Kamis, 18 Desember 2008

Natal dan Persiapannya

Minggu ini saya disibukkan dengan berbagai persiapan dan kebutuhan Natal; mulai dari mencari topi st claus di timbunan pakaian anak-anak untuk dipakai putra saya Jerry di natal sekolah (ternyata tidak digunakan karena tiba-tiba dia demam tinggi sepulang mengantar buliknya dari kendangsari), belanja Seharian mengelilingi Tunjungan Plaza untuk mencari baju, sepatu anak-anak dan assesoris kedua putri saya untuk dipakai pada natal sekolah minggu HKBP Dukuh Kupang tanggal 20 Des; melatih koor sektor dua; sebenarnya kemampuan koor saya hanya mengerti saja, tapi itu sangat penting karena guru koor sektor dua Jaya Sitorus mendapat kerja di Bali. Nah... kebetulan kompleks gereja tempat kami tinggal di wilayah sektor dua, jadilah kami anggota sektor tersebut dan saya dikasi tugas melatih koor dan mempersiapkan acara untuk natal 26 Des sebagai tuan rumah pada natal kedua (kan biasa jarang jemaat mengikuti kebaktian pada natal kedua ini, maka untuk mengundang kehadiran jemaat (terpaksa) diisi dengan acara natal, seperti pajojorhon, koor, ada makanannya, dll; soale, katanya jemu juga beribadah berturut-turut dari mulai tanggal 24 malam, 25 dan 26. Makanya saya dan suami saya selalu bilang, dulu itu natal kedua selalu libur tetapi karena kita tidak menggunakan waktu itu dengan baik, di mana gereja-gereja kosong, maka pemerintah menarik libur menjadi waktu kerja. Suatu saat juga gereja akan ditutup kalau gereja tidak kita gunakan dengan baik untuk memuliakan Tuhan; masak seh memuji Tuhan bosan?), disamping itu juga saya harus mempersiapkan khotbah advent dan natal, ibadah syukur untuk anggota jemaat yang memestakan baptisan kudus cucu-nya, dan ditambah lagi undangan mendadak dari persekutuan umat kristen merpati untuk memimpin ibadah bulanan mereka esok. Kog sudah sibuk ditambah lagi sih? Masih lagi mendekor rumah, karena Jerry selalu minta pohon terang ukuran mini di rumah saya harus dihias, hingga boneka st claus yang dibawa tantenya dari Jerman bisa dipajangkan di sekitar pohon terangnya. Luar biasa. Natal membawa kesibukan dan pemahaman yang berbeda bagi banyak orang. Anak-anak saya berpikir, natal itu waktu sibuk karena mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan sekolah minggu, pakaian baru, sepatu baru, ada pohon terang dan st claus. Dan tahukah kamu apa yang dibisikkan Carol putri sulung saya kemarin sore, ketika saya sedang latihan 0rgan untuk lagu pujian pada natal sektor dua? “mama... tahun ini st claus kasi hadiah apa untuk kami ya?” alamak, saya belum membeli hadiah si st claus (soale udah dibiasakan sejak kecil bahwa setiap tanggal 25 pagi, ketika dia bangun, akan menemukan bungkusan di dekat tempat tidurnya) “apakah santa akan memberiku HP (hp nya memang rusak, harus diganti; piye ya?), dan Yohana hanya membayangkan bahwa dia akan menjadi bintang pada natal sekolah minggu dan natal sektor dua (putri saya ini memang agak bergaya selebritis; ketika kakaknya bilang cukup satu pasang baju untuk natal ini, kasian, uang mama habis, dia memilih tiga pasang dengan harga lebih murah dari pilihan kakaknya. Dia mau cantik, murah dan banyak, sementara kakak cantik, adem dipakai dan berkwalitas = kalau bisa sih katanya murak,... hehehe, dia seperti buliknya, tepat, hemat dan terinci (malah Carol cenderung pelit), sedang joe, seperti tante up-nya, banyak dan tak terkendali. Dan tahukah apa pilihan Jerry, dia mau tahun ini semua serba popeye si pelaut, dari mulai hem, celana dan sepatu, * mama...,kalau ada cari kaus kaki popeye ya. Kepukir-pikir, natal sudah menjadi alat komersialnya pebisnis. Anak-anak tidak tahu bahwa terjadi krisis ekonomi makro, yang penting kebutuhan terlengkapi, karena pebisnis menyediakan beragam pilihan yang membuat anak menjadi ingin memiliki semua. Apakah Natal adalah persiapan dan kubutuhan? Apakah natal cukup kalau kita sudah ambil bagian dalam acara tersebut? Jangan-jangan banyak orang sibuk mempersiapakan natal, sibuk bernatal, tapi kurang berdaya-guna bagi kehidupan. Tidak mendapat apa-apa, kecuali kelelahan dan pengurangan tabungan. Natal hanya sibuk berbelas kasih, memberi sembako ke masyarakat miskin, di sekitar gereja atau sekolahan, orang yang banyak duit membagi uang natal untuk panti jompo, panti asuhan, anak jalanan dan kalau ada yang berbaik hati, para hamba Tuhan keciprat sedikit (tapi harus yang struktural loh!?). natal menjadi diakonia; mungkin dari pemahaman tentang Yesus yang lahir ke dunia membagi dirinya untuk dunia, menyelamatkan umat manusia dari dosa, maka jemaat Tuhan ingin berbagi, seperti Kristus yang membagi diri bagi dunia ini. Hanya yang menjadi persoalan; sering terjadi perbedaan pendapat dan pendapatan yang membuat adanya pertikaian diantara umat manusia. Natal yang harusnya membawa dami sejahtera Allah di bumi, tetapi pengisi bumi tidak berdamai. Polisi harus siaga supaya tidak terjadi ledakan bom di berbagai gereja dan tempat perayaan natal, panitia bersoal-jawab mengenai pelaksanaan natal, jemaat bersungut-sungut karena ditarik biaya ini dan itu, orang kaya berbagi dengan syarat, mau mengikat persekutuan bernatal di rumah makan dengan biaya pendaftaran (bayangkan!) dll, dll lagi yang memperkeruh suasana damai sejahtera. Apakah memang natal adalah kemewahan, pernak-pernik, dan segala hal yang membuat hati kita senang secara duniawi? Yesus membuktikan; Natal adalah kesederhaan (Dia lahir di kandang domba); Natal adalah cinta kasih (Dia memberi diri untuk dunia); Natal adalah pengorbanan (Dia menjadi tumbal dosa); Natal adalah syalom (Dia memperdamaikan kita dengan Allah); Natal adalah Dia di dalam aku dan aku di dalam Dia. Selamat menyambut hari Natal, semoga kita makin disegarkan untuk mengerti kedatangan Kristus ke dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar