Kamis, 15 Januari 2009

Uang dan Idealisme

uang bisa bikin orang mabuk kepayang,... uang...uang... Sangat luar biasa pengaruh uang akan kehidupan manusia. Menurut seorang filsuf Jerman, dahulu uang adalah alat tukar. Untuk menyekolahkan anak-anak butuh uang, untuk makan butuh uang, untuk ini dan itu butuh uang, tapi pada zaman ini uang tidak hanya alat tukar tetapi telah berubah menjadi alat prestise, bayangkan, lelaki gendut, pendek dan jelek, bisa menjadi paling tampan dan dikelilingi bidadari kalau dia punya uang. Tidak punya pengetahuan apa-apa pun akan ditanyai pendapatnya, karena dia punya uang. Pusing deh. Benar kata teman saya Pdt. Nurmaya Simanjuntak, ‘si A itu, adalah orang yang sangat idealis. Dia bisa berbicara luar biasa mengenai ide-ide briliannya, tetapi begitu bertemu dengan uang semua idealisme buyar...” wuahuuu. Pemikiran ini menjadi sangat penting ketika kemarin suami saya menerima SMS dari bendahara jemaat kami, St. Drs. D.E.M. Marbun , beliau bertanya: ”Amang St H, meminta warta jemaat kita tertanggal 07 Des 2008, apakah boleh saya beri?’ suami saya membalas SMS tersebut, dengan pendek: ‘ tidak usah amang!’. Kami heran ada apa? Terpaksa saya membuka kembali warta itu. Dan di sana ada tertulis dalam warta keuangan; terima warisan dari Ibu Bertha Pohan (alm) kepada Pdt. S. Simanjuntak, untuk disalurkan ke jemaat yang dipimpin. Ini yang menjadi akar persoalan, karena akhir-akhir ini banyak yang mempertanyakan ini pada kami, tentang uang sejumlah 10jt. Saya tidak tahu apakah kami salah memahami tulisan di envelope tersebut, atau kami terlalu idealis sehingga memberikan uang itu untuk Gereja HKBP Dukuh Kupang, Surabaya yang kebetulan jemaat yang dipimpin suami saya? Kenapa warta jemaat ini menjadi persoalan? Akhirnya, kami menemukan jawaban; ternyata ada pemahaman yang berbeda tentang warisan ini sehingga ada penerima menyalurkan ke tempat lain, bukan ke gereja yang dipimpinnya atau ke jemaat di mana mereka melanyani. Ah... padahal warta ini adalah laporan pada Tuhan untuk diketahui jemaat setempat, supaya mata iman melihat bahwa suatu saat pemilik yang tidak punya ahli waris dapat mewariskan hartanya ke Gereja, atau orang yang punya banyak duit yang membuat anaknya bertikai memperebutkan uang boleh memberinya ke Gereja, sehingga anak-anak tetap rukun. Atau sebaliknya terjadi, warisan ini menjadi preseden, bahwa jika ada yang mau memberi menjadi batal, karena warisan tidak sampai ke tujuan. Hehehe...tapi salah seorang anggota jemaat yang kebetulan semarga dengan kami memperingatkan kami, katanya: ‘nanti ada orang yang tidak suka pada bapauda karena memberi ke gereja’. Wah... warisan ini telah menyebar dan menjadi diskusi alot di kalangan jemaat, tapi tak seorang pun yang berani bertanya langsung ke pemberi warisan atau ke si penerima warisan. Uang memang punya pengaruh besar menentukan cara pandang orang tentang hidup dan makna kata, maka jadilah Indonesia salah satu negara terkorup karena semua berbeda dalam memahami uang negara. Nah...lantas gimana dengan uang apakah tidak perlu? Sangat perlu, tetapi ingatlah kata Timoteus, bahwa akar segala kejahatan adalah cinta akan uang. Uang bisa membuat orang berbeda melihat seseorang. Bayangkan saja karena uang ada yang membunuh, ada yang sikut menyikut, bahkan katanya karena uang penempatan tugas pun boleh kita pilih, karena uang sudah beredar dari bawah ke atas, dari samping ke samping, maka rusaklah sistim dan segala yang menyangkut kebaikan dan nilai moral manusia. Persahabatan pun menjadi dingin-dingin saja karena uang membuat konsep lain tentang arti sahabat. Akhirnya, perlu berpikir lebih cerdas, aku perlu uang, tapi aku tidak mau cinta uang, uang akan lari jika dikejar, tapi dia akan datang sendiri kalau itu sudah menjadi bagian yang sudah diperuntukkan Tuhan bagi kita. Aku ingat SMS abang saya hari minggu kemarin(11 jan ’09) demikian: “Adong ma sada keluarga burju mula ulaon, sude na sinarina (hepeng) disimpan do di bank. Alai ala ni holit na, ditaontaon do mandoit sira manang mangallang gulamo, hape nampuna bank i, dua hali sadari mangan di restoran, boha do i ale? (artinya kira-kira demikian: satu keluarga yang rajin bekerja menyimpan semua uangnya di bank, dia makan hanya dengan garam atau ikan asin setiap hari, padahal pemilik bank makan dua kali sehari di restoran. ???) hehehe... itulah uang membuat kita kurang cerdas dalam memaknai hidup. Maka pakailah uang dengan baik dan benar. Selamat mengelola uang anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar