Sabtu, 25 Desember 2010

Matius 2, 13-18

"Ktundukan pada Kemauan Tuhan"

1. Ada suatu kekuatan dalam diri manusia mempertahan secara kuat apa yang dia miliki, seperti jabatan, kekuasaan dan kekayaan. Sikap ini disebut sikap posesif. Maka ketika ada yang menggeser kekuasaannya, kebengisan, murka dan kemarahan akan meluap dari dirinya, bahkan siap membunuh dan menumpahkan darah. Hal ini yang terjadi pada Raja Herodes saat didengarnya dari orang majus bahwa telah lahir seorang Raja.
2. Mengapakah Herodes begitu posesif untuk seorang bayi? Seandaianya berita itu benar, bukankah dia sudah tua dan jangan-jangan bayi untuk mencapai takhta itu Herodes telah mati? Bukan hal yang tidak wajar kemurkaan muncul hanya karena kelahiran seorang Bayi di Yehuda? Apakah alasan Herodes murka?
3. Menurut ahli bahwa orang majus yang disebut suku magi adalah sekelompok cendikiawan Timur yang juga punya keahlian menafsir, dan menyihir. Kelompok ini tidak akan pernah menerima dan menyembah seorang raja jika tidak berasal dari kelompok/suku mereka. Hal ini tentu menunjukkan bahwa Raja yang datang itu, bukan hanya Raja untuk Yehuda, tapi sangat besar kuasa, terbukti suku eksklusif dan tidak mau terbuka, seperti orang majus datang dari untuk melihat dan menyebah bayi tersebut. Hal ini yang mengejutkan Herodes hingga memunculkan sikap posesif yang berlebihan, sikap yang tak terkendali sebab setelah orang majus itu pergi untuk meneruskan perjalanan , mencari Yesus, sementara Herodes membunuh setiap batita laki-laki yang ada Bethlehem dan sekitarnya.
4. Ada dua respon manusia dalam menyambut kedatangan Yesus, yaitu yang pertama: orang majus menyembah dan memberi persembahan, para malak bernyanyi dan gembala memuji. Kedua respon manusia duniawi, yaitu dengan meminimalkan berita kelahiran Yesus, di mana Herodes membunuh setiap bayi laki-laki berumur 2 tahun ke bawah. Sikap posesif hanya karena ingin mempertahankan kekuaasaannya.
5. Tapi apakah rencana jahat Herodes tercapai? Ketika Allah merencanakan suatu kebaikan untuk dunia, maka yang terjadi adalah kebaikan itu. Tidak ada kekuatan apapun di atas bumi ini yang sanggup merusak rencana Allah bahkan Herodes, yang memiliki wilayah kekuasan yang luas di seluruh Yudea. Kebusukan motivasi Herodes sudah Tuhan ketahui, sehingga Ia menyuruh para orang majus untuk tidak kembali kepada Herodes (ay. 12) dan memang benar Herodes memang bermotivasi busuk ingin menyingkirkan Mesias, karena kehadiran Mesias bisa menganggu otoritasnya sebagai raja Yudea. Demi mencapai tujuannya, ia memerintahkan membunuh semua anak di bawah umur 2 tahun di Betlehem (ay. 16-18).Sebelum rencana Herodes terlaksana, malaikat Tuhan datang ke mimpi Yusuf, supaya bangun dan membawa Yesus serta ibunya menyingkir ke Mesir. Allah mengutus malak surga menyampaikan berita bahwa keselamatan dunia harus terjadi, dengan bangunnya Yusus dan membawa anak itu bersama ibunya ke mesir.
6. Mengapa ke Mesir? pemenuhan akan apa yang sudah lama direncanakan oleh Tuhan, seperti: 'dari Mesir Kupanggil AnakKu', sebab Dia Tuhan bukan saja pernah memanggil Anak kesayanganNya dari Mesir, Dia pun pernah memanggil anak-anak Israel pulang kembali dari Mesir menuju tanah terjanji; Semuanya bukan terjadi secara kebetulan, melainkan memang rencana Tuhan yang dikenakan pada sejarah manusia.
7. Mendengar permintaan 'bangunlah dan ambilah Anak serta ibuNya', 'bangunlah Yusuf, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati'. Memang tidak disebutkan berapa lama mereka dalam pengungsian Mesir, yang jelas memang sampai 'mereka yang hendak membunuh Anak itu, mati'.
8. Semenjak lahir dan masa kecilNya memang Yesus tidak ditampakkan kemegahan dan keagunganNya, Dia hanya di-palung-kan di sebuah kandang, dan kini Dia malahan dikejar-kejar, dimasukan dalam DPO (Daftar Pencarian Orang), dijadikan buron! Penyelesaiannya: Dia harus diungsikan! Dia Yesus harus diungsikan, guna memenuhi kemauan Tuhan Allah dan bukan kemauan dan tuntutan manusia.
9. Secara psikologis, orang yang bertumbuh di pengungsian akan mengalami ketidak stabilan jiwa, rasa khawatir dan takut yang berlebihan, takut diusir, takut tidak diberi makan dan takut diberlakukan dengan tidak adil, maka biasanya orang yang pernah di pengungsian, dia ingin memiliki kenyamanan. Itu sebab pernah ada kesaksian seorang anak yang tinggal di camp pengungsian. Dia telah makan, tapi dia tidak bisa tidur pada malam harinya, setelah ditanya dia mengatakan ingin memegang sepotong roti di tangan. Setelah roti itu dipegang, dia baru bisa tidur nyenyak, ternyata, dengan sepotong roti dia merasa aman, bahwa besok dia pasti makan. Dia tidak dapat menjamin hari esok tanpa sepotong roti.
10. Orang baru pulang dari pengungsian sangat membutuhkan psikolog untuk menenangkan jiwanya, bahwa dia terjamin, bahwa dia akan merasa nyaman kembali ke daerahnya. Itu sebabnya, banyak orang Poso, ambon dan Timtim yang mengalami penyakit traumatik, mereka tidak mau pulang ke kampung halaman, karena kampung halaman adalah perang, ketidak adilan, lapar dan rasa takut, maka rasa takut yang berlebihan membuat mereka menjadi lebih aman di rantau walaupun rumah mereka, pekerjaan mereka di sana. Yesus mengisi masa kecilnya dengan hidup di pengunsian. Dia bertumbuh pada masa kanak-kanak di pengungsian Mesir, dan berakhir setelah Herodes Agung, orang yang berencana membunuhNya, mati. Dia tidak mengalami traumatik, jika kita membaca ayat berikutnya dia bersama ibunya dibawa Yusuf kembali ke Mesir. Artinya, setiap kali kita mengikuti kemauan Tuhan, pasti ada jalan keluar untuk persoalan yang kita hadapai, sebaliknya jika kita tunduk kepada kemauan manusia, kita mengalami kemuduran, sebab murka dan kemarahan menguasai hidup kita, sebagaimana yang terjadi pada Herodes, yang membunuh anak-anak 2 tahun ke bawah setelah mendengar berita kelahiran Yesus. Dia mati rasa, walau ratap para ibu atas putra mereka bergema di setiap sudut kota Bethlehem dan sekitarnya. Dia tidak perduli tentang hati ibu. Sehingga terpenuhilah firman Tuhan yang berkata: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.’ (Yeremia 31,15). ).
11. Tindakan raja Herodes Agung yang ingin membunuh bayi Yesus dan juga pembunuhan terhadap bayi-bayi di Betlehem mengingatkan kita kepada tindakan Firaun yang ingin memusnahkan bayi laki-laki Israel. Para bidan Mesir diperintahkan oleh Firaun untuk membunuh semua anak bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan oleh wanita Israel (Kel. 1:16). Sehingga ketika Musa lahir oleh orang-tuanya yaitu Amran dan Yekhobed dari suku Lewi segera disembunyikan agar dapat terhindar dari pembunuhan dari Firaun (Kel. 2:1-2). Dalam kisah di kitab Keluaran dan Injil Matius pada hakikatnya mau menunjukkan bahwa terdapat persamaan antara Herodes Agung dengan Firaun. Mereka berdua merupakan representasi dari kuasa kegelapan yang ingin menghancurkan kehidupan dan karya keselamatan Allah.
12. Terkadang kita berpikir, bahwa kita telah mengikut Yesus dan menerima Dia yang lahir sebagai Tuhan dan Juruslamat kita. Namun ada banyak pergumulan yang kita alami, palungan, pengungsian, kadang domba. Apakah keluarga kudus, pribadi kudus harus selalu menderita, sebagaimana pengalaman Yusuf dan Maria dengan kelahiran Yesus yang di kandung dari Roh Kudus?
13. Mungkin kita punya banyak persoalan hidup, namun jangan kita terlalu curiga menjalani hidup, sehingga menjadi posesif, curiga bahwa apa yang kita miliki direbut atas digeser. Jangan kita menghalalkan segala cara hanya karena ingin mempertahankan apa yang bisa binasa, tapi baiklah kita menjadi orang majus, yang merendahkan hati, merendahkan kecendikiawanannya, bahkan eksklusifisme mereka karena melihat bintang Allah, bintang petunjuk membawa mereka ke kandang domba bahwa Raja dunia telah lahir di sana.
14. Mari pada natal ini kita tunduk pada kemauan Tuhan, seperti Yusuf membawa Yesus dan ibunya mengungsi, bukan kepada kemauan manusia, yang bisa menghancurkan dan merugikan orang lain. Bayangkan, seorang perempuan yang baru melahirkan, yang membutuhkan pemulihan, yang rentan dengan pendarahan harus berjalan ke Mesir untuk menuruti kemauan Allah. Maria tidak memikirkan kepentingan dirinya, karena percaya kepada petunjuk Malaikat Allah yang menyuruh mereka pergi ke luar dari Bethlehem. Dengan kondisi yang sangat lemah Maria, bayi Yesus dan Yusuf harus segera melarikan diri malam itu juga mengungsi ke Mesir. Mereka harus melakukan perjalanan jauh yang sangat sulit dan berat karena mereka harus melewati padang gurun yang di waktu malam sangat dingin, siang hari sangat terik. Mereka melarikan dari bahaya penangkapan dan pembunuhan dari raja Herodes, tapi dalam pelarian ke Mesir mereka juga harus menghadapi bahaya kematian yang sangat mengerikan khususnya saat mereka harus melewati padang gurun.
15. Natal mengingatkan kita agar tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan diri sendiri, jangan membunuh hidup, karier dan karakter orang lain supaya kita bertahan untuk hal yang duniawi. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar