Rabu, 18 Februari 2009

Edith Stein, Hillary dan Perempuan berkalung Sorban

Ini kisah tentang tokoh perempuan yang muncul di belahan bumi yang berbeda dengan latar belakang sosio-budaya, agama dan pendidikan yang berbeda. tetapi punya tujuan yang sama, membebaskan perempuan, menolak tradisi, ajaran atau anutan yang mengekang masa depan dan karier perempuan. Edith Stein adalah yang lahir dari keluarga Yahudi Ortodok pada hari Yom Kippur, hari pertobatan Yahudi, tahun 1891. Dia dididik secara tradisionl, tetapi jwanya berkembang sebagai pembrontak. Di usia ke 14 tahun ia menyatakan diri sebagai ateis. Di saat perempuan masih belum sebebas sekarang ini, belum ada pergerakan perempuan, dia memaksakan diri untuk masuk perguruan tinggi, dan menjadi filsuf yang tersohor karena dia berpendapat bahwa perempuan harus memiliki hak untuk memberi suara dan memiliki karier sendiri. Dengan kekuatan prinsip tersebut, maka secara mendadak pada usia ke 29 dia mengalami pertobatan menjadi serang katolik, sehingga dia menjadi orang pertama perempuan kudus (1998) dari Yahudi setelah Bunda Maria. Pertobatan ini dipengaruhi otobiografi Santa Teresa. Pilihannya menjadi suster karmelit, tidak membatasi gerakannya, sehingga ia terus membrontak untuk meninggalkan biara ketika dia disuru ke suatu tempat yang aman karena ancaman Nazi sebagai orang berlatar belakang Yahudi. Tahun 1942 dia mati di kamar gas di Auschwitz. Inti kisah dari Edith adalah dia seorang perempua yang ingin membebaskan diri dari masa lalunya, di mana perempuan menjadi tidak memiliki hak suara dan hak menentukan diri, sehingga ia memilih satu tujuan yang memungkinkan suaranya diterima, wataknya tersalur dalam ide dan pemikiran yang membangun hidup sebagai seorang yang dianugerahi talenta mengembangkan diri. Edith Stein adalah perempuan yang ingin membangun kehidupan yang berharga di mata Tuhan dan manusia
Hillary Clinton, istri manta Presiden AS adalah seorang politikus liberal, peduli sosial dan menjadi idola kulit hitam, karena kepeduliannya terhadap masyarakat tersebut. Pada masa pemilihan balon presiden AS akhir-akhir ini, batin kulit hitam menjadi terpecah dua karena pilihan antara Hillary dan Obama. Kemenangan Obama adalah gaya mudanya yang memukau orang-orang muda membuat Hillary tidak bertahan, sehingga membuat banyak hati perempuan sakit dan kecewa. Yang luar biasa, sikap Obama membuat Hillary tidak kalah malu, tapi semakin mempersatukan mereka, sehingga dia mengusulkan pendukungnya mendukung Obama, agar suara demokrat tidak terpecah. Dia ikut ambil bagian pada akhir kampaye Obama (4 Nop) bersama suaminya Bill Clinton. Kemenangan Obama dari McCain-Palin, melibatkan dukungan Hillary yang mengatakan tidak ada jalan bagi mereka (partai republik), sehingga Obama menyebutnya sebagai “aset” : ‘tokoh besar dan hebat’. Meskipun dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang mendukung politik konservatif, namun dia bertumbuh sebagai politikus leberal yang diharapkan boleh menjadi presiden perempuan pertama di AS dari partai demokrat. Meski gagal menjadi presiden, tapi jiwanya tetap sebagai pemimpin yang membangun kehidupan perempuan untuk keluar dari ketidakadilan gender. Perempuan boleh banyak sakit hati, tapi muatan cinta ke-perempuan-annya menyemangati kaum perempuan untuk terus maju membangun dunia sebagaimana pilihan akhir Hillary setelah terpilih sebagai Menlu AS pada 22 Jan 2009. Dia terbuka dan siap berdiskusi untuk membangun dunia, itulah sebabnya dia memilih Asia menjadi sasaran dari perbaikan bumper ekonomi AS dan peningkatan harkat hidup Asia pada nilai-nilai moral. Jika secara tradisional Eropa adalah kawasan pertama kunjungan Menlu AS, maka pada saat ini pilihannya jatuh pada Asia, karena Asia punya potensi di masa krisis ekonomi global ini, memperbaiki ekonomi dunia, di mana ekonomi Asia lebih baik. Dia adalah alumnus Fakultas Hukum Universitas Yale, tapi kekuatan cinta untuk sesama membuat ia berpikir jernih untuk Jahudi, kulit hitam, perempuan dan keterpurukan ekonomi. Kepedulian pada isu sosial membuatnya menjadi cerdas dalam menjalankan tugas negara sambil menolong kehidupan ekonomi masyarakat, sekaligus meningkatkan harkat hidup Asia, karena dia melihat Asia perlu diperbaiki karena memiliki potensi ketidakstabilan, seperti hak asazi manusia yang parah, kebrutalan junta militer di Myanmar, dan isu kekerasan lainnya. Kebrutalan ini sudah menjadi isu global dan perlu perhatian, dan AS siap mendukung perbaikan nilai-nilai hidup, membangun harkat hidup orang banyak.
Dua perempuan di atas adalah yang sudah keluar dari dirinya untuk membangun diri orang lain. Dia tidak hanya keluar untuk membebaskan diri dan memperbaiki nasib, tapi telah melampaui penderitaan diri masuk ke dunia yang mengglobal untuk memberi perhatian khusus bagi kebaikan lingkungan. Kekuatan cinta dan kepedulian membuat perempuan yang dianggap lemah bisa maju membangun kehidupan yang baik. Edith dan Hillary banyak ditolak oleh kaum konservatif, seperti Flim Perempuan berkalung sorban yang berlatar belakang tahun ’80-an ditolak penanyangannya di JATIM karena menyalahi aturan agama Muslim. Tidak pernah perempuan muslim menunggang kuda, tapi banyak orang tidak melihat muatan pembrontakan perempuan ketika dia menunggang kuda, ketika dia mengerjakan pekerjaan pria. Abidah El Khalieqy, perempuan lulusan pesantren yang lahir pada 1 maret 1965 ini mengatakan saya menulis novel ini dan kemudian di flimkan dengan sutradara Hanung Bramantyo, 'ini hanya sebuah misi untuk memperjuangkan kedudukan dan derajat perempuan dan laki-laki yang sama. mengembalikan pengertian bahwa perempuan dan laki-laki setara di mata Allah'. Masyarakat hanya melihat bahwa menunggang kuda bukan kebiasaan perempuan. Hati dan jiwa yang membebaskan tidak dipahami, sehingga ketika perempuan menyatakan cinta di dunia dengan cara yang kekar itu menjadi pertentangan, karena cinta perempuan hanya dipahami sebagai cinta yang gemulai. Tapi pemerhati perempuan tetap konsisten untuk melihat flim berdurasi 2 jam itu akan tetap ditanyangkan karena di sana ada cinta, ada perbaikan, peningkatan harkat hidup dan pembrontakan terhadap kekerasan agama bagi perempuan.
Dari tiga bentuk pemahaman perempuan tentang hidup, saya melihat Yesus, yang peduli, cinta dan ambil bagian dalam penderitaan perempuan, sehingga Paulus yang dibesarkan di tengah masyarakat yang menomorduakan status perempuan dapat mengambil sebuah kesimpulan yang luar biasa dari kepengikutannya pada Yesus, bahwa semua jenis kelamin, semua latar belakang, semua suku sama dalam Yesus (Gal 3,28) yang lebih terbuka bagi semua kehidupan dan lebih pro pada kehoidupan (Luk 4, 18-19). Itu lah Yesus, yang jika dikenal akan semakin membuat pecintaNya semakin ingin bertobat dan memperbaharui diri, semakin ingin membangun hidup bersama dengan sesama, semakin merendahkan hati untuk memikul salib dan konsisten dalam cinta dan penderitaan untuk sesama. Selamat membangun diri bersama Yesus!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar