Jumat, 28 Januari 2011

Yohanes 2, 1-12

“Penyaluran Berkat”
1. Peristiwa pesta Kana menjadi cerita favorit bagi banyak kalangan, karena di sana terjadi mujizat, terjadi sebuah peristiwa yang tidak biasa, air menjadi anggur, dan pengharapan kehidupan Rumah tangga yang langgeng, karena Tuhan ambil bagian dalam kekurangan mereka yang disempurnakan, ke Tuhan an Yesus dinyatakan, kepedulian Maria terhadap sesama diperagakan, sehingga pesta perkawinan Kana menjadi kesohor. Banyak orang Kristen yang berjiarah ke Yeerusalem, juga mengunjungi kota Kana, melaksanakan peneguhan perkawinan, di tempat pesta perkawinan itu yang telah dipugar menjadi gedung gereja.
2. Dalam kotbah saya hari ini saya mau memaknainya perikope ini secara ayat demi ayat, untuk mengambil makna terdalam dalam menjalani kehidupan bersama Tuhan, serta mencatat, apa yang boleh kita hidupi dari perikope dan peristiwa besar ini? Mari kita menyimak dan mengimaninya:
3. Ay 1-2. Bagi orang Yahudi kekerabatan sangat dipegang teguh. Ketika ada perkawinan dari sanak keluarga maka Maria diundang ke pesta itu, termasuk juga Yesus ‘Putra’ Maria. Yesus pergi diikuti murid-muridNya, ikut menghadiri sebuah perkawinan untuk menunjukkan bahwa Yesus sebagai suku Yahudi ikut serta dalam perayaan pesta perkawinan dari kerabat, sekaligus, menunjukkan perlunya memupuk hubungan kekerabatan.
4. Ay. 3. Anggur merupakan sajian penting dalam perkawinan Yahudi, namun dalam peristiwa perkawinan Kana, justru sajian pokok kurang. Ketika saya pernah menghadiri sebuah pesta perkawinan, semua orang yang tidak mendapat makan memukul piring kosongnya dengan sendok, membentuk sebuah musik yang tidak beraturan dan tanpa harmoni untuk menunjukkan kekecewaan bagi yang melaksanakan pesta. Pada tahun berikutnya, ketika mereka mengawinkan anak kembali, banyak orang tidak mau hadir ke pesta itu, walaupun mereka telah menyiapkan makanan yang banyak, karena masyarakat melihat mereka sebagai orang yang tidak terpercaya dalam melaksanakan upacara perkawinan. Hal inilah yang menjadi ketakutan Maria, ketika anggur kurang di pesta itu. Maria sebagai ibu, tapi sekaligus sebagai umat menunjukkan kekhawatirannya pada Sang Putra, dengan berkata ‘"Mereka kehabisan anggur." Sebagai seorang perempuan, Maria sangat peka terhadap peristiwa yang buruk jika para tamu tidak mendapat pelayanan yang selayakannya di sebuah pesta, maka Maria bertindak untuk menyatakan imannya akan ‘keIlahian’ Yesus, supaya kekhawatirannya, dijawab oleh Yesus.
5. Tapi dalam ay 4. ini Yesus, tidak mau mendahului waktu yang ditentukan oleh Bapa yang mengutus Dia ke bumi, sehingga mencoba menyela keinginan ‘ibu’Nya, bahwa belum waktuNya Dia menyatakan diri. Seorang ibu yang bijaksana akan memaknai penolakan itu sebagai tindakan yang benar, tidakan yang tidak memaksakan. Namun persoalan sering sebaliknya, ibu memaksakan kehendak untuk anak-anakNya, memakai kuasa untuk memaksa anak melakukan yang tidak dikehendaki anak, sehingga walau tidak mampu anak harus kerja keras demi menyenangkan hati ibunya. Kemarin, ketika saya sedang duduk di tempat tunggu sekolah anak saya, seorang ibu mencubit anak perempuannya, yang ingin bermain setelah bubar sekolah. Ibu itu memaksa putrinya harus ikut les tambahan. Anak kelas satu SD itu menangis menyatakan ketidaksetujuan atas sikap ibunya, tetapi ibunya semakin marah terhadap sang anak, dan memaksa pulang. Sering sekali kita memakai kuasa yang ada pada diri kita, untuk menyenangkan diri kita tanpa peduli terhadap kepentingan pihak lain, sehingga sering terjadi penyelewengan kekuasaan, termasuk di Negara dan Gereja. Penyelewengan kekuasaan itulah yang mau dihentikan Yesus, ketika Dia berkata pada Maria, "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
6. Meskipun Yesus menyela Sikap Maria, dalam ay 5. Maria menunjukkan Sensifitasnya sebagai seorang ibu. Dia tidak memakai otoritasnya sebagai ibu memaksa kehendak terhadap putranya, tapi mengenal dengan jelas siapa “Putra’nya. Dia tahu Yesus datang dari yang Maha kuasa, Dia kenal Yesus penuh belas kasih dan tidak akan membiarkan orang lain dipermalakukan. Pengenalan yang begitu baik membuat Maria yakin, bahwa Yesus tidak mungkin membiarkan pesta itu amburadul, sehingga berkata kepada pelayan pesta itu, "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!". Maria memiliki iman yang sungguh-sungguh yakin akan kepedulian Yesus. Hal ini sangat dibutuhkan seorang ibu (orang tua) dalam memahami anak-anaknya, supaya tidak terjadi pemaksaaan kehendak. Saya mengenal seorang anak yang sangat unggul di bidang musik, ketika dia hendak melanjutkan studi ke institute musik, ayahnya menolak, karena tidak jelas masa depan di sana. Anak itu dipaksa masuk ke PT dengan jurusan kesukaan ayahnya. Hasilnya, di semester delapan anak itu, keluar dan memulai kuliah di intitut musik. Dia menghabiskan waktu empat tahun tanpa hasil karena tindak pemaksaan. Hal kedua yang boleh kita lihat dari sikap Maria ialah keyakianannya akan doanya. Yang sering terjadi, kita berdoa, memohon pada Tuhan, tapi kita tidak yakin dengan permohonan kita. Kita meminta untuk dijagai dalam tidur kita, tapi kita tidak bisa tidur karena berpikir jangan-jangan ada rampok yang akan merampok rumah saya. Kelebihan Maria, ketika dia menyatakan kekhawatirannya pada Tuhan, Dia percaya doanya pasti dijawab. Tidak persoalan waktunya, tapi imannya menunjukkan keyakinannya pada Tuhan. kadang kita tidak ingat apa yang sudah kita pinta pada Tuhan, tetapi ketika doa sudah kita panjatkan, Tuhan pasti kasi jawab. Kita bisa lupa dengan doa kita, tetapi begitu doa kita sudah connect, Tuhan pasti tidak akan melupakan.
7. Melalui ay 6 ini perlu kita ketahui, bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang diberi Tuhan untuk dipakai bagi kebaikannya. Ketika sesorang mengalami sakit, saya selalu katakana bahwa dalam dirinya ada obat yang diberi Tuhan, yaitu semangat. Semangat dan keinginan hidup dalam diri manusia 50 % membantu kesembuhan. Di pesta ini juga ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Tempayan yang biasa sebagai alat pembasuhan justru menjadi cara Tuhan menjawab keyakinan Maria, di mana dalam ay 7, Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh.
8. Ay. 7. Yesus juga mengajar manusia untuk bekerja keras dalam meraih anugerah Tuhan. Tidak cukup hanya iman Maria, tapi juga usaha dan kerja manusia, sebab kerja adalah panggilan untuk umat. Maka untuk merealisasikan doa-doa kita, kita juga perlu bekerja, sehingga Martin Luther berkata, ‘bekerja sambil berdoa’. Yakobus mengistilahkannya, bahwa doa tanpa perbuatan adalah mati. Kita bekeja, mengusahakan kebaikan, maka Yesus yang sudah menerima doa dan kekhawatiran kita akan menjawabNya, sebagaimana tertulis dalam ay 8, air itu di bawa kepada pemimpin pesta, air itu telah siap diuji kwalitasnya.
9. Ay. 9. Pemimpin pesta itu mengalami kebingungan sehingga memangggil pengantin laki-lakinya. Serig sekali kita gagal memahami cara kerja Tuhan. kita berpikir secara manusiawi, bahwa menu pesta habis, maka tidak ada lagi yang bisa dikonsumsi secepat itu. Maka setiap kali kita kekurangan, kita menjadi banyak khawatir. Setiap kali di luar pikiran kita terjadi, kita penuh pertanyaan, seolah-olah hidup kita tidak didampingi Tuhan. itu pula yang dialami pemimpin pesta itu, sehingga menjadi ragu yang dia terima dari para pelayan itu. Dia curiga dengan pikirannya, dia curiga dengan kemampuan pemilik pesta untuk membuat yang lebih baik.
10. Ay 10. Ketika anggur itu disuguhkan, semua juga berpikir dengan kemampuan kemanusiaan, sehingga ketika anggur yang baik disuguhkan terakhir, itu dianggap suatu yang aneh. Artinya, di zaman kita ini sering kita melihat keanehan akan seseorang yang melakukan kebaikan di tengah banyaknya ketidakbaikan. Saya selalu kasi contoh, karena perempuan itu identik dengan dandanan, maka ketika saya tampil tanpa make –up, semua memandang saya sebagai orang aneh. Kebaikan itu juga demikian, banyak orang mencurigainya sebagai suatu yang aneh. Tapi Yesus berani dan selalu tampil beda, Dia selalu menyuguhkan yang terbaik bagi semua. Tuhan memberi berkat terbaik bagi semua, tapi kita sulit untuk memberi yang terbaik bagi sesame, karena kita sulit membagi anggur-anggur yang kita terima dari Tuhan untuk dinikmati orang lain. Kita menerima banyak, tapi sulit memberi.
11. Ay.11 Mujizat sering menjadi awal kepercayaan kita. Saat Tuhan menyatakan kemuliaanNya dengan membuat tanda mujizat, murid-muridNya menjadi percaya padaNya. Tapi akan lebih indah perjumpaan kita dengan Tuhan, ketika kita mengimaniNya dari karya penyelamatan yang dinyatakan ke dunia ini, tidak sekedar karena perubahan air menjadi anggur, tapi karena kita sungguh merasakan hidup kita telah diselamatkanNya.
12. Ay. 12 Pekerjaan yang baik tidak hanya berhenti di suatu tempat, tapi mengalir ke semua tempat, itu juga alasan Yesus meneruskan perjalananNya bersama murid-murid dan ibuNya ke kapernaum, supaya kabar baik terdengar ke semua tempah, supaya Yesus dikenal semua bangsa sebagai Tuhan dan Juruslamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar