Rabu, 29 April 2009

MENGAPA LELAKI BERBOHONG


Suatu hari, ketika sedang menebang pohon, seorang penebang kayu kehilangan kapaknya karena jatuh ke sungai. Lalu dia menangis dan berdoa, sehingga Dewa muncul. "Mengapa kamu menangis?" Si penebang kayu sambil terisak menceritakan bahwa kapak sebagai sumber penghasilan satu-satunya telah jatuh ke sungai. Lalu Dewa menghilang dan muncul kembali membawa kapak emas. "Apakah ini kapakmu?"

"Bukan, Dewa "

Lalu Dewa muncul kembali membawa kapak perak. "Apakah ini kapakmu?"

"Bukan, Dewa "

Lalu Dewa mengeluarkan sebuah kapak yang jelek dengan pegangan kayu dan mata besi "Apakah ini kapakmu?"

"Ya, Dewa, benar ini kapak saya"

"Kamu orang jujur, karena itu Aku akan memberikan ketiga kapak ini untukmu sebagai upah kejujuranmu"
Lelaki itu sangat bersyukur dan pulang dengan gembira. Beberapa hari kemudian ketika sedang menyeberang sungai, istrinya terjatuh dan hanyut.

Lagi, si penebang kayu menangis dan berdoa. Kemudian Dewa muncul.
"Mengapa kamu menangis?"

"Istri saya satu-satunya yang sangat saya cintai terjatuh ke sungai, Dewa"

Lalu Dewa menghilang ke dalam sungai dan muncul kembali dengan membawa Jennifer Lopez "Apakah ini istrimu?"

"Ya, Dewa"

Lalu Dewa marah dan berkata "Kamu berbohong, kemana perginya kejujuranmu?"

Lelaki itu dengan takut dan gemetar berkata, "Dewa, seandainya saya tadi menjawab tidak, Dewa akan kembali dengan membawa Britney Spears, dan jika saat itu saya juga menjawab tidak, Dewa akan kembali membawa istri saya yang asli, dan jika ketika itu saya menjawab iya, Dewa akan memberikan ketiganya untuk menjadi istri saya. Saya ini orang miskin, Dewa.. Tidak mungkin saya bisa membahagiakan tiga orang istri....."

Moral of the story:

Lelaki berbohong itu demi kebahagiaan orang lain..... :~))

Web Bug from http://us.adserver.yahoo.com/l?M=194081.3897168.5135684.1261774/D=egroupmail/S=:HM/A=1754016/rand=722248105

Liburan

Seorang anak berusia 10 tahun hendak berkunjung ke rumah ompungnya (nenek). Dalam perjalanan dari Medan menuju Tarutung dia bertanya setiap 15 menit kepada supir, atau penumpang lain yang ada di dekatnya, ‘apakah telah tiba di Tarutung?’ mereka menjawab belum. Berulang-ulang pertanyaan ini di tanyakan, membuat suasana terganggu. Ketika telah tiba di Balige dia bertanya: apakah Tarutung masih jauh? Aku ngantuk mau tidur. Supir itu menjawab, ya masih jauh dan tidurlah, nanti dibangunkan. Suasana menjadi hening, mereka lupa pada si anak. Kira-kira satu jam lebih lewat Tarutung, tepat di batu lubang, (sebuah batu besar yang dilubangi sebagai sarana jalan menuju Sibolga. Jalan ini sempit dan sulit berputar, itu hanya untuk mobiil kecil.), sang supir melihat si anak yang tertidur pulas. Dia tersentak kaget, dan berkata, ‘aduh.... anaknya sudah kelewatan. Bagaimana ini?’ setelah membicarakan dengan semua penumpang mereka sepakat untuk mengantar kembali ke Tarutung, karena dia sendiri dititip orang tuanya untuk dijemput ompung di terminal. Tiba di Tarutung, mereka membangunkan si anak dan mengatakan bahwa mereka telah tiba di Tarutung. Anak itu bangun dan tersenyum, sambil membuka bekal makanannya. Supir itu bertanya, ‘di Tarutung turunnya di mana?’ anak itu menjawab dengan tenang; ‘aku turun di Sibolga, tapi kata mama kalau sudah tiba di Tarutung, baru makan!’ Semua isi mobil itu terdiam sambil menganga

Yeremia 31, 7-14

Kembali ke dalam Pelukan Allah

  1. Ketika kami kanak-kanak, saya pernah melihat abang saya mendapat hukuman dari bapak karena suka berlaku ‘nakal’, pergi berenang ke danau toba tanpa permisi, bermain seharian di ladang dan menggembalakan kerbau orang lain, ikut kapal penumpang ke daerah lain, menunggu kapal datang dan mengangkut barang-barang dagangan para pedagang, kabur dari sekolah, tidak tidur siang, dan banyak lainnya. Kalau sampai bapak pulang kantor, dan sang kakak belum di rumah, maka kami akan khawatir, karena dia akan mendapat hukuman sesuai dengan kenakalannya. Dia tidak akan mendengar ibu kami yang membujuknya untuk bersikap lebih manis, dia lebih suka mendengar ajakan teman-temannya yang menjanjikan akan dapat uang kalau membantu pemilik kerbau menggembalakan kerbaunya, atau mengangkut barang dagangan para pedangang. Walaupun hukuman berlangsung dia terus mengulang permainan itu, tanpa jera. Suatu hari, ketika bapak mengambil lidi untuk memukulnya, tiba-tiba ompung (nenek) kami muncul dan berdiri di antara kedua ayah beranak itu, dan bapak pun berhenti memberi hukuman. Ompung menyelamatkannya, sekaligus memberi diri untuk dipukul bapak. Abang saya sangat bersukacita, saat seorang yang dihormatinya muncul dan ‘menyelamatkannya’ dari sebuah hukuman. Sukacitanya dia wujudkan dengan bersikap lebih baik dengan membangun sebuah harapan tentang ompung yang akan selalu datang.
  2. Kejahatan dan pikiran buruk dapat membuat seseorang kurang cerdas dalam memaknai hidup, sehingga muda diombang-ambingkan kata-kata manis. Dia melakukan apa saja yang menyenangkan hatinya sehingga tidak mau mendengar kata kebenaran. Ketika Yeremia mengatakan bahwa mereka akan dihukum atas kejahatan bangsa ini, mereka marah dan menyebutnya sebagai penghianat nasional, dia dipenjara untuk kebenaran tersebut. Mereka lebih suka pada apa yang dikatakan nabi palsu, Pansur dan Hanaya yang mengatakan bahwa mereka tidak mendapat hukuman, malainkan damai sejahtera (6,14).
  3. Hukuman Allah menyadarkan mereka setelah mengalami penderitaan yang mereka terima di Babel. Dibalik penderitaan itu, mereka membangun sebuah pengharapan, munculnya penyelemat yang membebaskan mereka. Sukacita menjadi bagian kerinduan mereka.
  4. Kata membebaskan dan menebus, biasanya dipergunakan untuk pembebasan dalam bidang sekuler, seperti penebusan harta milik yang digadaikan, penebusan budak. Penebusan ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat. Kata-kata ini sangat akrab bagi umat Israel, maka teologia juga memakai kata ini untuk menyatakan perbuatan tangan Allah atas Israel dari perbudakan Mesir. Dalam ay. 7 istilah ini digunakan untuk orang Israel di pembuangan Babel. Allah menjadi ‘anggota keluarga’ mereka, menebus mereka dari perbudakan.
  5. Pengalaman dikeluarkan atau dibebaskan banyak mempengaruhi jiwa seseorang. Orang sembuh dari sakit akan lebih menghargai kesehatan dibanding yang belum mengalaminya. Seorang ibu yang mempunyai bakat stroke masih ‘bandel’ dengan memakan pantangannya, tetapi begitu ada serangan stroke, dia jera dan berhenti memakan semua jenis makanan yang dapat membuat penyakitnya makin parah. Dia diubah oleh sakit yang luar biasa, dia membangun harapan di tengah kelemahannya. Dalam istilah hukum, hukuman membuat si terdakwa sampai pada efek jera.
  6. Ketika Yeremia menggambarkan kepulangan para buangan dari Babel ke Israel, ada ajakan sukacita bagi keturunan Yakub. Biarlah keluh kesah mereka, sakit penyakit dan derita mereka diganti dengan sorak sorai, karena Allah yang bertindak membawa mereka pulang, membayar hutang mereka dan menebus mereka dari perbudakan Babel. Allah lah satu-satunya keluarga dekat mereka, menebus mereka dari perbudakan
  7. Saat seseorang keluar dari RS dengan kondisi sehat, akan terlihat wajah sumringah karena gembira meliputi hatinya, orang keluar dari penjara akan ada cahaya optimis di wajahnya, apalagi jika keluar dari sebuah perbudakan panjang, bukankah kegembiraan meliputi hati, jiwa dan pikiran untuk terus tersenyum menjalani masa depan bersama Tuhan yang rela menjadi anggota keluarga membayar seluruh hutang-hutang? Kegembiraan sangat sempurna ketika ada penebusan dari ketidakmampuan. Hanya dalam mimpinya Martin Luther King menyatakan penebusan Allah pada kulit hitam untuk menjadi warga yang sama dengan kulit putih, di Amerika Serikat, sudah terlihat nuansa kegembiraan bagi suku tersebut dengan tetap optimis berjuang di negara berkulit putih itu. Janji keselamatan dari Allah membawa jaminan dan kegembiraan. Maka satu-satunya pengharapan kita untuk ditebus dari perbudakan dosa hanya pada Allah keluarga terdekat kita.
  8. Inilah panggilan bagi orang yang berduka, menderita, tertindas dan mengalami sakit penyakit karena kesalahan masa lalu kita, Tuhan membawa pengampunan bagi kita, Tuhan memulihkan jiwa kita yang kering, Tuhan menebus kita dari dosa maut, membayar hutang kita dengan darah Yesus Kristus. Tidak ada lagi tangisan, hanya sorak-sorai bagi mereka yang memiliki DNA Yesus Kristus. Jangan terlalu percaya dengan kata-kata manis yang dijanjikan dunia, tapi mari tetap dengar-dengaran dengan suara Roh yang mengingatkan kita akan ketidakbenaran supaya hidup seturut dengan kebenaran Allah.
  9. Allah tidak hanya menebus kita dari penderitaan, Dia juga menyediakan segala yang perlu bagi kita, saat kita dibawa pulang. Dalam ay. 10-14 ada ungkapan kesejahteraan. Yeremia menggambarkan kemakmuran umat Israel pada masa depan dan kegembiraannya di atas bukit Sion. Bila dibandingkan keluaran dari Mesir, maka pemulangan dari Babel akan lebih hebat, di mana Tuhan memberi umatNya kelimpahan makanan dan kemakmuran harta benda lainnya. Dia juga bertindak menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Nya. Keluarbiasaan terjadi bagi bangsa yang telah dipilihNya.
  10. Bangsa pilihan Allah selalu mandapat perlakuan istimewa dari Allah. Dia menebus Yakub dari tangan orang yang lebih kuat darinya (11), menyediakan gandum, anggur dan minyak, anak-anak kambing domba dan lembu sapi (12); hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik. Istilah ini sangat tepat bagi Israel yang curah hujannya rendah dan jarang diharapkan. Dengan perlakuan istimewa ini semua kalangan, semua usia dapat bersukacita (13) karena kebajikan Tuhan yang diberi pada mereka. Tuhan melimpahkan anugerahNya bagi imam dan umat (14).
  11. Banyak pengalaman pahit yang kita lalui sebagai umat percaya. Dalam epistel (1 Tesalonika 2, 13-20) dikatakan bahwa percaya dan beriman pada Tuhan tidak membuat jemaat Tesalonika tenang dan damai, sebaliknya mendatangkan kesusahan dan penderitaan oleh karena kejaran dari penguasa dunia. Ada yang tidak dapat menjabat jabatan tertentu karena beriman pada Tuhan Yesus. Ada tawaran pindah agama supaya mendapat posisi yang baik di negara ini, ada juga ketidak nyaman tinggal karena ketidakbebasan beribadah, kekeransan dan ketidakadilan yang diterima oleh umat percaya. Dibalik semua penderitaan ini, Tuhan menjanjikan kesejahteraan dan kemakmuran. Dia telah menebus kita dari utang dosa dengan darahNya yang kudus. Kita akan terus membangun tangga pengharapan kita dalam arak-arakan menuju kekekalan sebab, tangan Allah sendiri yang membawa kita keluar dari penderitaan, menuju sukacita surgawi bersama pasukan orang benar. Kita terpanggil menjadi pasukan khusus melawan ketidak-benaran memenangkan sukacita dalam Kristus. Selamat berjuang, Tuhan memberkati! Amin.

Kamis, 23 April 2009

Jerry

Ini cerita dari putra saya jerry. Setiap kamis dia mendapat pelajaran bahasa Inggris di sekolah. Hari ini mereka belajar tentang nama binatang dan warna. Miss-nya bertanya :’siapa yang tau bahasa inggris bebek’. Semua diam, tiba-tiba salah seorang siswi menjawab, dan ibu guru lainnya, bu Anik, berkata :’saya mendengar tadi suara mbak Lina mengatakan duck’. Lalu Jerry meneruskan cerita, ‘padahal ma, mbak lina tidak mengatakan dukc, dia bilang:bedakkk’. Heheheee. Dan sepanjang hari dia bicara, seolah-olah sedang berbahasa inggris, maka ketika siangnya tantenya menelepon, dia berbicara dan dia menjawab telepon itu dengan cas, cis, me, you know? Dll, dll. ketika saya katakan, ga usah berbahasa inggris, buliknya ga ngerti, dia menjawab :’masak sih guru bahasa inggris, dosen lagi ga ngerti.’ bapak bilang, ya, ya.. masak si bulik ga ngerti, membuat suasana makin seru. Dan waktu malamnya ia ketemu dengan sang bulik, si bulik komplain bahwa dia berbahasa inggris yang ga jelas dengan mengatakan, cing, cang, cung. Eh... si anak bukan merasa salah, malah dia katakan, ‘bulik..bulik,... itu bukan bahasa inggris, tapi bahasa cina!’ hahah, mati kita. Anak zaman sekarang.

Selasa, 21 April 2009

Selamat Hari Kartini

Untuk Ibuku : yang memperjuangkan anak gadisnya supaya semua mendapat pendidikan yang baik. mencintai kehidupan, sehingga semua waktunya diisi dengan baik. berjuang untuk hidup yang sejahtera, sehingga selain mengajar, dia berbisnis, agar semua kebutuhan pendidikan anaknya terpenuhi. Tadi saya meneleponnya, dengan kecemerlangan di usianya yang tua dia masih menawarkan jasa untuk keperluan 'dagangan' ku (aku juga meniru ibu membuat bisnis sampingan untuk menopang kebutuhan RT) yang kemarin habis. Ah.. betapa aku mencintainya, karena dialah kartini masa kini, yang siap melakukan banyak hal untuk kemajuan anak-anak bangsa melalui pendidikan.
Untuk kakak dan adik perempuanku: yang menerima pendidikan yang membebaskan, yang hidup dalam alam kebebasan, tapi kadang-kadang menerima ketidak bebasan, bias jender dari sekitar. Perjuangan ibu kita akan membuat kita lebih tegar memperjuangkan keadilan jender, sehingga akan semakin sedikit penindasan terhadap perempuan di sekitar kita.
Untuk kakak ipar perempuanku: yang seberuntung kami, karena mempunyai suami hasil didikan ibuku yang mengajarakan kesetaraan jender dengan cara yang sederhana.
Mari kita berkiprah membangun anak bangsa, dengan memberi asupan yang baik bagi anak-anak kita, supaya mereka boleh bertumbuh dengan cara yang benar di negara kita yang penuh ketidak-adilan jender.
untuk kedua putriku : yang akan terbangun dari mimpi, bahwa di balik alam kemerdekaan yang diterimanya ada banyak ketidak merdekaan sebagai seorang perempuan.
untuk suamiku: yang memandangku sebagai pejuang dan yang mendukungku untuk berjuang di atas ketidakadilan ini.
Untuk semua perempuan Indonesia : mari berjuang bersama membangun keadilan dan kesetaraan.
Selamat hari kartini!

Satu menit saja

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke Gereja untuk disumbangkan;

namun betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit;

namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan);

namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar/teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra;

namun kita mengeluh ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit dari pada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Kitab Suci namun;

betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser;

namun lebih senang berada di kursi paling belakang ketika berada di Gereja

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata;

namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 40 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk ibadah;

namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Kitab Suci;

namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran;

namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci .

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir atau mengatakan apa-apa atau berbuat apa-apa B
etapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api;

namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE.

Kita TERTAWA ...? atau kita BERPIKIR-PIKIR. ..?
Bersyukurlah kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK.






Selamat Penyambut Pantekhosta...

kiriman dari seseoran dan kuteruskan bagi semua pembaca

Mika 7, 14-20

“Pemeliharaan Allah sebagai wujud Kasih SetiaNya”

  1. Kisah ketidakadilan dan pemerkosaan hak azasi manusia sering kita dengar, lihat bahkan alami sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Minggu 19 April 2009, jemaat HKBP Waru, Resort Surabaya yang telah mendirikan gedung gereja dan mendapat izin dari pemerintah setempat, yang ditanda-tangani masyarakat sesuai dengan jumlah yang ditentukan tidak diperbolehkan memasuki gedung gereja, oleh seorang ‘tokoh agama’ dan beberapa pengikutnya. Ini kejadian kedua setelah april 2008 yang lalu. Anehnya, peristiwa ini terjadi disaksikan langsung oleh aparat hukum negara. Tidak ada tindakan yang mengusulkan agar ibadah berjalan, justru polsek Tambak sawah, lebih memilih mereka kembali ke gedung pramuka tempat biasa mereka melakukan ibadah minggu kurang lebih selama 20 tahun ini.
  2. Ironis sekali, karena kepentingan seseorang, kebutuhan vital banyak orang, yang disebut sebagai kaum minoritas di negara ini, tidak dipenuhi. Saya berpikir bahwa ada penyelewengan hukum dan kebenaran di negara kita tercinta ini. Pemerintah tidak bersikap adil bagi sebagian orang. Saya menjadi setuju dengan pemikiran beberapa partai yang mengadukan adanya penyelewengan dalam PEMILU Caleg akhir-akhir ini kepada POLRI, tapi POLRI menolak. Bayangkan, betapa aparat negara ini bersikap tidak netral terhadap masyarakatnya, seolah-olah mereka hanya milik yang kuat dan menang.
  3. Demikian juga pengalaman Nabi Mika di Yehuda pada masa pemerintahan Raja Yotam, Ahaz dan Hizkia. Dia melihat adanya ketidak pedulian dari penguasa, orang kaya dan pemimpin bangsa, bahkan nabi-nabi palsu terhadap orang kecil nan papa. Masing-masing orang mencari yang penting bagi dirinya sendiri, melakukan ketidak benaran dan penyelewengan terhadap hukum untuk mencari keuntungan sendiri. Adanya kecurangan dan penindasan. Mungkin hal ketidak pedulian seperti dalam Mika ini juga berlaku pada masa rasul-rasul, sehingga dalam 1 Petrus 5, 1-5 (epistel), dihimbau agar hamba Tuhan jangan melakukan tugas untuk mencari keuntungan dan tidak memerintah orang yang dipercayakan kepada gembala.
  4. Kisah ketidak pedulian sering membuat miris hati orang yang berjalan dalam kebenaran Allah, sementara pelaku ketidak adilan semakin arogan, solah-olah sikapnya benar dan baik, sehingga nilai empati dalam dirinya luntur dan ini menjadi awal kemerosotan moral, di mana nilai kebenaran bergeser oleh karena kepntingan dan keuntungan pribadi.
  5. Ketika kemerosotan moral makin berkembang, ketika cinta mulai memudar, maka tidak ada lagi kekuatan apapun yang bisa mengubah keburukan itu untuk membuat manusia bertobat. Manusia, bahkan tokoh agama pun tidak lagi cinta akan Firman Tuhan, tidak menjadikan pelita dalam perjalanannya. Dengan kejadian seperti ini, Nabi Mika menyerahkan pemeliharaan manusia sepenuhnya pada Tuhan. Ay 14, dikatakan: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu,... Kata tongkat dapat kita hubungkan dengan sikap keras, di mana kawanan kambing domba kadang-kadang perlu dipukul supaya tidak lari dari kelompok ke arah tujuan. (padang rumput atau kandang). Sikap hidup yang buruk, kadangkala perlu diubah dengan cara keras. Hal itu sesuai dengan tugas gembala yang dikatakan oleh Edmund P Clowney, sebagai manager, administrator dan hakim untuk memberi sanksi bagi kawanan domba yang menyimpang (bnd. RPP (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon) HKBP: “digembalakan, dan kalau tidak berubah baru diberi sanksi).
  6. Nabi Mika berharap pada Tuhan, supaya Tuhan mengingatkan (maminsang) pelaku ketidak-benaran dan membawa kambing domba milik-Nya, yang terpencil mendiami rimba, makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Tuhan sebagai gembala adalah Tuhan yang membawa perubahan bagi kehidupan umatNya. Maka tugas gembala membawa kawanan dombanya dari suatu tempat ke alam yang lain. Dari rimba yang terpencil ke Basan dan Gilead. Basan dan Gilead berada di sebelah selatan Bukit Hermon yang subur. Harapan Nabi bahwa Allah sendirilah yang memindahkan milikNya dari kecurangan-kecurangan ke alam yang merdeka, dari tempat tidak subur ke tempat yang subur, seperti Tuhan membawa orang Israel dari Mesir ke Israel, dari alam perbudakan ke alam kemerdekaan (ay 15).
  7. Keperkasaan seorang gembala adalah ketika kawanan dombanya dapat menikmati alam bebas dalam pemeliharaan penggembala. Memberi makan dombanya (feed my lamb), memelihara dan menjaga dari ancaman binatang buas. Maka seorang gembala akan memimpin di depan (ahead : mendahului), yang diikuti kambing domba miliknya. Dengan demikian, pekerjaan ini membutuhkan kerelaan, bukan paksaan, karena menjadi di depan selain panutan, tetapi siap menanggung resiko oleh ancaman dari depan. Itu sebabnya, dalam percakapan Yesus dan Simon Petrus di Danau Galilea, Dia menguji keteguhan cinta Petrus padaNya sampai tiga kali. Setelah Petrus mengakui, bahwa dia mencintai Yesus, baru Yesus memberikan tugas padanya ‘gembalakanlah domba-domabKu!’ artinya, ada resiko, tetapi bila motivasi penggembala adalah cinta pada Tuhan, maka dia akan siap dengan segala resiko. Sikap hidup yang baik, penuh perhatian dan siap menanggung resiko akan membuat kawanan domba merasa nyaman dengan alam kemerdekaan yang diterima, sebaliknya, pelaku ketidak benaran, akan merasa malu atas keperkasaan gembala itu.
  8. Keperkasaan Gembala agung menjadi panutan bagi Petrus sebagai gembala jemaat. Sikap itulah dia serukan pada para pemimpin Gereja agar menggembalakan JemaatNya, seperti cara Gembala Agung itu, yakni memelihara yang digembalakan dan memberi hidupNya bagi domba-dombaNya. Cara itu menjadi keheranan bagi Nabi Mika, ketika ia mempertanyakan: Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? (18).
  9. Ay. 18 menjadi bagian penting, di mana pengampunan akan terus berjalan dari seorang gembala. Bekankah aneh jika gemba memberi makan dan minum jemaat dalam Perjamuan Kudus, tetapi pengampunan tidak berlaku? Bukankah pelaksana menyerukan agar tidak mengulang berbuat dosa, tetapi gembali sendiri masih mencari untung dalam pelayanannya? Maka gembala yang bekerja karena motiasi cinta, tidak akan jemu berbuat baik, tidak akan berhenti melakunan pengampunan, karena semua yang dilakukan karena cinta, karena hidupnya dilingkupi kasih setia Tuhan.
  10. Tuhan Gembala yang baik akan kembali menyanyangi semua umat manusia, bahkan yang melakukan kecurangan sekalipun, ketika dia telah bertobat dan menerima pengampunan Tuhan. Dengan demikan, kawanan domba Allah akan menjadi teladan dalam penderitaan sekarang dan pewaris kemuliaan yang akan datang. Artinya iman gembala yang benar adalah mahkota yang diberkati oleh Tuhan. Kekekalan kasih setia Allah, yang digambarkan oleh Nabi Mika menunjukkan kesiapan Allah mengampuni kesalahan-kesalahan kita.
  11. Gereja Allah adalah Gereja yang membawa jemaat dari suatu tempat ke alam yang lain, dari nuansa ketidak adilan ke alam keadilan, dari ke berdosaan ke alam kebenaran. Oleh karena itu Gereja akan menjadi miniatur kerajaan sorgawi, mewujudkan kasih setia Allah dalam pemeliharaan hidup umat. Gereja bukan sekedar tempat bersekutu, tetapi yang keluar memberi kesejahteraan, memnyuarakan kebenaran, memberi pengampunan, dan memanggil pulang jiwa yang terhilang. Di gereja yang berkemenangan, gembala Allah menjadi contoh, model kehidupan rohani umat. Bukan hanya dalam kata-kata atau teori kotbah, tetapi kerelaan dan kemurnian mengasihi umatNya. Kiranya kasih setia Tuhan meliputi dunia, ini, supaya umat dapat menikmati alam kemerdekaan dalam rangkulan kasihNya. Selamat melayani! Amin.

Kamis, 16 April 2009

Yohanes 21, 15-19

“Wujud Cinta”

  1. Ketika saya mempersiapkan tas sekolah Jerry tadi pagi, saya melihat ternyata di kantong tas sekolahnya kartu dan uang sekolah belum dibaya, masih di situ. Sambil memasang kaus kakinya, saya berkata: ’Dede belum kasi uang sekolah ta?’ ‘sudah!’ jawabnya tegas dengan wajah yakin. ‘loh, kog di tas mu masih ada kartu uang sekolah?’ aku bertanya bernada heran. ‘loh, aku liat kog bu guru pegang kartu dan uang kemarin itu’ katanya tanpa merasa bersalah. ‘Dede...dede,’ kataku lucu, ‘setiap orang di kelasmu punya kartu uang sekolah yang sama. Jadi kau pikir bu guru ngambil dari tasmu tas? Itu uang seklah kawanmu!’ hehehe..dia tertawa polos dengan jenaka. Itulah anak-anak, selalu merasa dirinya pusat perhatian. Ketika dia melihat bu gurunya memegang uang dan kartu uang sekolah yang sama dengan miliknya, dia pikir itu miliknya. Dia pikir gurunya tahu bahwa dia akan bayar uang sekolah dan guru akan mengambil tahu. Dia tidak berpikir jauh bahwa bukan hany dia siswa di kelas itu tapi ada berapa puluh orang lain lagi yang juga berpikir sama dengan dia, sehingga dia tidak mau menyusahkan diri dengan hal yang rutin.
  2. Petruspun merasa sedih dan tersinggung, ketika dia tidak menjadi perhatian sang guru dengan mengulang pertanyaan yang sama tiga kali, seolah-olah Yesus tidak mengenalnya dan tidak percaya dengan apa yang dia katakan dalam ay. 15 dan 16. Iman play group/anak-anak sering terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita tidak menjadi pusat perhatian, ketika iman kita diuji keteguhannya, kita merasa sedih dan tersinggung, sehingga kita memaksa orang lain memperhatikan kita, mendahulukan kita dan memandang kita lebih utama.
  3. Untuk mengobati kesedihan Petrus, Yesus berkata: ‘Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (18). Yesus sungguh-sungguh mengenalnya dengan baik. Mempertanyakan tiga kali pertanyaan yang sama adalah penegasan akan cintanya, sebagaimana dia tiga kali menyangkal Yesus. Tapi sekaligus juga bahwa di mana masa tuanya dia akan mati dan memuliakan Allah dengan cintanya. Tapi bagi Petrus ini menjadi pembelajaran dengan kata-kata keberanian yang dia ucapkan waktu Yesus mau ke kayu salib, tapi ternyata dia tidak bertahan, dia menyangkal Yesus (Mat 26, 33).
  4. Ketika Yesus mempertanyakan perasaan cinta Petrus padaNya, apakah lebih besar dari ‘mereka’ itu, Petrus menjawab bahwa Tuhan sendiri tahu, bahwa dia mencintaiNya. Petrus mencoba lebih realitis tentang isi hatinya yang diketahui langsung oleh Yesus sebagai Tuhan, dia tidak lagi gegabah meluapkan segala cinta di hatinya. Ketika pertanyaan ini diajukan, dia lebih hati-hati karena peristiwa yang lalu tidak mau terulang lagi.
  5. Persoalan timbul ketika Yesus tidak cukup dengan jawaban itu, Yesus melanjutkan dengan kata-kata:"Gembalakanlah domba-domba-Ku." Mengapa Yesus mengatakan kalimat tersebut? Cinta bukan sekedar kata. Cinta tidak berguna atau mati tanpa wujud. Maka sebagai wujud cinta Petrus, Yesus memberi beban baginya supaya dia menjalankan tugas panggilannya dengan menggembalakan domba-dombaNya. Artinya Petrus harus tahu, kalau Yesus bertanya : "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" maka dia harus mengambil keputusan dengan segala resiko bahwa dia harus lebih giat melakukan penggembalaan, pekerjaan Tuhan dibanding yang lain. Atau mungkin juga, ketika dia mengambil keputusan mencintai Tuhan, dia akan mengutamakan pekerjaan Tuhan dibanding yang lainnya, seperti karier, uang dan hal-hal dunia lainnya. Mengasihi Tuhan, tidak akan terkendala melakukan pelayanan hanya karena keluarga, jabatan, uang dan persahabatan, walaupun itu menjanjikan kenikmatan duniawi.
  6. Cinta pada Tuhan terwujud dengan cinta pada sesama. Itu yang dikatakan Yesus pada Petrus; "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Jadi, bila ada orang yang luar biasa cintanya pada Tuhan, luar biasa ketatnya dalam jam doa, dan luar biasa setia mengikuti ibadah, atau setia memberi perpuluhan, namun tanpa wujud cinta pada manusia, maka Yesus mengatakan kepada orang seperti itu sebagai pendusta. Kita dapat membuktikan kasih kita pada Tuhan hanya dengan mengasihi sesama, membaktikan diri untuk kawanan domba Allah. Saya mengambil contoh dari pengalam hidup hamba Tuhan, Billy Graham. Dia mengatakan; ‘saya pernah berkhotbah, namun ketika selesai saya melihat bahwa tidak ada respon yang menarik dari wajah jemaat. Maka beberapa hari kemudian, saya mengkhotbahkan khotbah saya itu kembali tanpa mengubah, tapi jemaat menyambut dengan luar biasa. Saya bisa memahami, kalau saya memakai kuasa saya maka khotbah itu tidak beruasa, sebaik apapun persiapan kita, tapi bila kuasa Kristus yang kita pakai, maka Firman itu akan berkuasa mengubah hati jemaat Tuhan!’. Suami saya sering mengatakan, kotbah bukan soal kata-kata yang indah atau teori yang mengagumkan, tapi jemaat harus tahu bahwa kita mengasihi mereka, maka firman itupun akan berkuasa. Saya setuju, karena saya sering mendengar kotbah yang sangat bagus, tapi tidak menyentuh hati, tapi kotbah sederhana mampu membuat hatiku ingin lebih baik lagi dalam mengikut Tuhan.
  7. Dalam Kasih ada tanggung jawab, maka tidak cukup bagi seorang istri ketika suami berkata, aku mengasihimu, i love you, ich liebe dich, holong do rohangku tu ho, dll., tapi hidupnya tidak ditanggung-jawabi. Apapun bahasanya jika cinta itu tidak membawa sejahtera bagi sang istri, dia tidak akan merasakan bahwa dia dicintai. Karena cinta bukan sekedar kata, tapi tanpa kata pun, bila ada tindakan baik yang membuat dirinya terlindungi, diperhatikan dan nyaman tinggal bersama, itu yang membuatnya menjadi lebih berharga sebagai istri, karena itulah yang dibutuhkan.
  8. Tuhan memberi salib bagi Petrus dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengangkat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ Ay 18 ini menjadi nyata di mana dia pergi ke Roma, dan mati disalib di sana dengan kepala di bawah atas permintaannya sendiri. Kasih memberi tugas dan salib padanya. Kasih mengandung tanggung jawab, di mana ada kesediaan melakukan tugasNya di bumi, juga kasih mengandung korban. Bagi kita juga Tuhan memberi salib, karena kita mengasihinya. Bila kita tidak mau melayani dan berkorban pada sesama, bila kita tidak terbuka untuk melakukan yang baik dan benar, maka kita tidak mengasihi Kristsu, kita akan disebut pendusta. Bagi kita mungkin sulit menerima tugas besar ini, tapi menjadi gembal adalah kehormatan bagi orang-orang yang mengasihi Kristus. Memikul salib bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita tidak kuat memikul sendiri, kita butuh pertolongan Tuhan.
  9. Pengorbanan Yesus dengan darah yang tercurah di Golgata, telah memurnikan, menguduskan kita (Quasimodogeniti), sehingga menguatkan kita melakukan tugas pelayanan kita di dunia ini. Dahulu kita tidak mungkin dapat melakukan itu karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci, tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, (Titus 3, 3-7).
  10. Dengan kekudusan itu, kita dipanggil untuk hidup kudus melalui sikap hidup yang baik dan benar, maka bila Tuhan berkata, gembalakanlah...itu berarti, sebagai gembala perlu hidup kudus. Menurut pemerhati bahwa pengkhotbah besar banyak terlibat dengan uang dan perempuan. Satu-satunya, yang menjaga kekudusannya hingga kini, dan belum pernah terlibat dengan uang dan perempuan adalah Billy Graham. Menjadi gmbala dibutuhkan kesetiaan dalam mengikut Tuhan. Itu yang dikatakan oleh Bonhoeffer, bahwa kita dibayar gratis dengan darah Kristus, tetapi kemurahan itu bukanlah murahan, meskipun kita dibayar gratis, tapi mengikut Kristus mahal harganya karena dibutuhkan kasih dan pengorbanan. Bila Yesus berkata, ‘ikutlah Aku!’ seusai percakapan mereka, Yesus ingin menegaskan, supaya manusia konsisten dengan cintanya melalui karakter yang sama dengan karakter Kristus Yesus yang dikasihinya.Amin.

Selasa, 07 April 2009

Kisah Para Rasul 10, 39-43

Menjadi Saksi Kristus: khotbah Paskah I
1. Dalam catatan pinggir Mohammad Gunawan di koran kompas pada bulan Februari yang lewat, dia mengatakan bahwa jika banyak terjadi ketidakadilan di tengah dunia, maka kita sedang bersama dengan Tuhan yang mati. Dalam ketidak-adilanlah Yesus mati, Dia dibungkamkan Dia diberlakukan dengan tidak adil mulai dari Yudea, ke Yerusalem hingga ke Golgata. Yesus yang melakukan pelayanan kesembuhan, memulihkan hidup orang, mencelikkan mata orang buta, membuat yang pincang berjalan, oleh keinginan besarNya menghilangkan semua sakit dan penderitaan manusia dari dunia, tidak direspon baik oleh dunia. Dia ditangkap dan disalibkan, manusia membunuh Dia dan menggantung di kayu salib. Yesus mati, ketika ketidakadilan sedang berlangsung.
2. Namun Allah tidak berhenti pada kematian. Dia bangkit pada hari ketiga. Kuasa yang mengutus Yesus dan kuasa yang ada dalam diri Yesus adalah kuasa yang tak dapat dikalahkan. Kuasa itu dapat mengalahkan hal terburuk yang manusia dapat lakukan untuk menyelewengkan kebenaran. Dan kuasa itu dapat mengalahkan kematian dan maut. Tidak ada kuasa apapun yang membuatNya berhenti melakukan kebaikan dan kebenaran, termasuk ketika Dia seolah-olah telah kalah di kayu salib. Dalam kamatianNyapun kuasaNya bergerak ke luar dari diriNya melawan maut dan kematian, Dia bangkit atas kematian, dia mengalahkan kubur yang dijaga prajurit! Peristiwa ini merupakan suatu proklamasi pada dunia bahwa Yesus Kristus dibangkitkan untuk menjadi pemegang kuasa di bumi dan di surga. Dengan kebangkitan inilah Tuhan memberi jaminan ketika memanggil umatNya menyaksikan kuasaNya. Tak ada panggilan menjadi saksi, tanpa kebangkitan!
3. Terhadap kuasa inilah umat percaya terpanggil mejadi saksi, menyaksikan kuat kuasa Allah, menyaksikan kebangkitan Yesus dari kubur yang gelap. Dipanggil mejadi saksi tidak hanya mengatakan bahwa Yesus telah bangkit, tetapi memberitakan bahwa dalam kebangkitanNya, Dia telah mengalahkan ketidakadilan dan ketidakbenaran pemerintah dunia. Itu berarti, menjadi saksi berani mengatakan kebenaran, melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebaikan untuk selalu beroperasi di dunia ini.
4. Siapakah yang dipanggil menjadi saksi? Apakah hanya mereka yang telah makan dan minum bersama dengan dia? Memang dalam gereja mula-mula telah dihunjuk orang-orang yang telah melakukan perjamuan makan bersama Yesus, tatapi dengan meluasnya ketidak benaran, meluasnya ketidakpercayaan dan hilangnya pngharapan, kita juga terpanggil menyaksikan bahwa Yesus yang bangkit telah dipilih Allah menjadi hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Kita (laki-laki dan perempuan, tua-muda) ikut ambil bagian dalam menyaksikan (Junani: Martureo dari kata martus yang dalam Perjanjian Baru berarti, martyr. Konsekwensi dari menyaksikan penderitaan Yesus adalah setuju untuk martyr demi menyaksikan kebenaran Yesus.
5. Kesaksian umat percaya tentang kuasa kebangkitan mendorong para saksi menentang ketidakadilan, karena jika ketidak-adilan terus berlangsung, masih banyak terjadi di tengah dunia, berarti kita membiarkan Allah mati. Dalam ay. 42, dikatakan: Dia menugaskan kami memberitakan ke seluruh dunia. Allah yang menugaskan kita adalah Allah yang hidup dan yang mati, hakim bagi orang hidup dan orang mati. Ditugaskan, siap dengan segala resiko, berani melawan arus, melawan sistim yang menindas.
6. Dalam kematian dan kebangkitan ada kuasaNya. Dia berkuasa penuh atas hidup manusia. Manusia tidak punya kuasa atas dirinya. Dia tidak dapat menentukan pilihan dan tujuannya. Kaetika manusia menentukan sendiri pilihan dan tujuannya, maka akan terjadi rancangan kecelakaan, rancangan ketidakadilan. Maka, diutuslah saksi-saksi untuk memberitakan kuasa Allah dalam Yesus yang bangkit, supaya segenap bangsa mengenal, berhubungan secara akrab dan baik dengan Allah sebagai pemandu hidupnya ke arah yang baik, mengajarnya berkiprah di tengah dunia yang penuh ketidakbenaran ini.
7. Yesus yang bangkit harus diberitakan ke seluruh dunia, supaya semua orang yang menerima ketidakadilan tetap kuat dan bertahan dalam pengharapan, sebab hanya mengandalkan diri sendiri, kita sulit melampaui persoalan dunia yang semakin menghimpit, tetapi dengan kuasa Yesus yang menyertai akan memberi kekuatan ke arah mana pun kita melangkah. Kabar baik ini harus diketahui oleh semua suku bangsa, bahwa kita telah menang dengan kebangkitan Kristus yang mengalahkan kematian. Dengan mengabdikan diri kita memberitakan injil kebenaran, kita telah membawa pengharapan baru bagi mereka yang mengalami kegundahan.
8. Hasil dari pemberitaan itu adalah pengampunan dosa dan hubungan yang baik antara Allah dan manusia. Dalam adam telah rusak hubungan Allah dengan manusia, tetapi dalam kuasa kebangkitan, hubungan itu dipulihkan, pertentangan diampuni, kehidupan dilayakkan menjadi saksi.
9. Apakah yang perlu kita saksikan ke seluruh dunia? Hidup Yesus yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikubur. Penderitaan yang dialami Yesus adalah bagian dari esensiNya sebagai putra Allah, di mana oleh sifat alami Allah yang mengasihi dunia, Dia menjadi korban dari cinta Allah akan dunia ini. Penderitaan Allah direfleksikan melalui keinginannya untuk mencintai dunia, di mana Dia harus menyelamatkan orang berdosa dari kematian. Cinta dan kamatian Yesus adalah hal utama yang hendak kita beritakan, karena cinta Dia menderita di kayu salib, karena cinta dia bangkit agar umat percaya memperoleh pengampunan. Jadi kesaksian tentang Yesus adalah implementasi penderitaanNya, di mana penderitaan itu membawa pada kehidupan yang kekal oleh kebangkitanNya.
10. Yesus mengatakan ini untuk disaksikan oleh murid-murid yang telah makan bersama denganNya, selanjutnya oleh kita di dunia yang semakin penuh dengan ketidakadilan. Melalui penderitaanNya, manusia diselamatkan dan beroleh pengampunan, melalui kebangkitanNya, manusia perlu mengubah diri, masuk pada esensi dan sifat alami Allah untuk mengasihi dan mengampuni sesamanya, karena kebangkitaNya telah membuat kita beroleh hidup kekal.
11. Artiny, meskipun banyak penderitaan yang kita alami, tetapi jangan berhenti mengatakan kebenaran Allah, jangan berhenti menyaksikan perbuatan tangan kasih Allah yang menuntun hidup kita, jangan berhenti berbuat baik. Sebab tanpa kata, kita telah mendeklarasikan Yesus yang unik, yang punya nilai khusus dalam hidup manusia, yang berkorban memberi pengampunan bagi umat agar terjalin kembali persekutuan Allah dengan manusia, sebab dengan penderitaaNya, dia membangun hubungan antara Allah dan manusia.
12. Bagaimanakah kesaksian kita boleh membawa tetangga kita percaya pada Allah, menerima pengampuan yang dibawa Yesus dengan darahNya? Percayalah padanya dalam tugas penginjilan itu, sebab ketika aku lemah dan tidak sempurna, Dia menguatkan aku, dan itulah tugasku, terus dan terus bersaksi tentang Yesus yang mati, hidup dan berbuat kebenaran untuk membenarkan manusia yang berdosa. Itulah keasksianku, meneruskan model yang ditinggalkan Yesus di dunia, bahwa dengan penderitaanNya memperjuangkan kebenaran, Dia membawa aku dan kau pada kehidupan yang kekal. Selamat paskah, Tuhan memberkati, amin

Yohanes 19, 23-30

Salib dan kepedulian Sosial

Khotbah Jumat Agung

  1. Yesus memberi diri ke dalam hukuman salib, bagai seorang pesakitan karena kesalahan. Dia dihina sebagai penjahat yang paling hina. Yesus melewati penghukuman itu, meskipun salib merupakan hukuman paling nista, tapi pilihan keji itu menjadi keputusan Allah untuk memberi jaminan bagi umat ciptaanNya. Dia menanggung beban Salib, sehingga manusia yang berdosa mendapat pemulihan pada kesempurnaan ciptaan sebagai pewaris kerajaan Allah. Melalui Salib yang ditanggung Yesus, ada jalan menuju kehidupan kekal. Dia mempertaruhkan nyawaNya karena kesetiaanNya pada Allah, Dia mempertaruhkan nyawaNya karena salib, bahkan Dia menjadikan diriNya bahan cercaan untuk manusia agar kemuliaan Allah tinggal dalam diri manusia.
  2. Prajurit yang mengawal Yesus ke tempat hukuman mati membagi-bagi hartanya, seperti sepatu, ikat kepala, ikat pinggang, baju dan jubah luar. Tetapi karena pengawal biasanya empat orang, maka jubah luar Yesus yang tidak dijahit (khusus pakaian Imam), menjadi bahan perdebatan siapa yang berhak memilikinya. Keputusan dilakuan melalui undi (judi) sebagai cara prajurit itu membagi jubah Yesus, sebab jika dibagi empat tidak berguna. Betapa sering terjadi ketiadaan perasaan manusia terhadap sesama. Di saat orang sedang menderita ada dari sesamanya, memakai penderitaan itu untuk mencari keuntungan, tidak peduli apakah melalui judi. Prajurit itu melempar undi ke atas, padahal di sana Yesus memberikan nyawa untuk kejahatan mereka. Di kayu salib Yesus mengalami penderitaan yang terdalam, di kaki kayu salib prajurit itu membuang undi, seolah-olah apa yang dialami Yesus, bukan apa-apa. Sikap manusia hanya memikirkan keuntungan. Walau dihadapannya Yesus sedang mempertaruhkan nyawa, penuh darah, mereka tidak peduli. Itulah orang yang hanya memikirkan untung. Setelah Yesus disalibkan, sesudah hak seseorang dibungkamkan, hak milik Yesus dibagi-bagi.
  3. Injil Yohanes memahami perbuatan ini sebagai penggenapan kitab suci seperti yang dia kutip dari perkataan pemazmur bahwa, "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." (ay.24; bnd. Mzm 22, 19). Kutipan ini sebagai bentuk kritisi Yohanes pada umat manusia yang sering kehilangan simpati (Sun=bersama-sama; Pathos= menderita), karena telah mengalami kerusakan sebagai ciptaan Allah, yang pada awalnya diciptakan tanpa terbatas, tetapi oleh dosa Adam dan Hawa menjadi terbatas, sehingga sulit memahami pengalaman penderitaan orang lain. Itulah cara Yohanes menggambarkan karakter manusia, yang tidak peduli, tidak tolerans, karena lebih mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentinga bersama. Manusia hanya mencari apa yang menguntungkan baginya, tanpa peduli bahwa keuntungan itu bisa merusak hidup orang lain. Saya mengenal beberapa orang yang hanya menjelek-jelekkan temannya supaya dia mendapat di hati orang lain. Itulah gambaran prajurit yang hanya mencari untung di saat Yesus berkeringat darah oleh penderitaan yang dialamiNya.
  4. Tetapi Yesus adalah kebalikan dari karakter manusia. Di saat Dia sedang dalam keadaan sekarat memperjuangkan keselamatan dunia, Dia juga memikirkan kesepian Maria, ibuNya. Dia tetap punya kepedulian atas kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Di saat Dia telah kehilangan daya, saat dia tidak dapat menghapus air mati perempuan-perempuan yang dekat-dekat ke salibNya, termasuk Maria, ibuNya, Dia meminta tugasNya sebagai anak dipikul oleh murid-muridNya agar menerima Maria, ibuNya ke rumahnya. Dia ingin memulihkan perasaan sakit seorang ibu, yang sedang menjerit dengan duka yang dalam melihat anaknya tergantung di kayu salib, dengan berkata: "Ibu, inilah, anakmu!" dan kepada muridNya dikatakan: “inilah ibumu!”. Di atas kayu salib dia berpisah dengan ibuNya, perempuan yang dikasihi dan mengasihiNya, bukan di bandara atau di terminal, tapi di tempat yang bukan bagian dari harapan siapa pun. Bagaimanakah hati lembut seorang ibu dengan pengalaman pahit itu? Siapakah yang dapat menyembuhkan luka batin eorang ibu jika bukan seorang anak? Maka Yesus berinisiatif membalut luka ibuNya, dengan berkata: ‘Ibu, inilah anakmu!’
  5. Di atas kayu salib, di puncak penderitaanNya, menjelang kematianNya, Yesus menunjukkan perhatian dan kepedulianNya pada Ibu yang menahan derita, dengan mengucapkan dua kata tersebut. Perkataan ini bermuatan untuk mendegarkan perasaan pilu seorang ibu yang kehilangan anak. Dia memahami bentuk cinta kasih yang begitu murni dari seorang ibu. Maka dia menugaskan muridNya membentuk keluarga baru bagi sang ibu, karena Yesus tahu bahwa keluarga sangat penting bagi kehidupan seseorang, untuk bertukar pikiran, berbagi kasih dan teman dalam suka dan duka. Betapa ibu akan merasa tidak berarti jika seorang anak yang berusia 33 tahun dan belum menikah harus mati dengan cara yang mengenaskan.
  6. Saya jadi teringat baru-baru ini dengan seorang ibu di mana anak lelakinya yang baru menikah meninggal karena obesitas. Ibu itu tak henti-hentinya menangis, bahkan beberapa kali pingsan oleh kepedihan yang dalam. Ibu itu sangat menderita, karena dia belum punya cucu dari anak lelakinya itu, tiba-tiba dia harus kehilangan penerus garis keturunannya. Kematian yang wajar saja, kadang-kadang tidak dapat diterima akal, apalagi jika itu kematian yang sering ditolak orang, karena kematian seperti itu hukuman bagi penjahat yang sangat hina? Jika hukuman mati itu bukan karena kesalahanNya, tapi karena kesalahan orang yang menghukumNya. Mungkin Maria tidak mengerti peristiwa tersebut, tetapi dia dapat mengasihi. Kehadirannya di tempat itu sebagai bentuk, betapa dia sangat mengasihi Yesus. Dia tidak peduli, kalau mungkin ada hukuman bagi yang mengikut Dia ke Golgata. Bagi Maria, dia ingin dekat-dekat pada Yesus, sampai Dia mengakhiri hidupNya. Ingin menyaksikan hembusan nafas Yesus yang terakhir. Untuk cinta itulah Yesus membuat keluarga baru, agar ibuNya, tidak kehilangan keluarga sebagai unit terkecil dari Gereja Tuhan.
  7. Di samping itu, Yesus juga meminta Maria agar menerima murid itu sebagai anak. Meskipun Maria masih mempunyai anak kandung (Markus 6,3), tapi Yesus ingin mempertemukan murid kepada Maria, agar kebutuhan spritual Maria terpenuhi bersama muridNya yang meungkin sudah terlatih secara spritual menghadapi masalah. Artinya Yesus membentuk keluarga Allah, komunitas dalam ikatan darah Kristus (Bnd. Perjamua Kudus: Roti dan Anggur, memampukan umat percaya saling menerima, saling mengampuni dan hidup rukun dalam ikatan darah kasih Yesus). Yesus ingin membangun komunitas yang baik antara Maria, murid-murid dan perempuan lainnya yang ikut serta ke medan perjuangan Yesus. Sangat menarik, saat Yesus sedang berjuang untuk keselamatan dunia, Dia juga memikirkan kebutuhan sprtiual muridNya, Dia memikirkan kesepian ibuNya. Itulah salib, di dalamnya ada kepedulian, di dalamnya berjalan terus cinta kasih..
  8. Setelah Yesus menyelesaikan tugasNya sebagai Anak, Dia tahu waktuNya telah tiba, Dia pun akan menyelesaikan tugasNya sebagai pejuang umat. Dia akan meneruskan tugas itu, sehingga dia mengucapkan kata-kata terakhir dari tujuh perkataan di kayu Salib: ‘aku haus’ dan ‘sudah selesai’. Yohanes mencoba menghadap-mukakan kebenaran pada umat bahwa Yesus adalah manusia 100% dan Allah 100%. Dalam kemanusiaan Yesus lah Dia mengatakan ‘aku haus’. Penderitaan, panas terik, keringat darah tentu akan kehilangan banyak air dari tubuh seseorang. Dengan tubuh yang menderita, Yesus mengatakan ‘ aku haus’. Teriakan itu sebenarnya teriakan orang berdosa, tetapi yesus mengambil-alih tugas kesakitan itu untuk menebus dosa dunia. Meskipun perkataan ini penggenapan kitab suci dari pemazmur (69,22), tetapi Yohanes ingin menggambarkan bahwa dalam kamanusiaanNya yang 100% manusia itulah, Yesus membawa kelepasan bagi dunia.
  9. Jadi, tidak alasan bagi umat percaya berkata, bahwa kami adalah manusia, tidak sanggup melakukan kasih, pengampunan dan damai sejahtera. Yesus juga melampaui banyak penderitaan, bahkan hukuman yang paling naas dalam kemanusiaanNya. Dia mati dalam tubuh manusia, Dia menahan beban dunia sebagai manusia dan itu dilakukanNya demi pengampunan bagi umat manusia.
  10. Rasa hausNya tidak dijawab dengan seteguk air putih, atau es teh, tapi sebatang karang yang dicelupkan ke anggur asam, dan diberi dengan sebatang hisop. Jadi Yesus dalam kemanusiaanNya mengalami serangkaian penderitaan hingga akhir hidupNya. Itu berarti, Yesus hendak mengajarkan bahwa penderitaan jangan membuat kita jatuh dalam dosa. Penderitaan jangan memperparah hubungan kita dengan orang yang pernah menyakiti kita, tetapi penderitaan akan membuat kita semakin kuat melakukan kepedulian sosial, memperjuangkan keadilan dan kebenaran, karena untuk itulah Yesus mati, dan ke sanalah kita terpanggil.
  11. Kalau Yesus menyelesaikan semua dengan kata :’sudah selesai”, bukan berarti semua tutup. Tugasnya sebagai manusia boleh selesai di dunia yang fana ini, tapi kita terpanggil meneruskan perjuangan Yesus, meneruskan kebenaran, keadilan dan kepedulian. Kitalah alat kasih Tuhan memberi makna pada salib Yesus. Kitalah umat Tuhan yang berjuang untuk kedamaian dunia, sebab salib Yesus bukan sekadar alat penghukuman, tapi salib itu hendak menyampaikan: darah Yesus yang tercurah di atas salib Golgata, telah membersihkan dosa kita, tubuh Yesus yang mati di atas salib Golgata, sebagai ganti kematiaan kita. Maka salib itu terus berteriak, ‘berjuanglah, berjuang untuk keadilan, berjuang untuk kebenaran!’, selamat memikul salib, Tuhan beserta kita, Amin.

Kamis, 02 April 2009

Bincang-bincang tentang Pemilu

1. Carol, bertanya pada papanya: ‘kenapa angkatan tidak bisa memilih?’Sang papa bilang karena mereka harus netral, mereka adalah milik masyrakat. ‘loh kenapa SBY, hanya mendukung Demokrat, bukankah beliau presidan dari semua partai?’. Papanya bilang, ‘seharusnya demikian, kaulah yang mengatakan pada presiden’. ‘wow..aku ga berani’ pekik Carol tiba-tiba, di atas sepeda motor, nanti aku dipukuli’. Wealala... anak kecil sudah tahu, bahwa negara kita selalu menjawab kritikan dengan kekerasan. Atau ketakuatn pada militerisme???? Entahlah......
2. Carol bertanya: ‘Ma, Obama itu partai Gerindra ta?’ ‘tidak kenapa?’ jawabku sambil membersihkan tempat tidur. ‘Kenapa fotonya ada dalam iklan gerindra?’ ‘itu namanya penyisipan orang besar supaya dipilih’ ‘kog orang indonesia, pakai nama orang luar ya?’ ‘itulah hidup, kadang-kadang ada orang yang tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menjadi bangsa besar harus menjadi diri sendiri!’

Mazmur 99, 1-7 : Tuhan adalah Raja

  1. Banyak orang yang gemetar ketakutan ketika Situ Gintung di Tangerang Selatan bobol yang menyebabkan ratusan tewas dan hilang akibat peristiwa tersebut. Apalagi diumumkan bahwa masih ada 200-an Situ di sekitar Jakarta yang bisa saja mengalami peristiwa yang sama dengan Situ Gintung. Gemetar ketakutan dan was-was, itulah yang sedang terjadi bagi masyarakat Jakarta, sekitarnya, tak seorang pun yang berani menyombongkan diri, mengangkat kepala untuk menentang kedasyatan bencana Situ tersebut.
  2. Maka ketika Allah pun menyatakan diri dari tahtaNya yang Kudus, tempat persemayamanNya di atas kerub-kerub, maka gemetarlah bangsa-bangsa, goyang bumi. Pertanda bahwa kedasyatan terjadi melanda seluruh bumi, di mana Tuhan adalah Raja. Perbedaannya, kegentaran yang dikatakan pemazmur bukanlah kegentaran karena takut atau panik seperti yang dialami masyarakat yang terkena bencana, tetapi karena hormat, karena Tuhan adalah raja, yang berada di Sion, luhur dan mengatasi segala bangsa.
  3. Mazmur 99 ini merupakan madah/pujian untuk Tuhan yang adalah Raja. Raja yang Maha besar (ay 2), Raja yang kuat (ay. 4) dan Raja yang kudus (ay. 5). Dia digambarkan sebagai Raja yang mengatasi bumi dan langit, sehingga gemetarlah bangsa-bangsa dan bumi goyang. Di tempatNya yang kudus yang mengatasi segala bangsa menunjukkan bahwa Allah Israel dalam Yesus Kristus adalah Allah yang Maha besar yang mengatasi segala allah (mzm 95, 3); berlimpah kekuatan (Mzm147, 5) dan sanggup melakukan perkara-perkara besar (Mzm 86, 10).
  4. Melalui perikope ini Pemazmur menyatakan kepercayaanNya tentang ke Maha kuasa-an Allah. Dia telah melihat perbuatan Tuhan dan merasakan keadilanNya, maka pemazmur juga mengundang kita, sebagai umat percaya untuk mengakui keperkasaanNya, bahwa Dia adalah Allah; Allah adalah Raja. Dia lah Raja atas segala Raja, Allah atas segala allah, Dia sanggup melakukan perkara yang besar, seperti membawa pulang Israel dari Mesir, membuat air menjadi anggur, memberi Anak tunggalNya menjadi tumbal dosa dunia.
  5. Pengakuan atas ke Maha kuasaanNya, menuntun kita ke arah peninggian dan penyembahan. Maka orang yang menyadari kekuatan dan kedasyataka Allah tidak akan menyombongkan apa yang dia miliki, atau apa yang dia perbuat. Orang yang telah pergi ke angkasa luar pun tidak akan merasa melampaui bumi, karena pencapaian itu terjadi karena penyertaan dan campur tanganNya. Maka setiap orang yang mengalami mujizat dalam hidupnya akan meninggikan Tuhan dan melakukan penyembahan hanya kepada Dia satu-satuNya Tuhan yang maha kuasa. Tidak ada yang bisa disembah di atas bumi, kecuali Dia yang adalah Tuhan dan raja segala Raja, sebagaimana yang dikatakan malaikant pada Yohanes di pulau patmos, agar jangan menyembahkanya karena mereka sesama hamba. Meskipun malaikat itu mampu mengatakan tentang kejadian yang akan berlaku di takhta Kudus Allah, tapi dia konsisten untuk tidak disembah. (bnd. Epistel dari Wahyu 16, 7-10). Muncul suatu kesadaran diri akan kesiapaan manusia atau dicipta Tuhan. Kesadaran itu membawa pada pengakuan atas kemahkuasaanNya, sekaligus akan kerendahan manusia dan ciptaan lainnya.
  6. Kenapa hanya Dia patut ditinggikan? Disamping Dia sebagai Raja yang Mahabesar (1-3), Dia juga pencipta hukum. Dia menjadi pembela, mencintai keadilan dan berlaku adil, menegakkan kebenaran, dan melakukan hukum dan keadilan. Disitulah letak kemahakuasaannya, sehingga Dia patut ditinggikan dan disembah. Jadi bukan perbuatan baik manusia yang perlu dipuji, tapi ketundukkan manusia pada Tuhan yang membawanya pada jalan kebenaran dan kebaikan. Sumber kebaikan itulah yang patut menerima pujian dan penyembahan. Dia Tuhan dalam Roh yang menuntun kita pada jalan-jalanNya.
  7. Dalam ay. 5, kita diundang pemazmur untuk memuji dan berbakti pada Tuhan, sujud menyembah kepada “tumpuan kakiNya”, ke Gunung Sion, tempatNya yang kudus. Tidak ada yang dapat menandingi kebenaran dan keadilan Tuhan, maka kita diundang juga untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusanNya.
  8. Di bumi ini, banyak yang menawarkan perbuatan-perbuatan yang baik, mereka meminta upah dari perbuatannya dengan pujian dan penghormatan. Maka ketika ada yang kaya membantu yang miskin, mereka meminta imbalan dengan pujian dan penghormatan. Pejabat minta dihormati, seolah-oleh dialah Raja yang melampaui segala bangsa. Ketika dia tidak menerima penghormatan yang sepantasnya sebagai seorang yang ditinggikan, maka akan terjadi sesuatu yang membuatnya menderita.
  9. Pengalaman yang buruk dalam perjalanan hidup membuat seseorang menjadi menyembah sesamanya. Dan yang disembah bangga jika dianggap lebih dari yang lain. Dia merasa layak disembah, seolah dialah tuhan, tapi mazmur ini menjelaskan tinggikan, puji dan sembahlah Tuhan yang luhur yang mengatasi segala seusatu yang ada di bumi, di langit, di udara atau di laut. Petrus dan Rasul-rasul mengatakan :"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah 5, 29). Tidak ada yang patut disembah kecuali Dia yang mahakuasa.
  10. Mengapa kita hanya taat padaNya? Karena Dia yang dapat menjawab doa kita, dia yang bisa mengatasi persoalan hidup kita, Dia satu-satunya yang bisa membuat kita menjadi tentram kala kita tidak mendapat kenyamanan, yang bisa membuat kita bersemangat dalam pengharapan kita akan kedatanganNya yang kedua, maka setiap orang yang meniru contoh yang ditingalkanNya di bumi ini, yaitu hidup benar dan kudus akan ikut serta dalam undangan pesta perjamuan penikahan Anak domba Allah. Bukankah itu sangat membahagiakan, karena kita bersanding dengan Putra kudus sebagai pengatin pria dan kita sebagai gereja yang benar menjadi mempelai yang berbhagia di pesta perjamuan itu.
  11. Pada perjamuan itu terdengarlah madah yang meninggikan dan memuji Tuhan, Raja yang mahabesar di Sion, raja yang mahakuasa yang mengangkat kita kala menderita, menguatkan kala lemah. Muncullah pujian akan mahakudusanNya, suara seperti guruh yang mengatakan ‘haleluya’. Hingga maranatha, Dia tidak berhenti menyatakan kekudusanNya. Dia masih berkarya di bumi ini. Dia masih menolong kita. Dalam Kristus, Allah menyatakan kekudusan dan keadilanNya, hingga pada puncak pernyataanNya di salib, sebagai mistery cinta Allah akan dunia ini (Yoh 3, 16). Dan semua jemaat akan menjawab perbuatanTuhan dengan seruan: kudus.. kudus..lah Dia, Raja yang Mahakuasa!
  12. Dialah Tuhan yang menolong kita hingga kini, karena kebesaranNya tetap selama-lamanya. Amin.