengenal semua ciptaanNya. Kata ‘Akulah Allah’ dalam ay 16 & 18 menunjukkan bahwa Dia lah satu-satunya Allah yang mengenal ciptaanNya, Dia yang tahu apa yang perlu bagi ciptaanNya dan hanya Tuhanlah, Tuhan semua bangsa yang menunjukkan jalan keselamatan bagi ciptaanNya, supaya semua beroleh selamat, tidak ada yang binasa oleh sikap alami manusia, dengan membalas kejahatan dengan yang jahat. Pernyataan Allah adalah jalan masuk manusia pada kekekalan.

Sabtu, 31 Juli 2010

Matius 7,1-5

“Jangan Menghakimi supaya Kamu tidak Dihakimi”
1.‘Kenalilah dirimu!’, Demikian Socrates mengatakan untuk lebh cerdas mengenal diri sendiri dalam menjalani hidup. Dengan mengenal diri, kita akan lebih hati-hati bersikap, cerdas bertindak dan tidak memandang orang lebih rendah dari kita. Rasul Paulus dalam Roma 12,3-5 mengatakan, kenali dirimu, dalam kerangka memakai talenta yang kita miliki untuk kebaikan sesama, untuk pekerjaan pelayanan Tuhan. Maka apa yang baik dalam diri kita, yang sumbernya dari Tuhan hendaklah digunakan untuk kebaikan, bukan menindas, melemahkan yang lain. Dalam pendahuluan khotbah (Mzm 49, 7-9), bertindak adil untuk semua orang, tidak menghina dan menghakimi kelemahan mereka (cth miskin).

Ada seorang Ratu yang selalu melihat dirinya dalam cermin. Setiap kali dia bercermin, dia akan bertanya pada cermin itu:”Siapakah perempuan paling cantik di dunia ini?’ cermin yang punya kekuatan menjawab, bahwa ‘sang ratu’ yang paling cantik. Suatu ketika, cermin itu melihat putri tiri sang ratu, dan ketika ratu bertanya siapa perempuan yang paling cantik, cermin itu berkata jujur, bahwa putri tiri ratu perempuan paling cantik di dunia. Mendengar itu, ratu marah, dia memecah cermin itu karena tidak berpihak padanya.

Itulah manusia, selalu memakai apa yang dia pikirkan dan menjadikan dirinya standart kebenaran dalam menilai orang lain. Sifat yang merasa diri lebih baik dan benar akan melihat yang lain salah dan jelek. Sikap ini bisa merusak dan mengacaukan banyak orang.

Dalam perikope ini, khotbah di bukit (5-7), ada banyak manusia dari berbagai kalangan, imam, pedagang, pegawai, orang tua, guru dll. Dalam perbedaan status social dari kelompok pendengar, tentu bisa terjadi saling merasa diri benar dan melihat kelemahan orang lain. Imam/orang Parisi melihat dirinya lebih baik dari pedagang atau pekerja lainnya, sedangkan yang lain melihat mereka melihat imam/Parisi munafik, tidak hidup sesuai pekerjaan mereka. Maka terjadilah pertikaian, saling menghakimi sesuai dengan pikiran dan standart kebenaran mereka. Yesus menegaskan dalam perikope ini, supaya satu dengan lain tidak saling menghakimi, tidak melihat kesalahan orang lain untuk menjatuhkan mereka, tapi kenalilah diri sendiri, bertindak sesuai standart kekristenan, yaitu dipandu oleh Firman Tuhan.

Penilaian yang baik dibutuhkan tidak hanya dalam memahami orang, namun juga dalam menghadapi keputusan-keputusan yang sering kali menuntun kita pada atau menjauhkan kita dari Bapa Surgawi kita. Bila orang Kristen saling menghakimi, maka gereja akan terpecah-belah karena saling menghakimi adalah cara Iblis memecah-belah tubuh Kristus. Itulah yang dipahami oleh sebagian orang Kristen.
Hakim adalah pekerjaan mengadili. Bila kita menghakimi orang bisa tidak tepat karena itu bukan tugas kita dan subjektivitas kita yang muncul karena semua penilaian bermuara pada diri sendiri. Anak saya yang bungsu, ketika berusia 2 tahun, setiap melihat laki-laki dewasa bercelana jeans, akan berkata bahwa itu penjahat. Suatu hari, kami sedang duduk-duduk di mall, tiba-tiba dia berkata, ‘mama, awas penjahat lewat’, saya pucat ketakutan mendengar teriakan anak saya, saya takut pria berkucir dan berjeans itu mendengar. Anak saya sudah punya standart tentang pria dewasa melalui pakaiannya. Demikian lah kita bisa salah menilai seseorang jika kita memakai standart dan kebenaran kita. Oleh karena itu, Yesus meletakkan prinsip dasar dalam ay 1, untuk tidak menghakimi dan memberi prinsip teologia mengenai penghakiman (ay.2).

Ay. 1 “Janganlah kamu menghakimi, supaya tidak dihakimi’. Yesus berpikir bahwa para murid satu sama lain bukan hakim atau pemeriksa yang sesuai standart penghakiman yang benar, oleh karena itu, Yesus mengklarifikasi agar mereka tidak saling menghakimi, tidak menjadi batu sandungan bagi sesama (Rom 14, 10-14; Yakobus 4,11-12). Yesus tidak bermaksud mengatakan bahwa segala sesuatu atau setiap orang dapat diterima tanpa kritik. Dia juga tidak bermaksud bahwa semua orang, baik sebagai orang tua, pemimpin gereja, penguasa, guru atau apapun, salah ketika mereka mengkritik orang yang ada di bawah pemeliharaan mereka. Mengkritik bisa asal dengan keinginan hati yang baik. Maksud Yesus adalah supaya muridNya tidak mengambil pekerjaan Allah, yaitu menghakimi, sebab penghakiman adalah hak Allah. Artinya ketika kita menghakimi orang yang menurut standart kita salah, kita telah merampas hak Allah, mengambil tempat Allah.
Bila kita menghakimi seseorang, maka dalam Ay. 2 dikatakan, dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, itu juga dipakai untuk kita. Mengapa Yesus mengingatkan muridNya untuk tidak saling menghakimi? Karena dengan menghakimi, persoalan tidak selesai. Apa yang dia lakukan, akan terjadi seperti itu padanya. Maka orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya melakukan yang baik, karena apa yang kita lakukan akan terjadi juga pada kita. Orang yang masuk dari jendela, akan keluar dari jendela. Saya pernah mendengar cerita, seorang suami meninggalan istrinya tanpa kepastian dan pergi dengan perempuan lain. Ketika dia tua, dia sakit, dia kembali pada istrinya. Istrinya meninggal, tidak ada yang mengurusnya lagi, hatinya sedih atas perlakuan masa lalunya, tapi yang membuatnya paling sedih bukan masalah yang dihadapinya, tetapi karena putri satu-satunya ditinggal pergi suaminya. Seperti yang dia lakukan, terjadi kembali di rumahnya, kepada anaknya. Untuk mengantisipasi kejadian seperti ini, Yesus secara tegas mengingatkan para murid untuk bersikap benar, tidak mengambil tugas Allah dengan menghakimi, sebab penghakiman seperti yang dilakukan akan terjadi padanya.

Memang manusia cenderung melihat kesalahan yang dilakukan orang lain (ay 3). Kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, kita umbar, sementara kesalahan besar yang kita lakukan seolah tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, kita perlu bercermin, apakah sikap kita sudah benar. Selumbar (Ingrris ‘speck’ Junani: Karphos: titik) di mata orang lain bisa kita lihat dari jarak jauh (seberang lautan), sementara balok (Inggrik log; plank, Yunani: dokos: kayu yang sangat besar digunakan sebagai penyanggah/penopang dalam pembangunan rumah) yang menutupi mata sendiri tidak dilihat. Yesus menggunakan peribahasa hiperbol untuk menunjukkan bahwa menghakimi seseorang jelas kurang tepat karena semua manusia punya kelemahan dalam versi yang berbeda. Tindakan ini menunjukkan bahwa masalah mengritik orang lain adalah masalah besar dalam hidup manusia, karena kita tidak akan berubah, tetapi berharap orang lain berubah. Dalam ay 3 ini, Yesus meminta murid, supaya jika ada kedapatan berlaku salah, baiklah kita memimpin ke jalan yang benar (Gal 6,1), bukan menghakimi mereka, seolah-olah kita benar, tidak ada kesalahan yang kita lakukan sepanjang hidup kita.

Beberapa orang ada yang munafik ingin memperbaiki orang lain, mengoreksi orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak dapat terjamin mengenai kebenaran dan kejujuran. Maka dalam ay 4, dikatakan Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Tugas murid bukan menjadi sensor untuk saudaranya, tetapi memeriksa diri. Pemazmur berkata: ‘selidikilah aku ya Tuhan’, sebab manusia jarang mengkritik dirinya, tetapi mudah mengkritik orang lain.

Orang yang menghakimi saudaranya, menganggap diri benar, disebut sebagai orang munafik (5). Yesus berkata pada orang mereka: ‘Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,.." Yesus menyuruh supaya lebih dahulu mengeluarkan balok dalam mata sendiri, sehingga penglihatan makin tajam untuk membangun orang lain keluar dari kelemahan mereka menuju ke jalan benar.

Pengajaran ini diberikan Yesus kepada para murid yang mengikutiNya supaya tidak terjadi pengelompokan antar sesama. Yesus hendak membangun persekutuan, kesatuan antar sesama dalam keberagaman, termasuk dalam kelemahan dan kekuatan yang dimiliki seseorang, sebab kerajaan Allah adalah karakter damai.

Selasa, 20 Juli 2010

Mengawali sebuah Perjalanan

21 hari setelah tinggal di Depok, setelah membereskan sekolah anak-anak, setelah menata barang-barang yang sampai hari ini belum tuntas, setelah mulai terjun dalam pelayanan, setelah membuat sketsa rencana masa depan untuk keponakanku Dian, Tuhan membuka jalan, menjawab doa, memberi rejeki lewat usahaku yang sudah mulai berjalan, tapi masih sulit untuk mulai menulis, mengisi blog membayar janji untuk seorang suami yang mengharapkanku bisa menulis khotbah tentang kehidupan Rumah Tangga kristen.

Pagi menjelang siang ini, aku mencoba mengawali, tapi belum menemukan judul, belum mendapat ide untuk boleh menghindangkan santapan rohani yang membangun kehidupan rumah tangga, yang tak seorang pun terlecehkan, yang tak seorang pun tercecer, tapi boleh meneguk kesegaran, memebebaskan beban batin shingga boleh rukun di tengah keluarga oleh perbedaan yang terjadi antar suami istri.

Pagi menjelang siang ini aku ingin memenuhi janjiku tentang hidup suami istri yang takut akan Tuhan, kubuka alkitabku, kubaca Efesus 5, 21 yang berbunyi:"dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus".

Kalimat ini mengawali sebuah perjalan dalam Rumah Tangga Kristen.
Ada seorang suami yang berlatar belakang budaya yang kuat, harus dihormati, kedudukan yang lebih tinggi. Dia ingin hidup dengan seorang istri yang mencintainya, tunduk kepadanya dan selalu mempunyai kedudukan lebih rendah dari suami. Ketika istri menjadi lebih tinggi secara finansial, maka suami mulai merasa tersisih, merasa tidak dihormati dan mulai protes terhadap komunitas, protes kepada Tuhan dengan meninggalkan peribadahan, dengan tidak mengikat diri pada perjanjian kesetiaan dalam suka dan duka.

Dalam benak saya muncul pikiran: "Apakah kesalah seorang istri yang mempunyai pencaharian lebih banyak dari suami?" Apakah itu menganggu sistim rumah tangga? Suami saya berkata, itu menjadi salah ketika istri yang mempunyai uang lebih banyak, mendekti atau menggurui suami karena uangnnya, atau suami yang ingin lebih hebat dari istri tetapi sulit mencari pendapatan yang lebih.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kondisi keuangan yang baik di tengah rumah tangga, persoalan muncul ketika orang yang punya uang tidak dapat menikmati uangnya dengan sukacita, dia membelanjakan uangnya untuk menindas orang lain, dia berfoya-foya kala orang miskin tidak dapat makan. Kekayaan bisa menjadi kutuk bagi orang yang tidak menggunakan dengan benar, tetapi akan menjadi berkat kala kita menggunakannya untuk kebahagian orang lain dan sesama.

Hidup rumah tangga kadang bisa menjadi sulit kala masing-masing anggota rumah tangga berbeda pemahaman tentang uang. Ketika uang membuat posisi berubah, keluarga bisa kacau. Saat istri yang merasa membiayai kehidupan keluarga, maka suami bisa merasa tidak bermakna dan menjauhkan diri dari kelompok atau bahkan menggugat Tuhannya, maka istri dengan kondisi yang lebih baik akan merendahkan diri di dalam takut akan Tuhan, sehingga dia dapat berkarya, berkiprah tapi sekaligus menjadi istri dan ibu yang dihormati dan dikasihi suami dan anak-anaknya. Hanya persoalan sering muncul ketika suami mempunyai rasa minder, rendah diri (bukan rendah hati dalam takut akan Tuhan), maka semua yang baik bisa menjadi kacau, maka untuk memperbaiki kondisi jiwa yang mengalami 'trouble' ini dibutuhkan inisiatif istri untuk selalu bertanya pada suami tentang perjalanan rumah tangga. Hal ini hanya dapat terjadi ketika istri adalah istri yang merendahkan hati dalam takut akan Tuhan, tanpa rasa tertekan, tanpa rasa ditindas dalam melakukannya.

Hai istri hormatilah suamimu dengan takut akan Tuhan, di mana istri hormat dalam kerangka memuliakan Tuhan, bukan memuliakan suami sehingga mau diberlakukan sewenang-wenang, tapi tetap dalam koridor kebenaran, dan suami kasihi istrimu seperti Kristus mengasihi jemaatNya, memberi diri, mengorbankan ego, status sosial demi membangun kehidupan keluarga. Melakuakan kebenaran Firman ini akan mencerdaskan dan mencerahkan cara pikir dan cara pandang suami atau istri menjalan hidup Rumah Tangga.

"Selamat rukun-ribut" (meminjam istilah Bapak Pdt DR Andar Ismail), di tengan suka dan duka Rumah Tangga, Tuhan memberkati dalam membangun jemaat kecil dalam Rumah Tangga Kristen.

Khusus untuk seseorang yang merasa menjadi 'kurang berharga' dalam perjalanan keluarga oleh karena 'sesuatu' yang membatasi hubungan internal suami-istri, 'tetaplah jadi suami yang mengasihi istri, seperti Kristus mengasihi jemaat, tetaplah jadi suami dan ayah yang setia menjalani tugas, sebab Tuhan ada di pihak yang benar'

Semoga......