Senin, 08 Desember 2008

Menanti Hari Tuhan

Ketika adik bungsu saya meli dilamar keluarga Napituplu, saya sangat gamang sampai tiba hari H. Saya mengalami perasaan ini, karena dia menjadi tanggung jawab saya yang kebetulan tinggal bersama saya di surabaya. Tapi kegamangan saya tidak membuat saya menjadi pasif, sebaliknya saya mengisi penantian saya dengan mempersiapkan satu demi satu kebutuhan untuk pesta terssebut, hingga hari itu tiba. Seperti merancang desain undangan bersama meli, memilih baju pengantin dan seragam (kebiasaan orang Indonesia di zaman orba, suka uniform) keluarga, menyusun pengundang, menghubungi kelompok saudara laki-laki dari nenek , ibu dan kakak ipar saya, yang dalam masyarakat batak disebut ‘horong hulahula’, dan mempersiapkan apa menu waktu membicarakan mahar dan mencari ikan mas sampai ke Magelang. Huaw....Pekerjaan yang kelihatannya ringan tapi cukup membuatku lelah. Namun ketika pesta pernikahan itu usai tanggal 6 desember yang lewat dengan baik, yang paling gembira adalah saya, karena merasa pekerjaanku tidak sia-sia. Penantianku selama tujuh bulan seperti tujuh hari karena nikmat satu hari yang membuat jiwaku berbahagia. Dan pengalaman ini menjadi sangat penting ketika kemarin (7 des) saya khotbah mengenai penantian akan hari Tuhan. Menanti datangnya Tuhan tidak pasif, tetapi aktif melakukan pekerjaan yang baik, karena dengan aktif kita mempercepat datangnya Hari Tuhan. Dengan bergerak cepat menuju langit dan bumi yang baru, hari Tuhan akan tiba dengan cepat. pernikahan yang berjalan dengan baik saja membuat sukacitaku sungguh luar biasa, apalagi jika hari Tuhan tiba, dan Dia mendapatiku tidak bercacat dan tidak bernoda, hidup dalam kebenaran dan damai, bukan sukacita akan semakin sempurna menuju langit dan bumi yang baru? maka marilah kita mengisi hidup kita dengan yang baik dan benar dalam menanti kedatanganNya yang kedua. Selamat advent, selamat menanti hari datangnya Tuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar