Sabtu, 05 Februari 2011

Matius 8, 5-13

“Yesus yang Terbuka dan Iman yang Sejati’
1. Sebuah buku berjudul ‘Gereja impian’ memberi pemahaman bagi kita untuk lebih terbuka ke dunia luar, terbuka secara luas tanpa dibatasi tembok-tembok gereja, sehingga mau memberi diri melayani di luar diri gereja, yang saat ini hampir 90% program dan anggaran gereja hanya untuk dirinya sendiri atau jemaatnya sendiri. Dengan keterbukaan ini akan membuat gereja menjadi gereja yang berpengaruh di sekitar, sebagaiman gereja Bali yang membuka diri ke bidang bisnis dengan mendirikan hotel di suatu daerah. Setelah daerah itu menikmati fungsi gereja melalui hotel yang didirikan, akhirnya gereja itu di terima dan diperbolehkan mendirikan gereja di tempat itu.
2. Demikianlah Yesus masuk ke Kapernaum, di sebuah tempat di Israel yang disebut Kapernaum, di bagian utara Danau Galilea. suatu kota besar yang penduduknya sebagian dari bangsa kafir seorang perwira Roma yang memimpin 100 prajurit (centurion yang berarti komandan 100 prajurit,). Keterbukaan Yesus dengan memulai memasuki daerah lain membuat sang perwira menunjukkan imannya kepada Yesus Raja orang Yahudi itu. Dengan keberanian Yesus keluar dari diri, dari bangsanya, membuat bangsa kafir yang dinubuatkan Nabi Yesaya sebagai bangsa yang diterangi sinar besar merenspon dengan baik pelayanan Yesus, melalui iman seorang perwira, yang diyakini bahwa Yesus sanggup memberi kesembuhan, walaupun hanya dengan kata. Iman perwira itu membuktikan bahwa Firman Yesus mempunyai kuasa.
3. Ada dua hal penting yang boleh kita gumuli dari peristiwa ini, yaitu:
- Sikap Yesus : Fokus pada Pelayanan.
Yesus memasuki Kapernaum untuk memberitakan Kerejaan Tuhan yang sudah hadir di dunia. Dia melakukan itu dengan pelayanan internal dan eksternal. Dengan menyadari arti ke hadiranNya ke dunia membawa keselamatan dan damai sejahtera, maka Dia terus berkarya memberi pengaruh dan makna bagi hidup manusia. Dia melayani di Galilea, tapi juga Ia keluar dari dari Yahudi supaya semua beoleh damai dan sukacita. Pada saat ini, banyaknya program di tengah gereja membuat tidak focus dengan tugas mereka, tapi Yesus konsisten dengan tujuanNya, membawa kabar baik, bukan mencari prestasi, popularitas, jabatan dan penghormatan. Saya mengenal seorang Pendeta yang relative masih baik dan bagus dalam pelayanannya. Dia focus melayani, tidak ambisi dan tidak perduli dengan jabatan. Ketika orang mengenal karakternya, semua heran dan menganggapnya sebagai orang bodoh yang tidak punya daya juang. Gambaran ini sebagai cerminan bagi kita melalui sikap Yesus yang konsisten dengan tugas pelayananNya, sehingga terbuka kepada semua orang yang mau berbuat baik bahkan kepada yang tidak baik.
- Sikap Perwira: Iman Sejati.
Kita diberitahu tentang Perwira atau centurion adalah orang yang sangat penting di dalam angkatan perang Roma; mereka adalah tulang punggung pasukan Roma. Perwira itu seorang yang punya jabatan dan anak buah. Dia dihormati dan dapat memerintahkan ajudannya melakukan apapun yang dikehendakinya. Namun ketika dia berhadapan dengan Yesus, dia menyadari bahwa apapun yang dia miliki, termasuk jabatan, tidak apa-apa dibanding dengan kuasa Tuhan. maka ketika dia menginginkan kesembuhan salah seorang hambaNya yang sakit lumpuh, dia hanya minta Yesus berfirman saja untuk kesembuhan itu. Meski Yesus memberi peluang untuk mendatangi si sakit, tapi dia sadar bahwa tidak mungkin yang Maha Kuasa ‘direpotkan’ dengan seorang yang menurut dia tidak apa-apa. Imannya itu memberi kesembuhan bagi hambaNya.
4. Yesus heran melihat iman dan kerendahan hati sang perwira. Yesus berkata belum pernah bertemu dengan iman seperti itu di Israel. Nubutan Yesus mulai nyata, di mana dari bangsa kafir yang disinari terang besar telah muncul pengakuan tentang ke-Maha Kuasa- an Tuhan. Yesus mulai membandingkan sikap dan karakter orang yang lahir di dalam Tuhan namun tidak berakar, timbuh dan berbuah di dalam iman, sebaliknya dia yang datang dari kegelapan menyambut terang itu, dan mewujudkan penerimaannya dengan beriman, percaya pada kuasa firman Tuhan.
5. Iman yang sejati membuat seseorang manjadi rendah hati dan peduli. Secara duniawi karakter seorang pejabat adalah sombong, tidak peduli. Kebalikan itulah yang ada dalam diri perwira itu. Dia yang langsung menjumpai Yesus, tidak memerintahkan ajudannya menyuruh memanggil ‘dokter’. Itu artinya bahwa ketulusannya menolong hambanya,membuatnya berusaha bertemu langsung dengan ‘tabib agung’, dia tidak mau perantara, tapi menunjukkan sikap peduli pada hambanya. Dia memberi kehidupan bagi orang yang tidak berpengharapan, sebab hamba itu lumpuh dan tidak bisa bergerak.Tidak banyak orang yang mau berkorban untuk kepentingan orang lain, apalagi untuk seorang hamba yang pada masa itu hamba dianggap seperti benda/hewan, tidak berharga sama sekali. Disa menunjukkan iman pada dunia dengan bersikap yang baik, meninggalkan seluruh atribut jabatan untuk menolong yang lemah.
6. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani mengambil resiko dan siap berkorban untuk bawahannya. Dia tidak beromantisme dengan kehebatan yang dimiliki, dia tidak memakai kuasa menindas orang lain, sebab imannya membuat rendah hati memahami bahwa jabatannya bersumber yang ilahi. Iman itu jugalah yang memberi kehidupan bagi hambanya (ay. 13), sehingga mendapat pujian dari Yesus, karena kwalitas iman seperti itu belum pernah ditemui Yesus dari orang Israel.
7. Bila pelayanan dilihat sebagai kesuksesan dan popularitas pribadi, akan membuat gereja tidak berpengaruh ke lingkungan. Kita melihat kecenderungan Gereja lebih suka memberi bantuan kalau di ekspos melalui media cetak dan elektronik, sehingga kuasa dari pemberian itu tidak mempengaruhi penerima, bahkan ada pengkhotbah entertainment, berkarkater badut hanya untuk mencari popularitas, bukan membangun iman pendengar supaya meyakini kekuatan Firman itu mengubah, memulihkan dan merendahkan hati. Sudah banyak orang mencari jabatan di gereja bukan lagi pelayanan, sehingga menjadi gereja yang memerintah, dan tuduk pada garis komando.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar