Sabtu, 05 September 2009

Yohanes 17, 14-23

Satu di dalam Tuhan
1. Antonio De Mello, mencatat sebuah metafora yang dikisahkan oleh Alexander Plutarkus, sbb: Alexander Agung bertemu dengan Filsuf Diognes yang sedang memperhatikan setumpuk tulang manusia. Alexander Agung bertanya ‘apa yang sedang kau amati?’ ‘Sesuatu yang tidak bisa saya temukan’ jawab sang filsuf. ‘Apa itu?’ ‘perbedaan antara tulang-tulang ayahmu dengan tulang-tulang budak ayahmu’. Metáfora ini adalah gambaran tentang kesamaan manusia secara penciptaan fisik bahwa tidak dapat dibedakan, meskipun dia raja terhadap budaknya.
2. Bagaimana memahami kesatuan? Dimulai dari konsepsi diri. ‘Menurut saya, siapakah seseorang itu bagi saya?’ Jika seseorang kita sebut sebagai teman, maka kita akan memperlakukannya sebagai teman, atau saudara atau budak. Sikap kita terhadap seseorang, tergantung pada sikap itulah kita memperlakukannya. Didalamnya juga boleh terjadi pertukaran kepentingan. Kepentingan apa yang kita punya untuk ditukar dengan orang lain, sehingga kita menyebut dia sebagai ‘seseorang’. Maka untuk menciptakan kesatuan/kerukunan hidup tergantung pada konsep kita mengenai orang lain.
3. Kesatuan atau kerukunan (rukun=tiang dasar: Bahasa Arab) merupakan dasar persekutuan umat manusia di tengah kehidupan. Bagi masyarakat Jawa kerukunan berarti sekata, mufakat, damai. Kata ini melambangkan sikap hidup yang mau membuang keinginan untuk menentang atau berkonflik di tengan persekutuan. Keinginan untuk bersekutu secara damai, dan bermufakat untuk mengambil sebuah keputusan. Bila mufakat telah ada, maka jarang ditemukan konflik dalam sebuah persekutuan, itulah yang dianut oleh orang jawa hidup harmoni, inge…inge…, tapi keputusan ada dalam hati. Dihadapan Raja, seorang budak akan berkata inge, tapi pelaksanaan tergantung apa yang telah dianutnya. Penghindaran pada konflik.
4. Tapi menurut Pdt. DR. Eka Darmaputra, bahwa bersatu (rukun) tanpa konflik dapt menghilangkan nilai-nilai kebenaran, itu sebabnya Yesus pun siap berkonflik jika untuk menegakkan kebenaran. Jika nama Allah dipermuliakan, konflik boleh terjadi. Maka bila suatu waktu Gereja mengalami konflik, bukan berarti Roh Tuhan tidak ada di Gereja itu, tetapi gereja sedang menegakkan kebenaran, maka yang membenci kebenaran, yang cinta pada dunia ini akan menolak kebenaran itu, dan menganggap bahwa yang menegakkan kebenaran sebagai sumber kerusuhan. Kadang-kadang dalam tubuh gereja ada konflik mari kita melihat itu sebagai bagi dari pemurnian dan penegakan kebenaran. Artinya boleh berbeda pendapat dalam memahami aturan-atura tertentu, tetapi pikran yang cerah dan hati yang berdamai tetap berdiam dalam diri orang percaya.
5. Dimanakah letak kepengikutan kita sebagai umat percaya pada Tuhan Yesus? Menurut perikope ini bukan pada kekayaan, kemuliaan, tetapi pada kesatuan, atau hidup rukun antar sesame. Dan itulah doa Tuhan Yesus dalam Yoh 17 ini, supaya orang percaya diam dalam FirmanNya bersatu; satu hati, satu suara dalam memuji Tuhan (Rom 15,6).
6. Kesatuan adalah hal yang sangat baik dalam kehidupan manusia, tetapi sangat sulit untuk bisa bersatu hati seorang terhadap, sebab panggilan jiwa manusia ingin berpisah. Hanya untuk memperbincangkan pakaian seragam pun dalam suatu kumpulan boleh menjadi sumber perpecahan. Ingin seragam, supaya kelihatan bersatu, tapi karena warna atau bahan kain bisa membuat si A dan si B bermusuhan. Itulah sulitnya untuk bersatu, apalagi mempertemukan pikiran dari beberapa orang yang berlatar belakang yang berbeda, tentu akan semakin sulit. Oleh karena itulah Yesus sangat menekankan agar para murid, pengikut Kristus mau bersatu, seperti Bapak dengan Anak, demikianlah hendaknya para murid bersatu di dalam nama Allah, Putra dan Roh Kudus, (ay 21). Penekanan doa Yesus inilah hendaknya kita ingat dalam perjalanan Gereja, supaya mengejar kerukunan dalam hidup bergereja.
7. Ketika Yesus menyampaikan Firman Tuhan pada muridNya, dunia menjadi membenciNya, dunia menolak kebenaran firman itu. Hal ini terjadi karena Yesus bukan dari dunia ini. Dunia tidak dapat menerima firman Tuhan yang bertentangan dengan keinginan dunia ini. Firman Tuhan membawa kedamaian, sukacita dan kebenaran, tapi menghendaki perpecahan, kesukaran dan ketidak-benaran, maka ketika Yesus datang ke dunia, ketika Dia mengabarkan kabar gembira dan perdamaian, maka dunia menjadi benci dan membuat perlawanan, pertentangan yang memecah kesatuan umat manusia. Itu berarti, jika kita memberitakan firman Tuhan, jangan berharap bahwa semua akan menerima dan mau berubah, jangan berharap bahwa kita akan dihargai dengan firman yang kita sampaikan. Jangan-jangan firman yang kita bawa menjadi sumber petaka bagi kita, karena akan ada orang yang memusuhi kita, menfitnah kita, walau untuk yang mau selamat firman itu akan membahagiakan dan membuatnya semakin dicerahkan. Bagi orang percaya Firman itu akan menyenangkan, tapi bagi orang yang tidak percaya akan membencinya.
8. Firman Tuhan seperti cermin, membersihkan; seperti pelita yang menuntun dan seperti pedang. Orang relajar, membaca dan mendengar Firman Tuhan akan nampak dari sikap hidupnya seharí-hari (Yakobus 1,22).
9. Yang menjadi pertanyaan, mengapa dunia ini membenci FirmanNya? Karena firman itu yang adalah Tuhan Yesus tidak berasal dari dunia ini (bnd. Nikomdemus yang lahir kedua kali). Dia bersembunyi untuk bertemu Yesus, karena dunia membenci pertemuan mereka. Dunia ingin semua seperti dunia ini, mencintai ketidakbenaran dan berlaku jahat terhadap semua.
10. Bila dunia ini tidak lagi membenci pemberita Injil, mungkin karena pemberita injil itu pun sudah seperti dunia ini (materialistis, humanistis, hidup seturut dunia atau bermoral dunia). Contoh: kalau statu kelompok mau retreat, biasanya akan dipersiapkan dengan kesatuan iman, dengan puasa dan doa. Berdoa semalam suntuk, mengadakan doa berantai untuk kesuksesan acara ini; kesatuan hati, tempat yang aman dan tidak diganggu, jauh dari kuasa iblis dan pengaruh orang-orang dari kumpulan itu yang suka membuat keonaran. Tapi ada yang tidak begitu matang persiapan, dan tidak begitu serius dan siap secara doa, tapi acara mereka boleh berjalan dengan tenang, di mana retreat mereka jadikan sebagai saat memuaskan hasrat dunia mereka. Seperti pernah terjadi kumpulan kaum Bapak (punguan ama) hendak retreat, mereka berkata ‘parade hian tarum’ (mempersiapkan modal untuk main judi di tempat retreat). Artinya, retreat hanya alasan untuk kumpul-kumpul dan menyenangkan hati di tempat terpencil, dan memakai program gereja untuk brlaku dunia. Tentu kekuatan dunia ini tidak mengganggu mereka, karena mereka sama dengan dunia ini.
11. Tuhan bukan mau menjauhkan muridNya dari dunia ini, atau mengasingkan diri sebagai tanda orang-orang suci, tetapi hendaklah para murid menunjukkan penyertaan Allah sesuai dengan janjiNya yang mengatakan akan menyertai orang yang percata padaNya, bahwa hidup mereka berbeda dari dunia ini. Jangan kita berpikir bahwa orang percata akan mulus hidupnya dalam penyertaan Allah, bukan justru orang percata di tengah dunia akan mengalami kesulitan, kesusahan. Karena itu, sebagai orang percata haru terus esquís dalam hidup tidak kehilangan pengharapan meski banyak yang membenci karena kebenaran yang dipegangnya teguh.
12. Tuhan akan selalu menguduskan dan menguatkan muridNya dalam tugas pelayanan di tengah dunia ini, sehingga tetap teguh dala miman, walau banyak kebencian mengitari hidup para hambaNya. Dengan demikian firman Tuhan tidak akan berhenti diberitakan, dari satu generasi ke generasi berikut, terus berlanjut, sebab tuhan sendiri yang mengutus. Seperti Engkau mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus mereka. Utusan Tuhan akan selalu dituntun dan diarahkan dalam pemeberitaan, akan selalu dikuatkan melampaui persoalan (Matius 10, 16; Efesus 5,25-26; Yoh 15,3; Mzm 119, 9; 1 Tes 5,23).
13. Dia menguduskan diriNya dengan menyerahkan hidupNya sendiri di kayu salib, supaya melalui hidup Yesus, menjadi tiruan bagi umatNya yang bekerja dan melayani di dunia ini. Kematian Yesus adalah simbol kekuatan bagi orang percata, bahwa Dia mampu mengalahkan maut dengan kebangkitanNya (Yer 12,3; 1 Korint 1,30).
14. Yesus mendoakan orang percaya dan orang yang akan percaya. Doa ini berarti supaya para murid serius dalam pemberitaan injil sehingga firman Tuhan bergulir terus sampai ke ujung bumi. Disamping itu, jangan kita melihat sisi buruk dari orang lain (the other), bahwa mereka tidak akan percaya kepada Yesus, karena kita masih berharap dari mereka sebagai persekutuan orang yang akan percaya (1 Korint 15,10).
15. Yesus juga berdoa supaya kerukunan/kesatuan orang percaya adalah kesatuan yang diikat kasih Kristus yang diutus Bapak ke dunia ini. Jika manusia bersatu, maka dunia akan tentram, aman sejahtera, tetapi jika manusia tidak bersatu, maka dunia ini pun akan pecah (istilah orang Indonesia dalam merebut kemerdekaan; bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh). Kesatuan dalam kasih melampaui perbedaan, maka bersatu dalam kasih membuat keutuhan selama hidup, tetapi jira dipersatukan kepentingan akan mudah retak. Janganlah kesatuan denominasi menjadi sumber perpecahan umat percaya. Kita akan menemukan jawaban doa Yesus dalam kehidupan orang percaya di dunia ini, di mana umatNya menjalin kesatuan dan persatuan dala miman, kasih dan pengharapan kepada Yesus Kristus, Tuhan kita (Kisah 4,32; Rom 12, 10). Artinya, meskipun ada perbedaan bahkan pertentangan, jangan sampai kebencian berakar dalam diri kita.
16. Kesatuan bukan soal uniform, tetapi bersatu dalam pemikiran demi kemajuan gereja Tuhan, merencanakan kebaikan untuk kehidupan bersama, saling menerima dan mendahului dalam kasih, saling menghirmati dan merendahkan hati. Nilai kesatuan akan hilang bila satu sama lain saling menonjolkan diri dan sok tahu akan semua hal, atau berkeinginan mencoai orang lain dan menghakimi, memberi kesimpulan tentang hidup orang lain. Bersatu satu hati satu suara, tetapi tidak menghilangkan kebenaran (bukan bersatu unuk korupsi atau memusuhi orang lain).
17. Dampak dari kesatuan yang dibangun di dasar iman kepada Yesus adalah keindahan dan hidup rukun dengan sesama. Semoga kasih Tuhan membangun persekutuan yang benar di gerejaNya, dan kita sebagai tubuh Krisyus boleh mengembangkan kasihNya dalam membangun hidup bersama dengan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar