Jumat, 06 Maret 2009

Hari Doa Sedunia

Setiap hari Jumat, minggu I bulan Maret merupakan saat perayaan Hari Doa Sedunia dengan tata Ibadah dari berbagai belahan bumi, yang menggambarkan perjuangan perempuan menentang penindasan dan kekerasan. Pada tahun ini BKWKI Surabaya, Sub Selatan I melaksanakannya pada hari Jumat, 6 Maret 2009 di GKI Darmo Satelit. Seksi Perempuan HKBP Dukuh Kupang yang masuk wilayah ini, ikut serta mengisi koor (walapun agak kerendahan). Ibadah tahun ini berlatar belakan kehidupan Papua New Guinea yang terpaksa merusak pekerjaan pemerintah dalam bidang pertambangan karena hasil bumi mereka hanya memperkaya pihak penguasa. Mereka juga mengalami kekerasan melalui perang antar suku, penindasan perempuan dan anak. Untuk mengatasi kekerasan tersebut, maka dikumpulkan perempuan dari berbagai suku dengan 800 bahasa. Mereka berbeda, tetapi mereka diutus untuk pergi melalui hutan untuk emnyuarakan perdamaian. Meskipun mereka berbeda, tapi mereka bersatu dalam Kristus untuk memperjuangkan nasib anak-anak mereka. HDS dengan Tema :’Dalam Kristus banyak anggota, tapi satu Tubuh’ (Rom 12, 3-21) ini menekankan kesatuan jemaat di dalam Kristus, sebab jika satu anggota tubuh yang sakit maka semua akan bersedih dan jika satu bergemberi maka semua akan bersukacita. Melalui tema ini perempuan Kristen dipanggil untuk saling mendukung dalam membebaskan perempuan dari budaya patriakhal, supaya jangan lagi ada bias jender, termasuk dalam pengambilan keputusan, sehingga terselip doa untuk Caleg dari kaum perempuan untuk Tuhan berkati (tapi Caleg laki-laki juga perlu didoakan, kalau mereka juga dapat menyuarakan kebenaran dan kesatuan bangsa kita ini, toh?). Rangkuman semua ibadah itu disimpulkan dalam renungan (singkat?) Pdt. Andri P. S.Si. yang mengatakan bahwa hendaknya HDS ini tidak sekedar bersekutu karena program BKWKI, tapi benar-benar punya tindak lanjut untuk menyatukan visi dan misi di dunia ini. Janganlah kiranya persekutuan kita seperti karakterisktik persekutuan semut; berkumpul untuk satu tujuan, berkumpul karena ada gula. Begitu gula habis, semutpun bubar. Sebaiknya karakteristik persekutuan kita seperti lebah; berkumpul- bersekutu-berbuat. Di mana ada lebah, di situ ada madu. Ada hasil hasil dari pertemuan itu. Bukankah kita lebih sering seperti semut? Tapi meskipun kita bebrbeda teologia, beda liturgi, tapi kita harus satu dalam karya Kristus. Perempuan harus bersatu padu melawan penindasan, membebaskan dari keterbelakangan. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar