Senin, 02 Februari 2009

Yeremia 9, 23-24

  1. Ada tiga hal yang dinginkan manusia untuk dimiliki, setelah itu ditemukan, manusia menonjolkan sebagai dampak dari keinginan dihormati orang lain; seperti kepintaran, kekuatan dan kekayaan. Manusia membayar mahal agar bisa pintar dan berpengetahuan luas, sehingga dapat menguasai. Istilah dalam bahasa Batak;’na bisuk nampuna hata, na oto tu pargadisan’. Disamping itu, manusia juga bekerja keras, memakai ilmu yang dia punya untuk mencari kekayaan, bahkan menghalalkan segala cara, karena kekayaan sudah menjadi alat kekuasaan, prestise di tengah hubungan sosial. Ada pula yang menjaga stamina dan mengkonsumsi obat kuat supaya kekar dan kuat melawan musuh atau menjadi alat menguasai yang lemah. Itulah kehidupan manusia!
  2. Dalam rangka untuk dikenal dan ditakuti orang, manusia mencari hal-hal yang material, yang menurut Rasul paulus mencari sesuatu yang terbatas dan dapat hancur. Sesuatu yang tidak kekal, seperti pengetahuan, kekuatan dan kepintaran. Untuk tiga hal ini, Nabi Yeremia berkata: janganlah bermegah didalamnya, jangan menyombongkan diri dengan apa yang bisa buruk, jangan menganggap diri bisa selamat oleh hal yang duniawi.
  3. Meskipun nasihat ini sering kita dengar, baik ketika orang tua menasihati anaknya atau kelompok masyarakat mengiklankan melalui intraksi sosialnya supaya jangan sombong dengan apa yang dimiliki di dunia ini, tapi masih banyak orang mengandalkan apa yang dia miliki. Dahulu ahli bedah menggunakan pisau untuk membedah pasien yang akan dioperasi, atau sebagai alat masak para koki atau yang bekerja di dapur, tetapi terjadi perkembangan kemudian, orang telah memakai kepintarannya menggunakan pisau untuk menguasai atau merusak hidup orang lain, membunuh beralatkan pisau. Di Israel, nuklir adalah alat pertanian, tetapi terjadi pergesaran oleh para ahli bahwa nuklir diuhbah menjadi alat memusnahkan manusia. Dahulu uang adalah alat tukar, tetapi kemudia menjadi alat prestise, karena dengan kekayaan dapat mengubah status sosial, dahulu kekuatan adalah alat untuk emnolong yang lemah, tapi kini menjadi alat untuk menindas yang lemah.
  4. Dimanakah alat kekuasaan ini bergerak? Jika Nabi Yeremia mengingatkan bangsa Yehudan dan Yerusalem yang berada di pembuangan, tentu ada prakiraan bahwa kekuasaan dan pemegahan diri terjadi dikalangan umat beragama, terjadi bagi yang menamakan diri bangsa Allah.
  5. Muncul pemikiran bahwa manusia yang telah memiliki agama belum tentu memahami dan mengnal Allah secara benar (ay. 24). Umat beragama tekun melakukan ajaran agama, tunduk pada aturan-aturannya, tetapi tidak memahami dan mengenal Tuhan yang memakai agama sebagai alat pengenalan pada sang khalik. Umat terfokus pada agamanya, sehingga terjadi ketidak-benaran dalam agama, seperti kekerasan, pemusnahan umat yang berbeda pemahan dengan agamanya, karena umat hanya menjadi kesucian ajaran agamanya tapi tidak mengenal yang Maha-Suci.
  6. Perikope ini mengajak umat beragama lebih dahulu memahami dan mengenal Allah, sebagai Tuhan sumber kepintaran, kekuatan dan kekayaan. Jika umat telah memahami dan mengenal bahwa apa yang dimilikinya di dunia ini semua bersumber dari DIA, maka tidak akan mungkin lagi orang memegahkan diri dengan apa yang dia miliki seolah-olah semua itu ada karena usahanya sendiri.
  7. Untuk hal itulah maka kita perlu memahami dan mengenal Allah, karena dengan demikian kita mampu menempatkan diri dan menggunakan yang kita miliki bukan sebagai alat kekuasaan tetapi sebagai alat mendatanagkan damai sejahtera Allah di dunia (bnd. Yeremia 29,7 : Tema Diakonia HKBP).
  8. Dengan memahami dan mengenal Allah, maka umat akan mengetahui bahwa “Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi”. Ungkapan ini, mengajarkan kita bahwa pemahaman dan pengenalan kita padaNya menuntun kita untuk berperilaku seturut dengan FirmanNya. Umat Tuhan menjadi alat kasih setia, keadilan dan kebenaran Allah di bumi.
  9. Sepanjang manusia memegahkan diri, maka apa yang dia miliki menjadi alat kekuasaannya menonjolkan perbuatannya. Kita mungkin sering mendengar istilah pendiri Gereja (‘sisuan bulu’ bagi orang Batak). Jika ada seorang Pendeta di Gerja Batak, jangan coba-coba menentang ide para pendiri ini, akan terjadi perpecahan, akan ada hasut menghasut. Sebaik apapun Pendeta tidak akan pernah benar jika membuat perlawan dengan sisuan bulu (hehehe... , soalnya saya (dan suami) sering bertemu dengan beliau-beliau yang terhormat).
  10. Saya ingat, dulu (tahun 1993) ketika saya Pendeta Praktek (kalau di GKPI disebut Vikaris), saya untuk pertama sekali mengikuti rapat jemaat untuk membuat program dan anggaran jemaat dalam satu tahun, seorang pendiri (yang disebut juga sebagai penasihat –ajaib kale..-) berdiri dan mengatakan “ kalau bukan karena saya gereja ini tidak akan bisa seperti ini” (sambil membusungkan dada, menatap tajam dan menunjuk Pendeta dengan telunjuknya). Wah... gawat juga ya, lalu dengan keberanian yang luar biasa (sombong ni yeee...) saya berdiri dan mengatakan “silakahkan bakar gereja ini sekarang juga, kami sanggup mendirikannya dalam pertolongan Tuhan!” semua jemaat heran dan menganga (hust... awas nyamuk!), buka kagum tapi takut dengan ucapan saya, bahkan saya lihat sang Pendeta pucat. Tiba-tiba saya menjadi merasa bersalah, jangan-jangan saya mengatakan yang salah (soale, saya ga tahu bahwa beliau adalah sisuan bulu, namanya baru masuk toh?! Tapi ajaib, sejak itu dia sudah semakin lembek dan teduh, saya malah menjadi kesayangannya (G-R ni yee? Bukan GR, buktinya, beliau selalu katakan kalau kebaktian keluarga di rumahnya, minta inang vikar yang melayani. Hehehehe...).
  11. Kalau saya mau ceritakan sikap yang memegahkan diri, bisa bosan pendengar atau pembaca. Yamg pasti jangan mengandalakan kepintaran, kekuatan dan kekayaanmu, sebab itu tidak mendatang sukacita bagi hidupmu dan sesamamu, dan kurang berharga di mata Tuhan, karena menyamakan diri dengan Tuhan, tapi; bermegahlah dalam Tuhan dengan hidup yang baik, penuh kasih setia, keadilan dan kebenaran. Amin.

2 komentar:

  1. Syukur dan terima kasih pd Tuhan atas renungan yg hidup.
    Dengan segalah kerendahan hati yg tulus. Semoga kita dapat mengenal, memahami dan mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan kita.

    BalasHapus
  2. Goliat yang kuat bisa dikalahkan Daud dengan iman kepads Tuhan Allah ,demikian juga Nabal yg sangat kaya dan durjana menghina raja Dauf dan rombongannya ,Nabal mati dan istrinya Abigail diambil dan Nebukadnezar sebagai Raja Babel karena kebijaksanaan Daniel,Mesakh,Sadarkh dan Abenego pada akhirnya mengakui Tuhan Rsja Sorga.

    BalasHapus