Sabtu, 19 Februari 2011

Lukas 17, 7-10

“Hati yang Meng-hamba”
1. Katherina Von Bora, istri Martin Luther oleh karena kekurangan sejahteraan keluarganya, pernah suatu waktu berkata: “Herr Luther, mengapa engkau tidak meminta upah dari artikel-artikel Kristen yang kau tulis, atau upah alkitab yang kau terjemahkan, seperti yang dilakukan teman-temanmu?’ Luther menjawab istrinya dengan lembut: ‘Itu tidak usah kita lakukan, sebab firman Tuhan tidak ternilai harganya dan tidak bisa dibeli. Keselamatan yang di bawa Yesus ke dunia ini tidak pernah kita bayar, mengapa untuk memberitakan keselamatan itu harus dibayar? Biarlah mereka melakukan itu, tapi kita tidak perlu seperti mereka.’
2. Pernyataan Marthin Luther ini pernah menjadi perdebatan alot di kalangan pekerja Gereja, karena berdampak tidak baik atas hasil kerja. Para pekerja tidak setuju, jika pelayanannya, usahanya tidak dihargai atau tidak mendapat terima kasih. Tetapi akan sangat indah jika para Hamba Tuhan,
3. Bagi pekerja di luar gereja, baik itu pemerintahan. Perusahaan bahkan PRT sekalipun jika mereka melakukan tugasnya dengan baik tentu dberi reward sebagai ucapan terimakasih atas kerja keras dan hasil yang diusahakan secara maksimal, sebaliknya jika tidak mengerjakan tugas dengan baik tidak mendapat penghargaan, sebaliknya diberi peringatan atau hukuman.
4. Bagi hamba Tuhan sangatlah indah jika mengetahui dan menyadari tugas dan tujuan pemanggilan yang diterimanya, di mana, hamba itu penuh ketekunan dan rendah hati melakukan tugasnya. Kalau kemudian, dia mendapat pujian seperti perwira yang peduli pada hambanya itu bukan karena ucapan terima kasih atas iman yang sejati, tapi sebagai anugerah Tuhan. artinya, hamba Tuhan perlu secara jelas melakukan tugasnya dengan baik tanpa balas jasa.
5. Melayani adalah kata yang akrab dalam hidup seorang pelayan, sebagaimana yang dikatakan Yesus bahwa “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani’. Melayani selalu berkaitan dengan tindakan memberi, (waktu, pikiran, tenaga, uang, dll). Disamping itu juga, melayani perlu ada komitmen untuk setia melakukan tugas pelayan, sehingga selalu didorong oleh motivasi hendak berbuat bagi orang lain, (atau tuannya dalam konteks ini). Menjadi pelayan perlu disertai semangat seorang pelayan, atau hati yang menghamba : Memberi tanpa syarat, tidak mengharapkan jasa dan setia pada yang mengutus.
6. Hubungan tuan dan hamba dalam konteks perumpaan ini, adalah hubungan yang dingin dan kaku pada zaman itu, di mana seorang hamba diarapkan mematuhi apapun yang diperintahkan tuannya untuk dikerjakan. Hal itu kelihatan dalam perumpaan ini, di mana si hamba membajak sawah seharian, begitu pulang rumah, dia juga diperintahkan mempersiapkan makan minum sang tuan. Artinya, dia konsisten dengan tugasnya dan tidak menerima ucapan ‘terima kasih’, karena ucapan terima kasih bukan hal yang wajar, tapi melakukan tugas dengan baik adalah kewajaran.
7. Yesus memakai perumpaan ini dan disampaikan pada muridNya, supaya meninggalkan semua yang mengikat murid dengan dunia ini untuk mengikut Yesus. Artinya, pemanggilan Tuhan membutuhkan ketulusan dan kesetiaan untuk ikut dan melayani. Yesus mengajarkan muridNya agar mereka yang terpanggil melakukan pelayanan supaya tidak mengharapkan upah, karena bekerja di kerajaan Allah bukan untuk upah. Bahkan ada yang mengatakan pelayan Tuhan bukan profesi, tapi harus bekerja secara professional dalam bidang keagamaan dengan hasil yang makasimal. Maka ketika seorang hamba tidak menerima upah, dia tidak akan mengatakan bahwa ‘Tuhan berhutang’ padanya.
8. Demikian jugalah harapan kebanyakan orang untuk pelayan Tuhan di gereja masa kini, untuk tidak mengharapkan upah atas pelayanannya. Namun, hal ini akan menjadi perdebatan panjang bahkan di kalangan pekerja itu sendiri, karena banyak yang memotivasi orang bekerja di gereja. Seperti Yohanes dan Yakobus dalam Markus 10,37, yang meminta supaya mereka ditempatkan di sebelah kanan dan kiri Yesus. Maka ketika ada yang bekerja di luar dari motivasi memuliakan Tuhan, akan terjadi pelayanan yang mengharapkan imbalan. Bahkan di beberapa gereja saat ini, sudah semakin berkurang pengabdian, karena untuk tugas apapun pelayanan di gereja sudah harus diganti dengan istilah ‘transportasi’, bahkan sebagai kolektan pun sudah harus menerima pengganti ‘transport’.
9. Yesus memberi gambaran tentang jatidiri seorang hamba, yaitu rajin, setia, tidak bersungut-sungut dan tidak mengharapkan imbalan. Makanya dalam nats ini ada pengajaran bagi kita, bahwa kita adalah hamba. Jika Tuhan mengutus kita, maka adalah wajib tunduk pada pengutusan itu, melakukan apa yang diperintahkan dan akan berkata setelah melakukan semua yang diperintahkan :’ Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
10. Yesus menceritakan perumpamaan ini kepada murid-muridNya, untuk mencerdaskan pemahaman murid (dan kita) tentang perspektif seorang hamba, di mana Yesus menginginkan kita untuk dan melayani Allah dengan hati seorang hamba, yang setia, rendah hati, tunduk dan siap dalam segala waktu dan tempat. Jika tuan di dunia berhak melakukan apa saja bagi hambanya untuk keuntungan dan kesenangannya, atas waktu dan tenaganya, maka Yesus mengisyaratkan bahwa akan melebihi itulah ketundukan kita sebagai hamba Tuhan.
11. Dalam melayani, kita perlu rajin, setia, rendah hati, tanpa memperhitungkan seberapa banyak yang sudah kita lakukan untuk Tuhan, dan tidak akan bermegah, sebaliknya berkata ‘kami adalah hamba yang tidak berguna’.
12. Tentu perumpamaan ini tidak ditujukan hanya kepada pekerja dalam gerejaNya, tapi mencakup semua orang percaya, bahwa kita adalah hamba yangwajib melakukan kebaikan tanpa mengharap imbalan, sebab hidup kita adalah anugerah. Tuhan tidah harus berterima kasih atas kebaikan kita, tapi kalau kita suatu waktu bertemu dengan situasi yang menyenangkan, itu adalah anugerah, sebab hidup kita hanyalah karena anugerah semata.
13. Marilah kita menjadi hamba yang berbuat tanpa memegahkan apa yang sudah kita kerjakan. Bila ada pembagian tugas, di tengah gereja dan dunia ini, sebahagian sebagai pejabat, sebahagian menjadi bawahan, bukan untuk memegahkan jabatan yang diterima, sebaliknya supaya pekerjaan itu tersusun dan tidak saling berebut, tetapi tercipta keteraturan dan terolah dengan baik. Selamat melakukan tugas dengan hati yang menghamba, menjadi yang setia dan tunduk pada yang mengutus. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar