Rabu, 31 Maret 2010

Lukas 23, 26-32

‘Salib: Ambil Bagian dalam Karya Keselamatan’
1. Secara tipikal, cuaca Palestina panas dan kering. Walaupun matahari pagi sangat menggigit kulit ketika sedang berjalan di bawa sinar matahari dan akan menembus langsung kulit, saat melintasi daerah itu. Berjalan di terik matahari, akan menguras banyak tenaga, di samping mengalami dahaga. Yesus yang memikul salib dari ruang sidang menuju bukit Golgata sangat kelelahhan dan mengeringkan tenggorokan, sehingga mengurangi kekuatan memikul salib, di mana salibNya juga sangat berat. Dia jatuh, kelelahan. Hal ini menjadi perhatian tentara Romawi, sehingga ketika mereka melihat seorang yang bernama Simon, yang datang dari Kirene di Afrika Utara, untuk merayakan Paskah di Yerusalem, dia ditahan (bhs Batak disoro = dipaksa, ditekan) dengan menaruh salib Yesus, di atas bahunya untuk dipikul sambil mengikuti Yesus. Ada banyak orang yang mengikuti, tetapi simon menjadi pilihan untuk mempercepat saat penyaliban sekaligus meringankan Yesus yang kelelahan.
2. Simon dari Kirene dipilih bukan kebetulan karena dia ada di sana, tetapi Tuhan sudah merancang dia menjadi bagian dari penderitaanNya. Dia dipilih untuk menyatakan bahwa yang tidak diperhitungkan oleh manusia (berasal dari Afrika Utara; mungkin budak dan berkulit hitam, atau orang Yahudi yang merantau sehingga dianggap sebagai kelas bawah), dipakai Tuhan untuk mewujudkan rencanaNya. Pilihan Tuhan terhadap seseorang merupakan indikasi bahwa Tuhan mampu dan berkuasa atas diri manusia, sebab manusia adalah ciptaanNya dan Dia lah pencipta segala sesuatu. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Yesus dikalahkan oleh penguasa? Mengapa Yesus kalah oleh orang yang diciptaNya?
3. Ketika hukum dibuat untuk kepentingan penguasa, maka hukum itu akan diinjak-injak. Secara hukum, Yesus benar. Pilatus, sebagai ahli hukum tidak menemukan kesalahan padaNya, tetapi Dia dihukum. Ada mafia pradilan untuk menjebak Yesus, ada penggunaan kekuasaan secara sewenang-wenang, sehingga kebenaran kabur. Kebenaran diganti oleh uang dan kekuasaan. Kondisi seperti ini membuat banyak rakyat miskin/kecil menderita. Walau mereka benar, namun karena tidak sanggup, mereka menjadi korban kekuasaanan. Yesus bukan kalah, Yesus bukan tidak mampu. Dengan satu firman, Dia dapat menghancurkan pengadilan tersebut (bnd. Yoh 18, 4-6), tetapi Dia tidak melakukan, sebab Dia harus tersalib. Dia menderita, supaya ketidakmampuan kita, diteguhkan. Dia memikul salib dikawal tentara dengan barisan yang membawa plakat yang menyatakan kesalahanNya yang bertuliskan INRI. Kuasa itu juga yang dipakai untuk menahan Simon, yang tidak tahu menahu dengan persoalan yang terjadi. Kuasa Romawi yang menduduki Palestina, di mana kekuasaan itu dapat dipaksa untuk kepentingan penguasa.
4. Mengapa Salib? Salib adalah lambang penderitaan, maka salib Yesus hendak memperjelas, bahwa terjadi ketidakbenaran yang berakibat penderitaan. Maka jika kita memajangkan salib di dinding rumah, atau tergantung di leher dan telinga kita, itu bukan sekedar assesoris, bukan supaya orang tahu bahwa kita pengikut Kristus yang disalib, tapi lebih dari itu, bahwa salib itu mengingatkan kita bahwa kebenaran harus ditegakkan, penderitaan harus dilewati. Salib, di mana Allah bertindak secara misterius untuk menunjukkan keajaiban.
5. Ketika flim ‘The Passion of the Christ’, yang disutradarai Mel Gibson ditayangkan, tontonan ini, membuat banyak orang menangis melihat penderitaan Yesus. Banyak penonton yang menguras air mata karena cambuk dari besi yang tajam digunakan mencambuk tubuh Yesus. Air mata itu, adalah air mata para perempuan yang mengikuti perjalanan salib Yesus. Air mata Maria, ibu yang melahirkanNya. Tidak ada suara perempuan yang menentang kesewenang-wenangan kekuasaan dan ketidakadilan, hanya tangisan bentuk perlawanan mereka, bahwa itu bukan kesalahan Yesus. Air mata itu adalah air mata untuk penderitaan Yesus.
6. Di tengah derita yang dialami Yesus, dia mengingatkan perempuan itu, mengingatkan kita, supaya jangan derita Yesus yang ditangisi. Yesus adalah korban dan Dia siap untuk itu. Yesus dikorbankan karena dosa manusia, maka Yesus berkata: ‘dirimu dan anak-anak’ : ‘dosamu dan dosa anak-anakmu’ yang harus ditangisi. Kadang-kadang kita hanyut pada penderitaan Yesus, tetapi kita tidak menyadari bahwa dosa kitalah yang ditanggungnya.
7. Yesus juga memilih perempuan yang mandul, yang tidak pernah menyusui sebagai orang yang lebih berbahagia. Bagi Yahudi, perempuan mandul adalah hal yang memalukan, maka perempuan seperti ini bisa diceraikan suami, tetapi Yesus memilih perempuan mandul, untuk menyatakan, bahwa deritaNya sebagai anak telah menekan dan melukai hati Maria, ibuNya. Maria yang tidak dapat bertindak untuk membebaskanNya dari derita. Maria yang hanya bisa menangis dan menyiksa diri karena penderitaan anakNya.
8. Seorang ibu yang anaknya meninggal setahun yang lalu, berkata kepada saya, ‘mengapa saya sulit sekali melupakannya? Mengapa saya belum pulih dengan kematiannya? Mungkin saya berbeda kalau kehilangan suami, karena saya seorang ibu, yang melahirkan dia dari rahimku, dia adalah bagian tubuhku. Dia anak yang diambil dari daging-dagingku, gumpalan darahku yang menjadi janin, sehingga kematiannya sangat menyanyat hati, karena sebahagian tubuhku telah mati’. Demikianlah, pemikiran dan perasaan ibu terhadap anak-anak mereka, maka ketika tahun 70, ketika orang Yahudi mengalami kesengsaraan, para ibu banyak yang menderita, atau saat bencana menimbun anak-anak, maka ibu yang mandul akan semakin sedikit menangis.
9. Menangislah, tapi bukan atas apa yang dialami Yesus, walaupun sengsaranya memilukan hati, menangislah untuk diri kita dan anak-anak kita. Fokus dari tangisan kita, adalah dosa-dosa kita, supaya melalui pengenalan diri, kita semakin diperbaharui untuk lebih bertindak benar dan baik dalam menjalani kehidupan. Yesus hendak berkata, supaya kita menyimpan air mata kita untuk diri kita dan anak-anak kita, sebab banyak penderitaan yang akan kita alami di dunia ini, oleh anak-anak kita yang semakin sulit menerima ajaran Kristus, terlibat narkoba, ikut arus zaman yang menyenangkan diri mereka. Untuk derita-derita itulah kita menangis.
10. Kita tidak dapat mengandalkan diri kita. Ketika kita diperhadapkan pada kekuasaan kita tidak bisa bertindak. Bila kekuasaan bisa berlaku sewenang-wenang, terhadap kayu hidup dengan kondisi yang baik, hasil dari berkat Tuhan, apalagi pada kayu yang mati, dengan kondisi yang buruk, hasil dari penghukuman? Bila Kepada Yesus yang baik, yang memeberi makan yang lapar, menyembuhkan yang sakit, mengampuni dosa orang yang bersalah dan membangkitkan orang mati, bisa terjadi ketidakbenaran, apalagi bagi pengikutNya? Kita tidak perlu terkejut dengan pembakaran gereja, penganiayaan terhadap orang percaya, atau jabatan yang tidak dapat kita duduki walau kita sudah tepat untuk itu, karena mempercayai Yesus Kristus. Kesulitan secara sistemik sudah terjadi bagi orang Kristen, namun teruslah pikul salibmu, sambil mengikut Yesus, seperti Simon dari Kirene.
11. Simon dari Kirene memberi keteladanan. Dia tidak lari dari persoalan yang dilimpahkan padanya. Sebaliknya dia menolong yang mengalami kesusahan, membantu yang menderita. Artinya, banyaknya kesusahan di dunia ini, bencana alam di mana-mana, menjadi panggilan bagi kita untuk ikut menolong mereka dari kesusahan yang mereka alami. Simon ikut ke Golgata, tempat tengkorak, di mana Yesus berkarya menolong hidup kita, maka marilah kita yang mengikut Yesus, memikul salib, mengulurkan pertolongan bagi mereka yang kesusahan. Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk ambil bagian dalam penyelamatan, sebagaimana Simon ikut memikul salibNya.
12. Hidup dan mati kita hanya sekali, maka pilihlah mati bersama Yesus, walaupun harus menjalani derita di dunia ini, sebab mati terhormat dengan tidak menjual keyakinan, prinsip, hati nurani dan tidak menjual diri lebih indah dibanding mati dengan kelimpahan kuasa, harta dan jabatan, tetapi menjual iman percaya kita. Hidup itu berharga, tapi bila salib datang, maka kita harus memikul, bukan menentengnya, karena salib tidak bergagang. Memikul salib itu sulit, tapi itu akan membuat kita semakin kuat dan dewasa, tidak mudah jatuh dan setia melakukan kebaikan.
13. Bersama Yesus kita akan memakukan semua dosa-dosa kita, seperti dua orang lain yang ada di kiri kanan Yesus. Keduanya mewakili kita orang berdosa, dan Yesus mengambil semua derita mereka, dengan salib yang dipikulNya. Perjalanan salib Yesus dengan penderitaan yang dialami, adalah kehidupan bagi kita, maka ketika salib kita rayakan, itulah saat bagi kita memakukan segala dosa kita untuk diperbaharui semakin baik dan teguh dalam iman. Dua orang yang berdosa di samping Yesus, adalah yang diselamatkan oleh Yesus yang benar menjadi berdosa untuk mereka dan kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar