Senin, 10 Agustus 2009

Terima kasih

Malam ini saya kedatangan tamu. Mereka datang dari kota lain ke Surabaya. Rencana mereka hendak mengadopsi anak. Tetapi penyerahan harus di Gereja dan Pendeta. Karena suami saya tidak di tempat, saya diminta untuk tugas tersebut. Dengan senang hati saya menyetujuinya, besok (11 Agus '09) jam 10.00 wib. Mereka berkali-kali memgucapkan terima kasih dan merasa sungkan telah mengganggu saya. Mereka juga sungkan, karena mereka bukan anggota jemaat di Gereja mana suami saya menjadi pimpinan jemaat. Tapi Saya mengatakan bahwa, saya yang harus berterima kasih karena mempercayakan penyerahan anak mereka melalui saya dari sebuah yayasan. Mereka terus mengulang ucapan terima kasihnya dengan nada sungkan yang luar biasa. Lalu saya katakan bahwa ini adalah tugas saya, panggilan saya untuk mambawa kesejahteraan bagi umat bahkan bagi kota di mana Tuhan membuang saya. Yang menjadi pertanyaan: apakah tugas yang diembankan pada kita harus dibalas dengan ucapan terima kasih, bukankah kewajiban kita melakukan tugas panggiln kita?

Terkadang banyak orang tidak mau melakukan sesuatu di luar job yang ditentukan oleh struktur, seolah-olah tugas kemanusia di luar sistim bukanlah tugasnya, sehingga sulit membedakan mana tugas dan mana yang bukan tugas. Padahal panggilan adalah memuliakan Tuhan melakukan kebaikan di bumi, di kota mana Tuhan membuang kita.

Doa dan harapan saya: Semoga tugas ini boleh memuliakan Tuhan dan membawa sukacita bagi keluarga yang rindu mengalirkan cinta kasihnya.

Nats Penguat: Gal 4a, 27 : : "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin!." Kiranya Tuhan memberkati saudara-saudara menjadi ayah dan ibu yang berbahagia, memberi pendidikan yang baik bagi si anak, sehingga bertumbuh menjadi anak yang baik dan takut akan Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar