Selasa, 30 Juni 2009

Liburan

Lama sekali tidak menikmati alam pedesaan, dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Rindu dengan nuansa hijau oleh daun-daun segar. Kota metropolitan, membuat kita menjadi tidak peduli akan kehijauan, tapi hari ini aku dan suami membawa anak-anak mengisi libur mereka di hamparan hijau, perbukitan buatan di sekitar Universitas Ciputra, tempat bulik mereka mengabdikan ilmu untuk menghasilkan enterpreneur di negara ini, sebagai cara membebaskan bangsa ini dari kemiskinan, seperti harapan Capres-Cawapres No 1. Di sekitar kampus itu lah aku seperti melihat desaku yang tercinta, kehinjauan yang menyejukkan, dan persekutuan yang akrab dan solid dengan berbagai perbincangan yang kami cipta. Terima kasih Tuhan untuk udara, hembusan angin, kehijauan dan anak-anak yang menikmati liburan ini dengan hati gembira. Karena, hati yang gembira adalah obat...

Minggu, 28 Juni 2009

Ayah....3

Hari ini tepat satu bulan ayah meninggal dunia, pergi ke rumah Bapa di surga. Semakin lama, hati semakin rindu pada suaranya, pada kebiasaannya menelopon anak-anaknya setiap pagi, menanyakan kabar dan kondisi cucu-cucunya. Ayah... dengarkanlah, aku ingin bertemu, walau hanya dalam mimpi.... Tapi mimpipun seolah jauh tidak memberi warna untuk sebuah pertemuan. Satu bulan sepeninggal ayah, adalah waktu yang masih singkat, tapi banyak peristiwa yang terjadi yang ayah tidak tahu. Sebuah peristiwa besar yang membuat istri, anak-cucumu ketakutan, tapi Tuhan ambil bagian untuk memberi KasihNya, Tangan kuatNya menyelamatkan hidup cucumu. Dimana akan ku cari? aku menangis seorang diri... datang lah, aku ingin bertemu untukmu aku bernyanyi.... Tiba-tiba aku mendengar Jerry menyanyikan lagu itu kemarin, ia memperhatikan pipiku, apakah basah? Dia tahu itu, dengan jari mungilnya ia melap pipiku. Hanya satu yang kutahu ayah untuk melepas rasa rindu ini, sujud di salib Yesus, yang memberi jaminan masa depan, yang berjanji memberi pengharapan atas semua rindu-rinduku. Molo masihol ho muse di au, ingot ma na di surgo i do au, dapothon au tu surgo i, ai ho pe sonang do disi.

Jumat, 26 Juni 2009

Kejadian 7, 10-24

”Kasih Setia Tuhan”

  1. Dalam Perjanjian Lama dosa dimengerti sebagai ketidaktaatan, seperti pelanggaran, pembrontakan dan perbuatan yang tidak senonoh. Umat manusia pada zaman Nuh melakukan pelanggaran dan perbuatan tidak senonoh dengan makan, minum, kawin mawin. Hal ini dipahami sebagai ketidaktaan pada perintah Allah, maka terjadilah peristiwa air bah sebagai hukuman bagi bangsa yang tidak taat tersebut.
  2. Keangkuhan manusia adalah bentuk pertama dosa konkret, di mana manusia ingin menyamai Allah sehingga berlaku seolah-olah dia sendiri adalah Allah yang disebut sebagai ketidaktaatan atau ketidakpercayaan. Allah telah menunjukkan jalan bagi manusia, oleh karena itu manusia tidak boleh melepaskan diri demi kepentingannya sendiri, tidak boleh mencari jalan yang kabur yang penuh penipuan, kecerobohan dan keputusasaan dengan menentang anugerah yang telah diterima. Ketika manusia melalaikan anugerah dan menganggap diri mampu bertahan dengan kekuatannya sendiri, maka disitu lah Allah menyatakan diri dengan bertindak tegas atas keangkuhan manusia. Istilah yang digunakan oleh Paul Tillich manusia mengalami peralihan dari esensi ke eksistensi, yang mencakup dua elemen yaitu moralis dan tragis.
  3. Dalam masyarakat modern manusia tidak lagi sepenuhnya dipimpin oleh ajaran alkitab mengenai ajaran tentang yang baik dan yang jahat, sehingga banyak orang menganggap dosa hanya pasir dalam roda gigi teknokrasi yang mengganggu perputaran gesekan yang mulus. Dosa dilihat sebagai suatu kesalahan struktur masyarakat yang dapat diperbaiki dan bukan suatu kuasa trans-subyektif yang dapat menghancurkan manusia.
  4. Pemahaman tentang dosa di zaman modern membuat orang tidak takut melakukan dosa, bahkan ada yang telah menikmati dosa itu sendiri dengan berpikir seolah-olah apa yang diperbuat adalah benar. Suatu hari ada suatu kelompok yang mengadakan pertemuan di rumah salah seorang anggota kelompok. Ketika tuan rumah menyalam para tamu, salah seorang tamu tidak mau disalam dengan dengan menolak tangan si pemilik rumah, tanpa alasan yang jelas. Tamu itu tidak merasa bahwa yang dia lakukan bukan lah sebuah kesalahann karena dia telah terstruktur dengan kebiasaan masyarakat yang mencurigai dan memusuhi. Dan yang luar biasa dia boleh dengan lapah menikmati jamuan makan dari tuan rumah, tanpa sungkan sedikitpun. Itu salah satu contoh bentuk kebejatan manusia yang sudah dinikmati.
  5. Kesalahan-kesalahan personal telah terbungkus pada sebuah pemahaman yang salah tentang dosa. Ketika secara pribadi manusia tidak memahami kekurangannya, maka dosa umat akan semakin menumpuk, pertobatan akan semakin jauh, karena semua menganggap diri benar. Itu yang disebut, melihat masa depan dengan mata bukan dengan iman. Artinya, tolok ukur untuk suatu penilaian manusia secara moral tidak lagi dilihat dari kepercayaan, melainkan hanya dari kemanusiaan. Maka masing-masing orang melihat orang lain yang salah dan dia yang benar. Sikap hidup seperti inilah yang menutup pertobatan bagi manusia.
  6. Ketika ketidaktaatan telah menguasai kehidupan manusia pada zaman Nuh, terjadi lah air bah, untuk membumi-hanguskan semua kejahatan manusia. Menghancurkan setiap bibit yang dapat merusak eksistensi manusia sebagai ciptaan sekaligus menjaga kelestarian alam. Allah ambil bagian dalam penciptaan ulang melalui penghangusan segala virus yang merusak moral manusia. Pemeliharaan moral diwujudkan dengan cara tragis.
  7. Maka sering muncul pertanyaan dengan berbagai kejadian bencana alam yang dialami masyarakat Indonesia, khususnya bencana Tsunami dan Situ Gintung, terjadi karena dosa manusia? Ada yang mengatakan ya, di mana manusia semakin bobrok dalam iman, tidak perduli lingkungan dengan menebang pohon, membuang sampah sembarangan, dan tidak menjaga keutuhan ciptaan dengan penghangusan binatang liar di hutan. Artinya, bencana alam boleh sebuah tanda bagi kita untuk mau mengoreksi diri, bagaimana kita dalam perjalanan hidup dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama dan alam. Istilah Ebiet G. Ade, mengatakan, mungkin Tuhan mulai bosan mlihat tingkah kita...
  8. Tapi kita jangan menganggap bahwa orang lainlah bersalah, sehingga kita selamat dan orang lain menjadi korban. Bukan, Tuhan sering kali bertindak di luar pikiran kita, dan Dia melakukan semua untuk menyatakan kuasaNya, agar manusia sadar, bahwa kita bukanlah siapa-siapa, kita bukan sama dengan Allah, tapi kita adalah ciptaan yang sepenuhnya bergantung pada sang pencipta. Orang bisa berteriak minta tolong oleh bencana alam yang terjadi, tetapi mereka yang setia akan tetap berada dalam genggaman Tuhan, mereka boleh selamat, karena Tuhan menyediakan perahu bagi orang yang taat.
  9. Hal lain yang boleh kita pahami ialah, air yang sebenarnya adalah sumber hidup, boleh menjadi alat Tuhan menghukum umat yang berdosa. Mengapa? Sejauh kita tidak melihat sumber hidup adalah pemberi hidup, maka berkat, hidup yang kita terima dapat menjadi kutuk bagi kita. Bila kita tidak taat pada Tuhan sebagai sumber hidup, maka Tuhan juga akan memberi penghukuman bagi kita. Bila kita merasa berkat Tuhan sebagai usaha kita sendiri, dan kita melupakan sumber berkat itu, maka berkat itu dapat membunuh hidup kita. Air adalah satu sumber hidup manusia, tetapi air itu sendiri yang menghanguskan umat yang tidak taat dalam peristiwa air bah ini.
  10. Saya teringat seorang yang mempunyai kolam ikan besar. Dia sangat bangga dengan kolamnya, dia tidak pernah meninggalkan kolam itu yang dianggap sebagai sumber hidupdan sumber mata pencahariaannya, bahkan hari minggu pun dia selalu pergi untuk menjaga ikan-ikannya, memberi makan dan membersihkan sekitar kolam itu, hingga lupa beribadah. Tahukah saudara-suadariku semua? Suatu hari pemilik kolam itu, menatap ikan-ikannya dengan perasaan bangga, saking bangganya dia tidak sadar bahwa dia telah berjalan ke tepi kolam itu dan dia terjatuh. Di kolam itu, pada investasi yang dia anggap boleh membuatnya sehat dan panjang umur, dia mati tenggelam, dikerumuni ikan-ikan yang dia pelihara.
  11. Maka andalkanlah Tuhan, beryukurlah atas hidup yang diberi pada kita. Jangan kita menganggap enteng Tuhan dan melanggar perintahnya, karena Tuhan punya banyak cara membuat kita dengan cara kita sendiri dihanguskan oleh apa yang kita miliki, tetapi Tuhan sangat sabar menanti kita berubah, dia tidak menginginkan kehancuran ciptaanNya, sehingga Dia mengutus orang pilihan masuk ke perahu Nuh, membuat binatang liar dan ternak berpasang-pasang mewakili ciptaanNya ikut masuk ke perahu Nuh. Nuh bersama istri dan ketiga anaknya dan istri mereka masuk pada ruang anugerah Tuhan. Ketaatan mereka membuahkan kehidupan.
  12. Allah yang maha kasih adalah yang sama dari kemarin, kini dan masa yang akan datang (Maleaki 3,6). Dia sabar menanti pertobatan kita dan Dia tidak memperlambat janjiNya untuk mewujudkan cinta bagi orang yang mau meninggalkan kejahatanNya dan masuk pada ruang anugerah yang disediakan Tuhan bagi mereka yang taat (2 Petrus 3,3-10). Kiranya Kasih setia Tuhan menuntun kita masuk pada ruang yang sudah Tuhan sediakan bagi kita, selamat menikmati anugerah kebaikan Tuhan. Amin.

Jumat, 19 Juni 2009

Ayah... 2

Ketika saya mendengar berita kematian ayah saya tiga minggu yang lewat, hanya satu yang sangat menyedihkan hatiku; mengapa ayah yang begitu mencitai cucu-cucunya meninggal tepat ketika cucu-cucu itu sedang UAS, sehingga beberapa orang cucunya tidak bisa ikut melihat jenajah ayah yang terakhir, termasuk kedua putri saya. Saya kecewa, pada hal ayah saya adalah seorang kakek yang sangat mencintai cucu-cucunya. Bila anak-anaknya menderita, dia mampu bertahan melihat penderitaan itu, tapi bila cucunya mengalami penderitaan, setengah hidupnya seperti direnggut maut. Itulah kecintaannya pada cucu-cucunya. Hari ini saya mengetahui jawaban Tuhan, mengapa ayah meninggal tiga minggu lalu, bukan hari ini setelah mendengar berita kelulusan dan kenaikan kelas cucunya. Tuhan tidak ingin membuat ayah menderita, bukan karena sakit fisik, tapi secara psikis, karena penderitaan yang dialami Bopas. Ayah tidak mungkin sanggup bertahan hidup kalau mengetahui cucu pertamanya menderita, karena hidupnya adalah kesehatan dan kesejahteraan cucu-cucunya. Saya menangis dalam sukacita kalau Tuhan membuat ayahku tenang dan damai sampai akhir hidup. Beliau pergi ke rumah bapak tanpa beban psikis dan tanpa menahan derita, betapa Tuhan sungguh baik. Karena itu, Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (fil 4, 6).
renungan setelah ayah meninggal tepat 3 minggu.

Rabu, 17 Juni 2009

Yesaya 41, 14-20

”Jangan Takut”

  1. Suatu hari ada kelompok paduan suara mengadakan kunjungan gerejawi ke salah satu gereja di Pangururan kabupaten Samosir. Dalam kunjungan tersebut pimpinan rombongan mereka yang menjadi pengkhotbah. Tema khotbat ketika itu adalah seperti tema khotbah kita dalam minggu kita; supaya jangan takut. Dalam uraian khotbahnya dikatakan bahwa hidup kita adalah hidup yang disertai oleh Tuhan, maka kita tidak perlu takut dalam hidup, dalam menghadapi sesuatu, dalam angin badai sekalipun Tuhan ada beserta kita. Demikian inti khotbah tersebut. Setelah usai ibadah diadakan ramah tamah antara tamu gereja dan anggota jemaat gereja setempat. Seusai makan dan memberi kata sambutan, tiba-tiba sang pengkhotbah melihat jam tangannya dan: saya kami sudah boleh permisi karena sudah jam tiga, karena menurut pemilik kapal, jam 5 ombak kencang dan kami takut pada ombak danau.
  2. Saudara/i ku yang kekasih, rasa takut adalah hal yang alami bagi diri seseorang. Meskipun kita mempercayai Tuhan sebagai penyerta hidup kita, namun ketika diperhadapkan dengan kenyataan yang di luar jangkauan pikiran dan kekuatan kita, rasa takut bisa saja muncul, perasaan itu tiba-tiba saja membuat seseorang mengalami kekhawatiran, tapi bukan tidak percaya pada kebesaran Tuhan, hanya kadang-kadang rasa takut kita berlebihan dan lebih menguasai pikiran dan hati kita, sehingga iman dan logika menjadi tidak punya tempat untuk menetralisir perasaan kita.
  3. Seorang pekerja gereja pernah mengalami trauma karena pernah tercebur kolam ikan neneknya dan hampir tenggelam. Pengalaman masa kecil ini membuatny tidak mau belajar renang hingga dewasa. Suatu hari, ada pengutusan baginya bersama kelompok ke daerah Kepulauan Maluku. Perasaannya bercampur baur, antara rasa senang sebab ini pengalaman baru namun dan rasa takut atas masa kecilnya karena dalam misi tersebut harus menggunakan sampan kecil pergi dari satu pulau ke pulau lain. Pikiran – pikiran buruk, menguasai dirinya; ‘bagaimana kalau aku tenggelam? Bagaimana kalau sampan kami dihantam oleh ombak besar dan terbalik? Apakah ini akan menjadi missi “bunuh diri” bagiku?
  4. Sepanjang hari ini aku dan mungkin semua keluargaku sangat ketakutan saat mendengar kabar bahwa keponakanku Bopas mengalami tabrakan tunggal. Pikiranku adalah maut, padahal ayahku belum sebulan meninggal. Aku hanya bertanya pada Tuhan, ‘mengapa Tuhan tidak membiarkan air mata kami kering dulu?’ mengapa begitu beruntun kepedihan meretakkan jiwa kami? Aku hampir kehilangan semangat dan ingin lari dari Tuhan, untung kesadaranku penuh, kalau ternyata kita tidak akan bebas dari rasa takut kalau memakai pikiran sendiri. ketakuatnku membuatku lemah, tidak bersemangat dan menjadi tidak aktif melakukan pekerjaan.
  5. Sepanjang manusia mengandalkan kekuatannya maka, manusia akan mengalami rasa takut dan traumatik dalam hidupnya, namun jika manusia mempunyai ketergantungan pada Tuhan, di situlah manusia tidak memakai pikiran dan kekuatannya dalam mengatasi masalahnya, di situ lah dia mampu tenang dan cerdas dalam menjalankan kehidupannya. di situ dia makin aktif melakukan tugas, karena Tuhan memberi pesin pengirik yang tajam sebagai alat melakukan tugas di tengah dunia yang berbukit dan terjal.
  6. Demikianlah perikope ini kita Allah mengatakan kepada umat Israel agar jangan takut, meskipun mereka digambarkan seperti cacing dan ulat, suatu kelompok binatang yang lemah dan tidak berkekuatan, namun mereka harus terus bergantung kepada Allah, sebab ketergantungan membuta mereka akan mengandalkan kekuatan Tuhan. Mengapa kah kelompok kecil itu tidak perlu takut mengahdapai bangsa yang besar, yang berkuasa ? karena semua bangsa, semua kekuatan ada di bawah kuasa Allah, dan Allah itu sendirilah yang mereka dari pembuangan.
  7. Ketergantungan pada Tuhan, tidak membuat manusia menjadi pasif, tapi justru semakin aktif melakukan kebaikan. Dalam ketergentungan itulah Allah memberi tugas pada manusia. dalam ay 15 dikatakan, bahwa Allahlah yang menjadikan bangsa itu sebagai papan pengirik yang tajam, dengan gigi dua jajar. Tugas dari papan pengirik adalah: mengirik dan menghancurkan gunung-gunung dan menjadikan bukit seperti sekam. Artinya umat percaya terpanggila menjalankan misi kebenaran, memperbaiki kerusakan dan menata jalan menuju kebenaran. Bila menusia tergantung penuh pada kekuatan Tuhan, maka manusia akan mampu mengatakan kejujuran di tengah banyaknya ketidakjujuran, mengatakan kebenaran di tengah hal yang tidak benar, tanpa rasa takut, karena Tuhan lah andalannya dan pikiran Tuhan lah yang digunakan.
  8. Tujuan dari hidup benar tidak sekedar supaya kita berharga di mata Tuhan, tetapi supaya semua bangsa, semua orang yang baik dan yang jahat boleh secara bersama melihat kemuliaan Allah. (ay 20). Pekerjaan tangan Tuhan akan semakin nyata bagi semua orang, sehingga semua orang mengetahui bahwa tak satupun yang dapat membuat orang yang bergantung pada tangan Tuhan mengalami ketakuatan, walaupun mereka kelompok kecil.
  9. Pada minggu ini kita terpanggil untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh aspek hidup kita, supaya kita tidak khawatir tentang apapun juga. Kadang-kadang kita bisa mengalami perubahan hidup yang menakutkan, dari sumber air menjadi tanah kering. Kadang-kadang kita harus berjalan tertatih sperti tidak punya kekuatan, tapi itu akan membuat kita takut, karena Tuhan akan selalau bertindak benar, karena orang benar akan selalu dipakai dan diubah Allah dari tanah kering memancarkan mata air yang membual di dataran.
  10. Setiap kali kita mengalami rasa takut akan hidup kita, pekerjaan kita, bahkan kehidupan rumah tangga dan pribadi kita segera lah datang pada Tuhan, membiarkan kehendakNya yang berlaku, bukan kehendak kita. Dalam Mazmur 107, 33-43 (epistel) pemazmur menegaskan tentang karya Tuhan atas hidup manusia, alam lingkungan dan segala kehidupan yang mendukung kelestarian alam, kemakmuran dan kesejahteraan manusia dan kelestarian mahkluk hidup. Bukankah Allah itu masih tetap sama dahulu, kini dan sekarang?
  11. Ayat itu berbicara dengan jelas untuk memberi jaminan yang luar biasa bagi kita, agar kita tidak khawatir tentang apapun juga, sebab Tuhan akan menjaga dan memelihara hidup kita. Rasul Paulus mengatakan pada jemaat Fil 4,6 agar kita jangan khawatir tentang apa pun juga, tetapi menyatakan dalam segala hal keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
  12. Berapa banyak di antara kita yang memiliki kepercayaan pada Firman Tuhan yang mengatakan supaya tidak ada rasa takut dalam hidup kita? Tapi sebanyak itu jugalah manusia yang mungkin ketakutan akan banyak hal dalam hidupnya. Rasa takut itu adalah wajar, maka tidak salah jika dalam alkitab tercatat 365 kali sebutan jangan takut dan sejenisnya. Artinya, kita diingatkan setiap hari dalam setahun agar jangan takut akan apapun juga, karena Tuhanlah penebus kita yang Maha Kudus, tanganNya yang kuatlah yang menuntun kita keluar dari ketakutan kita. Karena itu, percayalah dan bergantunglah kepada Allah, dan kita akan tahu apa yang harus kita lakuakan sebagai papan pengirik yang tajam.Tuhan tahu setiap ketakutan kita, tapi Dia mau menjadikan kita lebih dari seorang pemenang. Datanglah pada Tuhan sebab ia hendak memberikan solusi mengatasi ketakutan dalam hidup kita. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu lagi. Sebab Tuhan berkata, ‘aku akan menyertai engkau sampai akhir zaman! Selamat melakukan kebenaran tanpa rasa takut!

Senin, 15 Juni 2009

Ayah.........

Dimana,.... akan kucari, aku menangis, seorang diri... hatiku selalu ingin bertemu... untukmu aku bernyanyi....
Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi walau air mata di pipiku....

Petikan lagu ini selalu menyentuh hati pendengar dan akan semakin dekat di hati, bila ayah yang dikasihnya telah pergi menghadap Tuhannya.
Ayahku adalah seorang suami yang selalu mendukung istrinya dalam karier, dalam usaha bahkan dalam mendidik anak-anak. Dia seorang ayah yang tidak pernah mengecewakan putra/inya dan seorang kakek yang sangat memanjakan cucu-cucunya. Demikian petikan kata-kata yang diungkapkan Meli putri bungsu ayahku, seorang yang teguh dalam prinsip dan siap berbeda dengan semua orang meskipun hanya dia sendiri dalam mempertahankan kebenaran yang dianutnya. Ayah tidak takut dibenci orang banyak sepanjang itu benar. Itulah pengenalan suamiku untuk ayah kami, dan bukan seorang pendendam, karena setiap kali ia berseberang ide dengan orang lain, dia tidak menjadikan orang yang berbeda sebagai musuh, tidak berapa lama dia akan ramah kepada orang tersebut. Kata teman-temannya guru dan majelis Gereja, di mana ia sangat terbuka untuk pekerjaan kerajaan Allah, sehingga memberi namaku Marturia (kesaksian), karena hidup adalah hidup yang menyaksikan kebesaran Tuhan, sehingga Pdt GOP Manurung, mantan Bishop GKPI mengatakan seorang yang tidak terlepas dari berdirinya GKPI di Pangururan dan yang membuka pintu rumah untuk para Pendeta yang bertugas ke jemaat pangururan, sehingga nama adik saya Damelina (meli) diberi oleh seorang Pendeta yang bernama Pardamean sebagai pertanda ketika pendeta tersebut pertama sekali di tempatkan di Pangururan, dia tinggal di rumah dan pada malam harinya meli lahir, maka dia diberi damelina dari asal kata pardamean. Bahkan Pejabat Preases HKBP Pangururan Pdt P. Gultom mengatakan ketika beliau menyapa saya sebagai rajanami (karena kebetulan Gutom mereka adalah marga nenek buyut ayah saya), akan lebih berbeda bila disapa dengan amang pendeta nami. Menyebut pendeta wajahnya lebih ramah. Dia juga seorang guru yang keras dan dispilin, sehingga salah seorang mantan muridnya yang ketua DPRD Kab. Pangururan mengatakan kalau saya terlambat atau tidak mengerja tugas lebih baik bolos daripada dihukum Bapak B. Tambunan. Dia adalah seorang politikus yang tidak terekspos demikian tuturan Ketua DPRD tersebut, sampai dia rela diskors dari PNS pada tahun 1971 karena seorang pengikut ajaran bung Karno, PNI Marhaenis. Beliau tidak mau ikut dengan partai pemerintah yaitu GOLKAR, karena keyakianannya pada ajaran tersebut, sehingga ketika dia dipenjara atas perlawanan tersebut dia memberi nama adik saya yang lahir ketika itu, Marhaeni, sebagai tanda keteguhannya pada ajaran tersebut.
Kini ayahku telah tiada, dia telah pergi ke rumah bapaknya dengan wajah damai, tanpa beban, walau dia sangat kesepian karena cucu kesayangannya, yang mendampinggi dia selama 17 tahun terakhir ini telah pergi ke Medan untuk mengikuti bimbingan test. Dia kesepian, tapi dia lebih suka cucu berhasil dalam studi, sehingga melepaskan cucunya itu pergi. Hari ini ibuku menangis membaca hasil kelulusan cucu ayahku itu, karena hasil yang memuaskan bhs Indonesia 6,80; B. Inggris 9 dan matematika 9.25. jika saja ayahku masih bisa melihat kejadian menggembirkana ini, betapa bahagianya dia. Tapi meli bilang ayah sudah tahu bahwa cucu kesayangannya akan membanggakan hatinya, maka dia pergi dengan damai.

Untuk ayah tercinta... aku ingin bertemu walau hanya dalam mimpi.

Sebuah Pensil

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .
"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai."
"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."
"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya" .

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini adalah keharusan. Dan Justru bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar"..

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".


(by Paulo Coelho)