Rabu, 21 Januari 2009

Waktu

Hari ini (Rabu, 21 Jan 2009), parhalado HKBP Dukuh Kupang, Surabaya, mengadakan perayaan Tahun Baru di Gedung serba guna, dihadiri oleh Sintua/keluarga (termasuk yang sudah pensiun), Pendeta Huria, Pendeta Resort dan Pendeta diperbantukan di Resort Surabaya. Acaranya sederhana dimulai dengan ibadah reflektif. Pendeta jemaat memulai renungan dari pengkhotbah 3,13-15 dengan refleksi tentang waktu, supaya umat Tuhan memakai waktunya dengan baik untuk membangun diri dan masyarakat sekitar dengan waktu yang diberikan Tuhan bagi kita. Maka apakah rencana kita dengan waktu 168 jam/minggu, setelah kita pakai 56 jam untuk tidur, 48 jam untuk kerja, 12 jam untuk makan, 15 jam untuk hobi, 1 jam untuk ibadah, 1 jam untuk PA + doa? Apakah masih wajar kita mengatakan ‘saya tidak sempat...?’ Tuhan memberi waktu bagi kita sesuai kebutuhan kita, tetapi kadang-kadang kita mengatakan kekurangan waktu. Luar baisa, masih kurang waktu ta? Mungkin itu yang membuat pemazmur mengatakan ajarlah kami menghitung hari-hari kami...., hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Setelah itu Pak Pdt. Simanjuntak meminta tiga orang yang hadir memberikan refleksi tentang pertemuan tahun baru ini dengan kesimpulan: kebersamaan adalah dukungan bagi kita mengisi waktu pelayanan selama tahun 2009. Tahun baru menjadi semangat melakukan yang baik di tengan gereja Tuhan bagi jemaat dan masyarakat. Indah sekali ibadah jika kebersamaan dengan Tuhan dipahami sebagai wujud kebersamaan dengan sesama. Tetapi, mengapa masih banyak orang kristen masih mengelompokkan diri (in group) dengan yang seide dengannya? Mengapa ada yang membedakan, padahal Allah dalam diri Yesus memberi diri untuk membangun kebersamaan dengan umatNya, sementara umat yang diciptakanNya membuat jurang pemisah dengan sesamanya? Saya jadi ingat telepon seseorang kemarin bahwa dia di undangan ke suatu resepsi, dan bertanya; ‘uda di undang ta?’ suami saya bilang ‘tidak’, saya sambung, karena kami kurang kaya menjadi tulangnya, hehehe...., istilah jurtul parbeacukai do manang partambal ban? Bila saudara tadi dikategorikan ke kelompok perbeacukai dan yang lain ke kelompok partambal ban, maka di situlah terjadi pengelompokan dan perbedaan. Akhir dari pembatasan ini adalah curiga dan ketidaksenangan. Refleksi Pdt Batara Silalahi, setelah mengalami perjalanan waktu dia simpulkan; banyak diantara kita yang tidak dewasa dalam persahabatan dan perbedaan. Hehehe... ternyata perbedaan sangat mengganggu penatalayanan hambaNya di gereja dan masyarakat, maka benarlah refleksi tahun baru parhalado HKBP Dukuh Kupang, surabaya tahun ini, butuh kebersamaan supaya cerdas mengisi waktu yang diberikan Tuhan bagi kita; bagi kemuliaanNya dan kesejahteraan masyarakat di mana kita tinggal. Tapi bukan kebersamaan luar saja seperti kata sambutan dari seorang yang mewakili Sintua yang mengharap supaya jemaat senang karena parhalado bisa koor (istilah bangsa indonesia, menyeragamkan tetek-bengek), padahal yang perlu diseragamkan ialah cara pandang tentang hidup bersama Tuhan, hidup dalam mengisi waktu yang diberikan Tuhan bagi kita. Selamat mengisi waktu dengan baik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar