Sabtu, 12 Februari 2011

Markus 1, 9-15

“Hidup yang Diperkenankan”
1. Seorang perempuan non-kristen, memperkenalkan laki-laki Kristen yang hendak menikahinya kepada ayahnya. Sang ayah marah dan berkata: ‘kau tidak kenal.siapa dia, apa pekerjaannya, dan dari mana dia datang’. Dengan tenang, perempuan itu menjawab ayahnya, ‘saya memang tidak mengenal dia, tidak tahu dari mana dia. Tapi saya tahu apa tujuan dia dan ke mana dia hendak pergi!’. Percakapan berdurasi satu menit ini adalah suatu titik awal dalam menentukan masa depan. Dalam pengambilan keputusan yang menentukan ini menunjukkan kesiapaannya. Kehidupan tanpa tujuan tidak akan pernah menjadi kehidupan yang berbahagia.
2. Dalam setiap kehidupan ada saat-saat mengambil keputusan, menerima atau menolak, ya atau tidak. Kehidupan yang tidak berani mengambil keputusan akan menjadi kehidupan yang sia-sia. Yesus selama 30 tahun melakukan tugas kemanusiaanNya, sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Dia menjalani hidupNya sebagai manusia, maka pada saat Yohanes pembaptis tampil, inilah saat bagi Yesus untuk mengambil keputusan, yaitu menjawab panggilan dan pengutusan Allah. Meskipun Nazareth kota yang damai dan Dia tinggal dengan keluarga yang menyenangkan, tapi Dia harus mengambil keputusan, karena tujuan Dia bukanlah di bumi ini. Pembatisan Yesus merupakan titik awal keberangkatanNya pada tugas via dolorosa, tugas penyataan kemuliaan Allah untuk mengangkat manusia ke dalam kemuliaan itu.
3. Meskipun baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, tapi Yesus mengikuti prosesi itu sebagai saat pengambilan keputusan dalam menjalankan tugas penyelamatan di dunia, sebagai saat kembalinya Dia pada Allah yang mengutus Dia. Baptisan Yesus bukan sebagai penghapusan dosa atau pertobatan, suatu gerakan umat agar kembali kepada Allah, maka dengan baptisan, Yesus mengindetifikasikan diriNya.
4. Dengan baptisan, Allah menyatakan diri pada manusia memasuki persekutuan kudus menuju kekekalan. Yesus mengawali tugas pelantikanNya dengan kerendahan hati, meminta dibaptis oleh Yohanes pendahuluNya, yang pernah mengatakan bahwa yang akan datang lebih besar daripadaku, membuka tali kasutnya pun aku tidak patut.
5. Sikap dan kerendahan hati Yesus, membuat Dia melihat kemuliaan besar, langit terkoyak, Roh turun atasNya, dan terdengar penyataan Allah ynag mengatakan : "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
6. Bagaimana menjadi orang yang berkenan di hadapan Tuhan? Kamapanan membuat seseorang merasa sudah pasti, sehingga sulit menerima yang membuat perubahan. Ketika kita menikmati sesuatu yang kita anggap sesuatu itu bisa menjamin hidupnya, maka dia tidak mau lagi diubah. Yesus tinggal di kota Nazareth yang aman, dengan keluarga yang baik, namun ketka panggilan itu dikembalikan padaNya, dia meninggalkan kemapanan itu untu mengikuti kehendak Tuhan.
7. Kerendahan hati, kesetiaanNya pada yang mengutus Dia membuat Allah melihatNya sebagai bentuk kesetiaan, maka Allah mengatakan bahwa Dia Anak yang dikasihi, Yang kepadaNya Tuhan berkenan. Diperkenankan, berarti Tuhan suka, Tuhan menyertai dan Tuhan memberkati. Namun apakah diperkenankan menjadikan manusia bebas dari persoalan hidup? Ternyata tudak dalam ayat 12, Yesus di pimpin Roh ke padang gurun, Dia tinggal selama 40 hari, 40 malam, dan dicobai iblis.
8. Ketika suatu hari seorang ibu mengalami duka karena anak tunggalnya meninggal, orang lan melhatnya dari sisi kutuk. Orang sering melihat penderitaan sebagai kutukan atau hukuman Tuhan. Yesus yang dipimpin Roh ke padang Gurun, hendak menunjukkan bahwa walaupun Yesus menyertai kita, tapi penderitaan tetap bisa terjadi. Bersama Yesus bukan berarti hidup kita mulus, aman dan tenang, tapi sebaliknya, terkadang ada ujian, ada godaan dan cobaan. Apakah yang menjadi istimewa dari orang percaya ketika mengalami penderitaan? Tidak lain hanya, dia kuat, tidak jatuh atau stress karena persoalan itu. Yesus yang dilayani malaikat-malaikatNya, tidak jatuh ke berbagai percobaan. Dia tetap konsisten dengan imanNya, Dia berpegang teguh pada pengutusan yang dia terima, karena Dia lebih cinta pada Tuhan daripada apapun yang di dunia ini.
9. Hal ini mengingatkan kita agar anugerah yang kita terima tidak membuat kita menjadi sombong, arogan dan tidak peduli. Jabatan, kuasa yang kita sandang bukanlah hasil kekuatan kita, tapi anugerah Tuhan. untuk menjadi berkenan di hadapan Tuhan dibutuhkan kerendahan hati, kesetiaan dalam pencobaan dan konsisten mengikut salib.
10. Hal yang luar biasa yang kita lihat dari konsistensi Yesus bahwa dalam pencobaan sekalipun, bahkan di Padang gurun dalam kondisi puasa, Dia menyuarakan pertobatan, supaya injil terus diberitakan. Penderitaan tidak menghalanginya mengingatkan keburukan orang walaupun maut di depan kita, sebab tujuan pengutusan Tuhan bagi umat adalah mewartakan kabar baik.
11. Harta, jabatan dan makanan kita perlukan, tapi janganlah semua itu membuat kita menjadi memilih iblis, sebab orang yang telah dibabtis harus mampu bertahan pada kesatuanNya dengan Allah. Marilah memaknai semua yang ada pada kita sebagai pemberian Tuhan, supaya tidak terjadi arogansi, ketidakpedulian dan kesomongan pada sesame. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar