Kamis, 25 Maret 2010

"Ya Bapa, ke dalam tanganMu, kuserahkan nyawaKu!'

1. Mengenang penderitaan Yesus di kayu salib, pada minggu passion ini, kita akan memasuki peristiwa di mana Yesus menyerahkan hidupNya pada Bapa. Salah satu perkataan terakhir Yesus di salib dalam Lukas 23, 46 : Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Mengajak kita untuk setia paaNya dalam suka maupun duka. Perkataan ini telah memberi kita kekuatan Iman untuk bertahan dan kuat dalam kesulitan dan tantangan yang kita hadapi!

2. Mengingatkan kembali pemaham kita akan peristiwa itu, mungkin kita boleh menghadirkan kembali ringkasan flim yang pernah kita tonton ‘The Passion of the Christ’, yang disutradarai oleh Mel Gibson. Film yang menceriterakan penderitaan Tuhan Yesus secara amat dashyat dan sangat mengerikan. Dia dicambuk dengan cambuk yang ujungnya besi tajam, benda yang menghancurkan dan merobek tubuh Tuhan yang suci dan kudus. TubuhNya yang luka terinfeksi karena kena ludah, di mana didalamnya ada ribuan bakteri yang menambah luka itu makin nyeri. Pemandangan itu sangat memilukan dan menyanyat hati. Akan tetapi, Tuhan yang tidak bersalah, menanggung derita itu, dengan tabah dan tekun sampai mati di kayu salib. Petrus membahasakannya (1 Petrus 2, 24): ‘Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh’.

3. Buku "The Passion of Christ" karya Martin R. De Haan II juga menulis delapan renungan singkat seputar sengsara Kristus. Tulisan yang mengajak pembaca merenungkan saat-saat sengsara Kristus menjelang kematian-Nya. Tulisan yang membuat pembaca meneteskan air mata, jauh lebih dalam jika ditayangkan di flim. Tuhan semesta alam mengalami penderitaan. Dia kritis, nafasnya tidak normal karena derita yang dialami, jantungnya membengkak sampai kehilangan kesadaran. Dia sangat kesakitan, tetapi dalam ketidaksadaran itu, Dia menyerahkan nyawaNya kepada Bapa. Kemampuan itu terjadi karena semasa hidupNya, Dia dipenuhi Firman Tuhan, maka ketika kesadaran hilang, Dia dapat meneyrahkan hidupNya pada Tuhan. Renungan-renungan dalam buku ini dapat membawa hati kita tidak hanya pada rasa takjub yang penuh haru, tetapi juga rasa syukur di sepanjang hidup kita.

4. Terkadang ada orang yang tidak nyaman membicarakan pengorbanan Yesus, terutama gambaran yang begitu detail tentang penyiksaan atau penyaliban yang Dia jalani. Namun sebagai manusia yang lemah, kita perlu memahami dan menghargai pengorbanan dan penderitaan Yesus, yang sukarela Dia lakukan untuk semua generasi. Maksudnya, agar kita mengetahui bahwa tujuan semua penyaliban itu untuk kepentingan kita, karena dosa kita, maka kita perlu Memasuki dan memahami makna Jumat Agung.

5. Peristiwa Salib, mengajak kita secara serius merenungkan penderitaan Yesus. Dia mau menanggung semua derita, karena kasih-Nya yang begitu besar pada dunia ini. Dia rela menanggung derita, agar kita bisa keluar dari cengkeraman kuasa dosa. Dia mau mati, supaya kita hidup. Dia memperdamaikan kita kepada Allah, supaya kita dan dipersatukan kembali dengan Allah Bapa di Surga.

6. Ketaatan Yesus pada Bapa membuat Dia menanggung derita. Seandainya Dia mau, Dia bisa menolak. Dia bisa menghancurkan dan membunuh para prajurit yang mau menangkap-Nya hanya dengan sepatah kata, karena firmanNya berkuasa. Hal itu nyata dari dialog Yesus dengan prajurit yang mencariNya untuk didakwa sebagai orang yang bersalah. Mereka semua mundur dan jatuh ke tanah ketika dia mengatakan, "Akulah Dia." (Yoh. 18, 4-6).Tetapi itu tidak dilakukanNya. Dia masuki hadirat Allah, Dia tunduk pada rancangan Allah untuk keselamatan dunia ini. Yesus tidak menggunakan kuasa yang ada padaNya melindungi Diri-Nya. Dia rela menjadi manusia yang tak berdaya, lemah, rapuh dan membiarkan Diri-Nya ditangkap, dibelenggu dan disiksa oleh tangan-tangan manusia yang kejam karena kasih-Nya yang dalam bagi dunia. Dia tidak memakai kuasa yang dimiliki untuk lari dari masalah yang dihadapiNya.

7. Penderitaan Yesus, sekaligus mengajar kita untuk juga siap, tabah, kuat dan berani menghadapi segala penderitaan. Yesus telah memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam derita dan kematian. Kita pun orang Kristen mestinya tak mudah berputus asa atau mengeluh, tetapi mempunyai kekuatan Iman menghadapi kesulitan.

8. Dalam kehidupan dan pekerjaan kita, tentu ada berbagai pergumulan yang kita alami, sebagai umat percaya. Kita dituntut untuk cermat dalam pekerjaan kita, kita dituntut untuk meningkatkan kinerja di instansi atau perusahaan di mana kita bekerja, meningkatkan laba. Dipaksa kerja untuk terus eksis. Kita bekerja keras, tetapi tidak mendapat promosi, sebagaimana pernah dialami seseorang yang telah lulus menjadi dirjen, tapi dicoret namanya hanya karena dia seorang kristen. Kita mengeluh sebagai karyawan yang dipersalahkan atas turunnya laba, padahal merasa bekerja para pegawai sebagai bawahan, sesuai yang diperintahkan para pimpinan. Ada juga yang merasakan bagaimana dia bekerja, kayak orang edan yang tidak kenal waktu. Sabtu Minggu masih masuk, kerja sampai larut. Rapat malam-malam. Semua turun ke jalan untuk jualan, dan seterusnya. Yang kadang-kadang keluarga menjadi terlupakan. Kita juga bekerja keras untuk anak-istri/suami, tetapi kita terluka oleh laku mereka.
- Apapun keluhan yang kita alami, yang membebani kita sebagai pekerja, sebagai anggota keluarga dan masyarakat, mari kita serahkan semua hidup kita ke dalam tangan Bapa, sebab masalah-masalah yang kita alami tidak dapat kita atasi dengan kekuatan kita, bahkan Yesus di tengah derita yang dialami, Dia menyerahkan hidupNya pada Bapa.

9. Dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, salib harus melekat dalam diri kita, sehingga orang Kristen mau berkorban untuk gereja, keluarga, masyarakat, negara, bangsa bahkan dunia. Dengan memikul salib, kebahagiaan orang kristen dengan berbuat baik terhadap sesama terus mengalir. Penderitaan tidak membuat orang yang diselamatkan berhenti berbuat baik, tetapi semakin tunduk dan patuh pada kehendak Tuhan, sebagimana dilakoni seorang ibu yang mempunyai pohon persik yang mengenaskan untuk dipandang, di pekarangan rumahnya. Pohon yang menghasilkan sedikit daun dan bunga pada musim semi, dan tak pernah berbuah sampai matang. Suatu ketika pemilik rumah hendak menebang pohon itu, namun tetangga sebelahnya yang suka bertengkar dan bergosip, suka membuat tetangganya marah, memohon untuk tidak menebang pohon itu, karena pohon itu menjadi pelindung bagi mereka saat matahari memancarkan sinarnya yang terik. Pohon itu mereka butuhkan karena melindungi mereka pada terik matahari lewat jendela yang bersebelahan dengan pohon itu. Sebenarnya pemilik pohon itu dengan mudah boleh balas dendam atas sifat yang tidak baik dari tetangga itu, namun sebagai orang kristen, dia tidak menebang pohonnya. Putri pemilik pohon itu menyaksikan, pada musim semi berikutnya pohon itu menghasilkan daun hijau yang rindang dan segar, dan bunga berubah menjadi buah yang matang, masih dan segar. Ibunya memanen pohon persik untuk pertama kalinya, membagi ke semua tetangga, bahkan mengalengkan buah itu untuk tahun berikutnya. Namun ketika tetangganya pindah, pohon itu kembali kepada habitusnya, pohon yang mengenaskan. Putri pemilik pohon persik itu menyimpulkan bahwa kebaikan yang konsisten di tengah ketidakbaikan akan bersinar dan menghasilkan buah yang manis pula.

10. Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus untuk dunia. Dia rela mati di kayu salib untuk menebus kejahatan manusia. Dia memancarkan kebaikanNya di tengah ketidakbaikan kita. Kehidupan manusia yang semakin egois, tidak peduli dengan sesama, diambil. Oleh karena itu, melalui peringatan Passion ini, kita anak-anak Tuhan supaya berbagi dengan sesama, memikul salib, mengikut Yesus,

11. Tidak seorang pun yang ingin menderita. Yesus juga tidak mencari penderitaan, bahkan Dia berkata: ‘jika bisa, lalukanlah cawan ini dariKu!’ namum bila penderitaan itu datang, pantang Ia lari. Bila penderitaan memang adalah harga yang harus Ia bayar untuk hidup yang berarti, itu pula yang akan dibayarNya. Maka bila kita mengalami penderitaan, jangan lari, tapi serahkan semuanya kepada Tuhan, katakan: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu, kuserahkan hidupku!’ Amin.

Selamat memasuki jumat Agung, memasuki penderitaan Yesus Kristus, Tuhan kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar