Kamis, 12 Maret 2009

Filipi 3, 13-16

Berlari dan berlari melakukan yang baik

Khotbah Minggu, 15 Maret 2009

  1. Tiga hari yang lalu saya bertemu dengan seorang ibu, anggota jemaat di salah satu HKBP di Surabaya, di pesta bona taon, kebetulan saya khotbah di bona taon tersebut. Sebelum acara dimulai, kami bercerita tentang banyak hal. Terakhir ibu itu menceritakan tentang penyakit psikis yang dialaminya. ‘Kadang-kadang saya tidak sadar apa yang terjadi, lupa banyak hal dan seperti orang linglung’. Beliau mengatakan bahwa dia telah ke dokter saraf dan psikiater, tapi tidak menemukan kelainan dalam sarafnya. Saya mencoba memasuki persoalan ibu tersebut dan bertanya, ‘mungkin ada sesuatu yang kepikiran ibu?’ ‘tidak! Psikiater itu mengatakan hal yang sama, tapi saya jawab, apa yang membuat saya berpikir, saya punya suami yang baik, anak-anak yang pintar dan menyenangkan hati, orang tua yang peduli dan mertua yang baik. Apa yang membuat saya berpikir sampai seperti orang linglung?’ Agak hati-hati saya meneruskan pertanyaan, ‘atau ibu punya masa lalu yang kurang baik? Mungkin ibu pernah tersinggung?’ Diskusi kami cukup serius meski musik yang menghentak-hentak terus mengalir mengisi kekosongan. Saya meneruskan, ‘ ibu mungkin perlu seperti pemazmur yang mengatakan, Tuhan selidikilah hatiku, (sulingkiti ma au ale Tuhan)’. Ibu itu diam, dan diskusi kami berhenti karena acara akan dimulai.
  2. Psikolog kondang Sigmund Freud selalu menggali masa lalu untuk mencari solusi dari persoalan seseorang. Menurut Freud, mimpi paling sering memunculkan hal- hal yg terjadi di hari- hari yg baru saja lewat, walau sebenarnya, mimpi juga punya akses ke periode yang sangat jauh di masa silam, termasuk bisa menembus periode masa kecil seseorang. Dari sekian banyak hal yang pernah dialami seseorang dalam hidupnya, sebagian bisa muncul sebagai mimpi dan sebagian lagi tidak? Dan ini penting untuk memberi penjelasan dalam mencapai masa depannya. Artinya, masa lalu banyak mempengaruhi sikap seseorang, sehingga teori genetika mengatakan bahwa sikap kita banyak ditentukan oleh gen. Yang berarti ada kaitan masa lalu melalui gen yang kita terima dengan perkembangan diri seseorang, walau penelitian baru mengatakan bahwa lingkunganlah yang lebih banyak mempengaruhi karakter kita.
  3. Karakter seseorang ditentukan masa lalu di lingkungan mana dia berkembang. Bila masa lalunya buruk, maka karakternya akan buruk, tapi bila masa lalunya baik karakternya akan baik, itu sebabnya saya pernah bertemu dengan orang yang berkepribadian ganda dalam menghadapi seseorang. Ketika dia melihat istrinya sebagai istri, maka dia akan bersikap feodal, karena dia dididik dalam keluarga yang menggambarkan suami yang harus ditaati, tidak dapat dibantah dan harus berlaku keras terhadap istri, tetapi ketika dia melihat istrinya sebagai teman, dia cukup ramah dan selalu enjoy karena dia punya masa lalu yang baik bersama teman-teman, tetapi ketika dia melihat istri sebagai pacar dia cukup manis, melindungi dan penuh perhatian, karena dia memahami bahwa pacar itu adalah yang care dan dapat melindungi. Sikap ini dapat berubah-ubah dalam beberapa menit sesuai dengan munculnya otak masa lalu ke permukaan.
  4. Sebagai pribadi, kita dapat memeahami karakter kita dari masa lalu dan pendidik kita, sekaligus kita mendidik orang menjadi pribadi tertentu dengan sikap yang kita tunjukkan.
  5. Rasul Paulus memahami teori masa lalu ini, sehingga ia cukup hati-hati dalam menjalani masa depannya. Rasul Paulus tahu bahwa masa lalu yang buruk akan berakibat buruk pada kinerja masa kini dan masa depannya. Maka dia menegaskan dalam suratnya ke jemaat Filipi, bahwa dia akan melupakan semua masa lalunya, yang pernah mengejar dan menganiaya pengikut Kristus. Dia juga tidak akan membanggakan keberhasilannya yang dia capai pada masa lalu yang bisa berakibat pada kesombongan atau alasan untuk berleha-leha. Bila ia berhasil memberitakan injil dan banyak orang menerimanya, tapi bukan dia yang menangkapnya. Kata ‘ego emauton’ dalam ay 13 handak menekankan bahwa tidak ada yang dapat ditonjolkan dari dirinya atas apa yang dia telah lakukan. Kalau jemaat filipi yang membaca suratnya memikirkan dirinya secara berbeda, yang mungkin memuja, mencela atau menganggap dia somong atas pemegahan diri dalam Tuhan, tapi Paulus hendak menyatakan bahwa tidak menganggap diri telah melakukan pekerjaan luar biasa seperti Kristus yang menangkapnya. Tapi juga dia bukan merendahkan diri atau pesimistis atas kerja kerasnya, dia tetap memusatkan pandangnya ke arah kristus agar semakin giat melakukan kebenaran dan mengejar tujannya, yaitu hadiahsorgawi.
  6. Pekerjaan masa lalu yang menghasilan buah banyak mempengaruhi cara pandang orang kristen memahami dirinya, sehingga masa lalunya yang membanggakan membuatnya puas dan berhenti berbuat lebih banyak lagi. Orang itu menganggap sudah cukup apa yang dilakukan dulu, padahal berkata cukup adalah sikap yang tidak berorientasi ke masa depan. (cth sisuan bulu: dulu kami yang bangun gereja ini, maka ketika gereja membutuhkan renovasi mereka merasa bukan lagi bertanggung jawab karena merasa telah cukup dulu dilakukan. Asyik mengenang keindahan yang dulu padahal masa kini telah menuntut lebih banyak lagi.
  7. Itulah yang membuat Rasul Paulus menyerukan pada orang kristen agar melupakan apa yang telah dia perbuat bagi gereja dan sesama, tetapi berlari dan mengejar, meneruskan apa yang boleh dia lakukan lagi untuk dunia dan sesama. Dia mengistilahkannya dengan mengarahkan diri kepada apa yang di depanku.
  8. Joel Osteen dalam bukunya your best life now mengatakan bahwa mengarahkan diri ke depan berarti menaikkan tingkat pengaharapan pada hal yang positif, yang membangun dan yang baik. Dia menekankan supaya pernah berpikir tentang yang buruk dalam dirimu, jangan menoleh ke belakang kalau mau maju menuju tujuan utama kita. Kalau Rasul paulus mengatakan bahwa dia mengarahkan pandang ke depan untuk memperoleh hadiah dan berlari ke tujuan, itu berarti dia mengisi pikirannya dengan yang baik untuk tujuan masa depannya.
  9. Katakan yang positif untuk kehidupan masa depanmu, banyaklah bermimpi, sebab kata berhubungan dengan mujizat. Apa yang sering kita katakan, apa yang kita impikan apa yang sering kta pikirkan itu akan menjadi kenyataan. Kebaikan Allah mengelilingi kita, dan tahun kita dimahkotai dengan kebaikan, maka segala yang kita pikirkan akan menjadi kenyatakan karena kemurahan dan kebaikan Tuhan mengikuti kita sepanjang masa. Kita boleh meniru Martin Luther King yang bermimpi tentang kebersamaan semua umat, termasuk kulit hitam dan putih. Walau dia mengalami kekerasan dari kulit putih tapi impiannya bahwa akan bergandengan tangan kedua warna kulit itu, dan kenyataan itu tidak dia lihat tapi impian sudah menjadi kenyataan. Artinya, ML King memprogram pikirannya untuk kebaikan semua umat, kesetaraan.
  10. Itu yang dikatakan Osteen, begitu anda bangun pagi arahkanlah pikiranmu ke ara yang tepat, yaitu melihat ke depan dengan mata iman bahwa Tuhan yang mennagkap kita akan mengarahkan kita sepanjang hari berbuat kebaikan dan kebenaran. Selama kita berada dalam bingkai masa lalu, amka keadaan kita tidak akan berubah, tetapi kalau sudut pandang kita dibingkai pertolngan Tuhan, maka kita akan terus maju bersama Tuhan
  11. Keputusan untuk mengejar harta sorgawi memperbaharui pemahaman iman Rasul Paulus. Dia mau melupakan masa lalu dan mengarahkan pandangan pada tujuan utamanya yaitu pada Salib Kristus yang membawanya pada keselamatan. Alasan ini membuat dia tidak pernah berhenti, tetapi bak seorang pelari marathon, dia berlari dan terus berlari untuk mengejar yang baik, untuk melakukan yang baik. Kadang-kadang banyak orang kristen yang puas dengan apa yang dia lakukan, sehingga berhenti berbuat lagi. Dia cukup dengan romantisme kejayaan masa lalu. padahal menjadi kristen dan dewasa akan selalu mengejar yang baik, mengusahakan yang baik dan berbuat baik.
  12. Kedewasaan iman seseorang nampak dalam arah pandangnya, yaitu dengan memusatkan perhatian pada Kristus bukan pada diri sendiri. Bila masa lalunya ingin menjadikan dirinya yang berjaya dengan menganiaya orang kristen dan menjadi pusat perhatian karena mampu melakukan pekerjaan injil dengan luar biasa, tetapi ketika dia ditangkap dan diperbaharui, dia mengalihkan perhatiannya ke arah kristus. Anugerah Kristus memungkinkannya menerima pengampunan dan membolehkannya melakukan pekerjaan injil.
  13. Dewasa secara iman membuat kita menjadi setia dalam janji, setia dalam waktu, setia dalam hal uang. Bukan lagi seperti anak-anak yang ingin diperhatikan dan belum mempertanggungjawabkan apa yang dipercayakan padanya (bnd. Ibrani 6, 1-6: Epistel). Dewasa menjadikan kita lebih mengutamakan pekerjaan Allah, daripada mengutamakan diri sendiri.
  14. Dampak dari pengarahan pandangan pada Kristus adalah adanya keinginan memperbaharui diri dan membawa pembaharuan pada orang lain, suatu sikap perkembangan yang terus menerus ke arah kesempurnaan (Yun. Teleios). Rasul Paulus tidak hanya membebaskan diri, tapi memanggil yang sempurna untuk berpikir ke arah yang semakin sempurna dengan secara serempak mengarahkan pandang ke depan sambil berlari mengejar hadiah sorgawi yang disediakan Kristus Yesus bagi mereka yang percaya padaNya. Kesempurnaan yang dimaksud Paulus bukan karena rang Kristen tidak lagi berdosa, tapi karena salib Kristus yang menolongnya dan memungknaknnya bisa berbuat baik di tengah dunia.
  15. Sikap mengembangkan diri menunjukkan kedewasaan dalam berpikir dalam menguasai tugas penggilan yang diterimanya. Bagaikan seorang atlet, yang berlatih dan berlatih untuk mencapai garis akhir, demikianlah Paulus memahami hidup kekeristenan, terus dan terus berlari melakukan yang baik untuk mencapai garis akhir, yaitu panggilan sorgawi Allah dalam Kristus Yesus.
  16. Gambaran Paulus ini dapat kita bayangkan ketika pesawat akan terbang. Keberangkatan itu membutuhkan dua hal yang menarik, yaitu : Pertama, bendera merah yang berfungsi menunjukkan arah angin. Kedua, kendaraan berat yang berfungsi mendorong mundur pesawat. Keduanya penting, karena pesawat harus melawan arus angin agar dapat terbang dan harus maju terus agar sampai ke tujuan. Bila sudah terbang, maka sebuah pesawat tidak dapat dan tidak mungkin mundur; berhenti sedetik saja ia akan jatuh.
  17. Menurut Paulus menjadi orang kristen yang beriman, berani melawan arus dunia yang tidak benar dan tidak mudah kendur dan putus asa karena adanya tantangan dan hambatan. Nabi Yesaya mengatakan penghinaan apaun tidak akan membuatku berpaling ke belakang. (50,5), karena Tuhan akan menolong aku menghadapi ketidakbenaran dunia ini.
  18. Pengenalan yang benar akan kekuatan Injil menjadi rahasia kemenangan Paulus, sehingga seburuk apa pun masa lalunya, ia tak menoleh ke belakang dan berhenti di situ. Sehebat apapun yang dia lakukan untuk memenangkan Injil, dia tidak menjadi sombong dan berleha-leha. Ibarat pesawat, ia terus maju dan terbang semakin tinggi bersama Tuhan, dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin dia dalam iman dan membawa imannya kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan sebagai hadiah sorgawi bagi orang yang percaya padaNya. Amin (dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar