Selasa, 23 Maret 2010

Tuhan sumber segala Penghiburan

Renungan dan hasil pergumulan jemaat Tuhan yang diilhami tulisan dan kesaksian orang percaya.

- Yeremia 17,14 Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku! Debbie Debora Catherina Maringka atau Debbie Wantah, yang telah beristrirahat, setelah sejak tahun 2002, dia berjuang melawan penyakit ‘ovarian cancer’. Dengan hati yang tegar, ia dapat menerima bahwa penyakitnya itu secara manusiawi tidak dapat ia hadapi untuk lebih lama lagi tapi secara iman ia telah menang. Kanker tak dapat memisahkan ia dari kasih akan Tuhan Yesus. Walau fisiknya tidak mendapat kesembuhan, tetapi kanker yang dideritanya, tidak membuatnya undur dari imannya. Ia menjadi berkat bagi orang lain hingga saat-saat akhir hidupnya bahkan setelah ia dikuburkan. Iman, pengharapan dan kasihnya kepada Tuhan tetap akan menjadi berkat bagi orang yang mengenalnya. Ia telah menerima kesembuhan dan keselamatan kekal karena dia mati di dalam Tuhan Yesus yang diimaninya.
- Nabi Yeremia dalam pergumulannya yang dialami, berdoa kepada Tuhan untuk disembuhkan dan diselamatkan. Syair ini merupakan salah satu pengakuan Yeremia. Dia meminta kesembuhan dan keselamatan, sekaligus memuja Tuhan dan mempercayaiNya. Imannya kepada Tuhan menjawab doanya dengan berkata maka aku sembuh, maka aku selamat. Mengapa Yeremia mampu menjawab doa dan harapannya? Karena dia tahu, Tuhan adalah kepujianku! Ketika Tuhan menjadi kepujian bagi kita, kita akan tahu bahwa Tuhan akan memberi jawaban indah atas doa permohonan kita. Kita akan memasuki hadirat Tuhan, melewati tirai yang begitu tebal. Debbi Wantah juga mengalami keselamatan dalam Tuhan karena mati dalam Tuhan yang diimani.
- Seorang penulis renungan harian kristen yang mendapat banyak berkat rohani dan membaginya lewat pendalam alkitab, suatu hari berhenti menulis karena anak perempuannya berumur 17 tahun meninggal dalam kecelakaan mobil. Saat menyaksikan pemakaman putrinya, dia kehilangan pengetahuan tentang Allah, tentang surga dan kasih setian Tuhan atas kehidupan mereka. Lama dia berhenti menulis. Kata-kata yang selama ini dia gunakan menopang orang lain sulit dia temukan untuk mengangkatnya dari dukacita dan penderitaan. Dia membutuhkan tangan Tuhan, membutuhkan komunitas kristiani menumbuhkan harapannya. Dukungan dan doa saudara-saudaranya membangkitkan semangatnya untuk menulis dan mendalami alkitab kembali, sampai dia memasuki tulisan Rasul Paulus dalam 2 Kor 1, 3, yg mengatakan ‘Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan’ Dia disembuhkan oleh Allah yang selalu hadir dalam kesulitan dan penderitaan kita, memberi penghiburan atas dukacita kita.
- Raja Daud juga mengalami dukacita dalam 2 Samuel 18, 33 yang menerima kabar baik, atas keadilan Allah yang menyerahkan musuhnya ke tangannya, namun secara tak terduga mengalami dukacita putranya Absalom, mati dalam perang. Dia meratapi putranya, berkerudung kesedihan, bahkan berkata, seandainya aku menggantikanmu untuk kematian itu. Dia punya harapan yang luar biasa atas putranya, tapi dia diperhadapkan pada kenyataan bahwa putranya telah tiada. Di waktu lain juga, putranya dari Betsyeba juga mati ketika bayi. Dia meratapinya, karena ia kehilangan putra mahkota. Namun setelah pemakaman, dia mandi, dia masuk pada pengampunan Tuhan dalam hidupnya sehingga boleh bergembira, sebab Tuhan mengganti ratap tangis dengan kegirangan.
- Terkadang timbul pertanyaan, Apakah Tuhan bertindak tidak adil dengan peristiwa kematian yang terjadi? Apakah Tuhan meninggalkan kita? Jika kita menderita karena sebuah kekuatan di luar diri kita, kita perlu mengasah kepekaan untuk menangkap maknanya dalam kehidupan ini. Penderitaan bukan pertanda ketidakhadiran atau ketidakpedulian Tuhan. Jika kita tidak merasakan kehangatan sinar mentari, itu sama sekali tidak berarti kekuatan matahari sudah berkurang. Awan dan hujan adalah kebutuhan kita juga. Di saat-saat semua tidak berjalan seperti kita harapkan, itu bukan pertanda kealpaan kuasa dan penyertaan Allah. Ia mengajar kita melihat karya dan pertolonganNya secara baru.
- Kita tidak dapat menduga apa yang terjadi dalam hidup kita. Kejadian yang tidak kita duga membuat kita harus terus mempercayai Tuhan, mengandalkan dia, dan mengisi hidup dengan sukacita dan pengharapan. Dalam Yakobus 4,14 dikatakan: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” Hanya sementara, maka mari kita mengisi kesementaraan dengan mengimani tindakan Tuhan, meski terkadang yang terjadi sesuatu di luar logika kita, yang sulit diterima akal. Kita terpanggil untuk tetap bertahan di tengah krisis yang terjadi.
- Ada kalanya kita tidak mengerti akan kenyataan yang kita alami atau kita saksikan dialami oleh orang lain. Dalam sebuah kesaksian seorang ayah yang telah merawat dan membesarkan anaknya. Setelah remaja, anak itu meninggal, dia marah kepada Allah. Dia menggugat Allah. Dia berkata, ‘kalau toh, Tuhan harus mengambilnya, mengapa Kau memberinya padaku, membiarkan aku mendidik, membesarkan, memiliki dan mengasihinya? Tuhan, engkau tidak adil. Sering sekali kita kehilangan sensifitas dalam memaknai keadilan Allah, sehingga kita mempertanyakan tindakanNya. Namun kita harus ingat apa yang dikatakan Khalil Gibran bahwa anak adalag titipan Tuhan, bukan pemilik, maka tugas orang tua, memelihara, merawat dan mengasihi untuk dipertanggung jawabkan, ketika ia kepada pemilik kita tidak akan menggugat Allah, tetapi memuji Tuhan seperti Ayub.
- Kita tahu, bahwa Ayub adalah seorang yang luar biasa memaknai kasih Tuhan ketika mengalami dukacita. Dia kehilangan semua hartanya dan ke-10 putra/i meninggal ditimpa angin puting beliung dari 4 penjuru mata angin. Dia dapat menerima kejadian itu sebagai bagian dari kehidupan manusia, walaupun setelah kematian anak-anaknya, dia menjadi kehilangan kekuatan. Dia mengoyak jubahnya, mencukur rambutnya, sujud dan menyembah dan berkata katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (1,21). Ini kesimpulan dari kedasyatan yang dialaminya, sehingga dia bisa kuat dan tenang melawan semua godaan yang mengajak dia meninggalkan Tuhan. Kesimpulan dari penderitaanNya adalah memuji Tuhan, karena Tuhan punya rencana yang indah dibalik semua peristiwa yang dialami manusia. Seperti Abaraham yang melangkah dengan pasti menuju masa depannya, karena Dia tahu, Tuhan tidak akan mencelakakannya, Tuhan telah mempersiapkan segala yang dia perlukan, termasuk domba sebagai pengganti Ishak (Kej 22,13) menjadi korban bakaran. Tuhan merancang masa depan yang penuh harapan bagi orang percaya padanya (Yeremia 29,11).
- Di tengah aneka pertanyaan yang mungkin memenuhi benak kita, mari kita lihat semua peristiwa kehidupan dalam kerangka kasih sayang Tuhan. Jika kita menderita bukan karena kesalahan kita, kita perlu bersabar sambil terus berseru minta tolong kepada Tuhan. Jika kita menderita karena kesalahan kita, kita harus kembali. Kita harus berubah, sambil tetap berseru meminta pertolongan Tuhan. Allah yang mendengar teriakan minta tolong umat Israel karena penindasan di Mesir (Kel 3:7) maupun penderitaan karena kekerasan hati mereka (Nehemia 9:27) adalah Allah yang sama, yang mendengar seruan kita hingga hari ini.
Terakhir, seorang guru menyaksikan tentang muridnya yang gagap yang setiap malam pesta tahunan selalu berperan sebagai mb (manusia bisu), suatu waktu meminta kepada sang guru supaya diberi peran sebagai mb, bukan manusia biu tapi manusia berbicara. Guru itu tidak tahu peran apa yang harus diberika padanya, sampai dia menemukan ide untuk memberinya kesempatan membaca puisi. Guru mencari puisi yang mudah dicerna dan diucapkan sang murid, namun tidak menemukannya. Akhir dia menciptakan sebuah puisi yang mudah dengan mengusahan huruf yang sulit diucapkan. Lalu dengan giat si murid berlatih dengan gurunya. Pada malam pesta sekolah, ketika pembawa acar mencurigai dia tidak mampu, dia membacakan puisi dengan penyampaian yang baik. Peristiwa ini sangat menakjubkan semua penonton yang sudah mengenalnya sebagai pemeran mb (manusia bisu). Hal yang kita lihat adalah, jika kita keluar dari masalah yang kita hadapi, kita memfokuskan pandangan kita pada salib Kristus, maka kita akan menang melewati penderitaan itu, kita akan bersuka cita di bali derita yang kita alami, sebab Tuhan hadir di saat kita terluka, dia menopang dan menolong kita (Mzm 54,6).
Peristiwa-peristiwa bersama dengan Tuhan memampukan kita bisa mengatakan bahwa Allah tidak berubah. Dia tetaplah Bapa surgawi yang penuh kasih, "Allah sumber segala penghiburan" (2 kor 1,3). Dia tetap Allah yang menjadi sumber harapan saat menghadapi dukacita yang tak terduga. Dia akan menyembuhkan luka-luka kita dan memberi keselamatan bagi jiwa kita, karena Dialah kepujian kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar