Kamis, 02 April 2009

Mazmur 99, 1-7 : Tuhan adalah Raja

  1. Banyak orang yang gemetar ketakutan ketika Situ Gintung di Tangerang Selatan bobol yang menyebabkan ratusan tewas dan hilang akibat peristiwa tersebut. Apalagi diumumkan bahwa masih ada 200-an Situ di sekitar Jakarta yang bisa saja mengalami peristiwa yang sama dengan Situ Gintung. Gemetar ketakutan dan was-was, itulah yang sedang terjadi bagi masyarakat Jakarta, sekitarnya, tak seorang pun yang berani menyombongkan diri, mengangkat kepala untuk menentang kedasyatan bencana Situ tersebut.
  2. Maka ketika Allah pun menyatakan diri dari tahtaNya yang Kudus, tempat persemayamanNya di atas kerub-kerub, maka gemetarlah bangsa-bangsa, goyang bumi. Pertanda bahwa kedasyatan terjadi melanda seluruh bumi, di mana Tuhan adalah Raja. Perbedaannya, kegentaran yang dikatakan pemazmur bukanlah kegentaran karena takut atau panik seperti yang dialami masyarakat yang terkena bencana, tetapi karena hormat, karena Tuhan adalah raja, yang berada di Sion, luhur dan mengatasi segala bangsa.
  3. Mazmur 99 ini merupakan madah/pujian untuk Tuhan yang adalah Raja. Raja yang Maha besar (ay 2), Raja yang kuat (ay. 4) dan Raja yang kudus (ay. 5). Dia digambarkan sebagai Raja yang mengatasi bumi dan langit, sehingga gemetarlah bangsa-bangsa dan bumi goyang. Di tempatNya yang kudus yang mengatasi segala bangsa menunjukkan bahwa Allah Israel dalam Yesus Kristus adalah Allah yang Maha besar yang mengatasi segala allah (mzm 95, 3); berlimpah kekuatan (Mzm147, 5) dan sanggup melakukan perkara-perkara besar (Mzm 86, 10).
  4. Melalui perikope ini Pemazmur menyatakan kepercayaanNya tentang ke Maha kuasa-an Allah. Dia telah melihat perbuatan Tuhan dan merasakan keadilanNya, maka pemazmur juga mengundang kita, sebagai umat percaya untuk mengakui keperkasaanNya, bahwa Dia adalah Allah; Allah adalah Raja. Dia lah Raja atas segala Raja, Allah atas segala allah, Dia sanggup melakukan perkara yang besar, seperti membawa pulang Israel dari Mesir, membuat air menjadi anggur, memberi Anak tunggalNya menjadi tumbal dosa dunia.
  5. Pengakuan atas ke Maha kuasaanNya, menuntun kita ke arah peninggian dan penyembahan. Maka orang yang menyadari kekuatan dan kedasyataka Allah tidak akan menyombongkan apa yang dia miliki, atau apa yang dia perbuat. Orang yang telah pergi ke angkasa luar pun tidak akan merasa melampaui bumi, karena pencapaian itu terjadi karena penyertaan dan campur tanganNya. Maka setiap orang yang mengalami mujizat dalam hidupnya akan meninggikan Tuhan dan melakukan penyembahan hanya kepada Dia satu-satuNya Tuhan yang maha kuasa. Tidak ada yang bisa disembah di atas bumi, kecuali Dia yang adalah Tuhan dan raja segala Raja, sebagaimana yang dikatakan malaikant pada Yohanes di pulau patmos, agar jangan menyembahkanya karena mereka sesama hamba. Meskipun malaikat itu mampu mengatakan tentang kejadian yang akan berlaku di takhta Kudus Allah, tapi dia konsisten untuk tidak disembah. (bnd. Epistel dari Wahyu 16, 7-10). Muncul suatu kesadaran diri akan kesiapaan manusia atau dicipta Tuhan. Kesadaran itu membawa pada pengakuan atas kemahkuasaanNya, sekaligus akan kerendahan manusia dan ciptaan lainnya.
  6. Kenapa hanya Dia patut ditinggikan? Disamping Dia sebagai Raja yang Mahabesar (1-3), Dia juga pencipta hukum. Dia menjadi pembela, mencintai keadilan dan berlaku adil, menegakkan kebenaran, dan melakukan hukum dan keadilan. Disitulah letak kemahakuasaannya, sehingga Dia patut ditinggikan dan disembah. Jadi bukan perbuatan baik manusia yang perlu dipuji, tapi ketundukkan manusia pada Tuhan yang membawanya pada jalan kebenaran dan kebaikan. Sumber kebaikan itulah yang patut menerima pujian dan penyembahan. Dia Tuhan dalam Roh yang menuntun kita pada jalan-jalanNya.
  7. Dalam ay. 5, kita diundang pemazmur untuk memuji dan berbakti pada Tuhan, sujud menyembah kepada “tumpuan kakiNya”, ke Gunung Sion, tempatNya yang kudus. Tidak ada yang dapat menandingi kebenaran dan keadilan Tuhan, maka kita diundang juga untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusanNya.
  8. Di bumi ini, banyak yang menawarkan perbuatan-perbuatan yang baik, mereka meminta upah dari perbuatannya dengan pujian dan penghormatan. Maka ketika ada yang kaya membantu yang miskin, mereka meminta imbalan dengan pujian dan penghormatan. Pejabat minta dihormati, seolah-oleh dialah Raja yang melampaui segala bangsa. Ketika dia tidak menerima penghormatan yang sepantasnya sebagai seorang yang ditinggikan, maka akan terjadi sesuatu yang membuatnya menderita.
  9. Pengalaman yang buruk dalam perjalanan hidup membuat seseorang menjadi menyembah sesamanya. Dan yang disembah bangga jika dianggap lebih dari yang lain. Dia merasa layak disembah, seolah dialah tuhan, tapi mazmur ini menjelaskan tinggikan, puji dan sembahlah Tuhan yang luhur yang mengatasi segala seusatu yang ada di bumi, di langit, di udara atau di laut. Petrus dan Rasul-rasul mengatakan :"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah 5, 29). Tidak ada yang patut disembah kecuali Dia yang mahakuasa.
  10. Mengapa kita hanya taat padaNya? Karena Dia yang dapat menjawab doa kita, dia yang bisa mengatasi persoalan hidup kita, Dia satu-satunya yang bisa membuat kita menjadi tentram kala kita tidak mendapat kenyamanan, yang bisa membuat kita bersemangat dalam pengharapan kita akan kedatanganNya yang kedua, maka setiap orang yang meniru contoh yang ditingalkanNya di bumi ini, yaitu hidup benar dan kudus akan ikut serta dalam undangan pesta perjamuan penikahan Anak domba Allah. Bukankah itu sangat membahagiakan, karena kita bersanding dengan Putra kudus sebagai pengatin pria dan kita sebagai gereja yang benar menjadi mempelai yang berbhagia di pesta perjamuan itu.
  11. Pada perjamuan itu terdengarlah madah yang meninggikan dan memuji Tuhan, Raja yang mahabesar di Sion, raja yang mahakuasa yang mengangkat kita kala menderita, menguatkan kala lemah. Muncullah pujian akan mahakudusanNya, suara seperti guruh yang mengatakan ‘haleluya’. Hingga maranatha, Dia tidak berhenti menyatakan kekudusanNya. Dia masih berkarya di bumi ini. Dia masih menolong kita. Dalam Kristus, Allah menyatakan kekudusan dan keadilanNya, hingga pada puncak pernyataanNya di salib, sebagai mistery cinta Allah akan dunia ini (Yoh 3, 16). Dan semua jemaat akan menjawab perbuatanTuhan dengan seruan: kudus.. kudus..lah Dia, Raja yang Mahakuasa!
  12. Dialah Tuhan yang menolong kita hingga kini, karena kebesaranNya tetap selama-lamanya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar