Jumat, 12 Februari 2010

1 Timoteus 3, 1-7

Menjadi Teladan dalam Karakter

1. Menjadi teladan merupakan kebutuhan di tengah kehidupan manusia, baik seorang anak terhadap orangtuanya, masyarakat kepada pemerintah dan jemaat kepada pemimpin gereja. Maka, ketika ada seorang pendeta melakukan pelecehan sex, secara otomatis ‘citra’ pendeta di mata jemaat berkurang, karena tindakan personal ini, dilihat sebagai tindakan general. Hal ini terjadi, karena seorang pemimpin Gereja adalah yang diangkat dari kelompok penatua menjadi pemimpin di kelompok itu. Di HKBP disebut sebagai ‘uluan ni Huria’. (dari kata presbuteros = uskup secara jabatan dan episkopos = penilik; mengawasi dalam tugas). Jadi dalam alkitab dua kata ini sekaligus digunaka untuk jabatan dan tugasnya di tengah gereja.
2. Pemimpin ini diangkat dan ditetapkan di depan jemaat dalam kerangka menegaskan bahwa jabatan dan tugas mereka bukan rahasia, tapi terbuka untuk diketahui semua orang. Untuk menjadi seorang pemimpin harus mengikuti jalur tertentu, dari calon (Pendeta, Guru Huria, Bibelvrow, diakones dan Sintua). Setelah mengikut masa pencalon dan ujian-ujian baru mereka disahkan menjadi penilik karena tugas mereka bukan untuk dirinya, tapi bagi jemaat Tuhan.
3. Memimpin dalam melakukan tugas di tengah gereja adalah panggilan surgawi, karena tugas ini bukan dipertanggung-jawabkan kepada manusia, bukan ditentukan manusia, tetapi dipertanggujawabkan kepada Allah dan melakukan pekerjaan sesuai dengan ‘poda tohonan’ masing-masing pekerja. Pemimpin gereja mempunyai tugas ganda menjadi pemimpin dan pelayan secara bersamaan. Pemimpin jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan dan melayani jemaat itu, sehingga tidak ada yang tersesat. Oleh karena itu seorang penilik diharapkan mempunyai integritas, berkarakter dan kredibel di dalam iman. Maka, pilihlah pemimpin yang sudah tangguh, matang dan berkarakter, jangan yang baru, supaya tindakannya tidak sombong, arogan dan menganggap rendah yang dipimpin.
4. Saya punya pengalaman dengan banyak pendeta resort yang muda dan melayani di perkotaan. Dia menunjukkan sikap seperti pejabat, ‘kurang rendah hati’ dalam sikap dan bicara. Saya mengatakan dalam hati, ‘inilah karakter pelayan Allah yang terlalu cepat di angkat memimpin di resort’, sikap pejabat, tapi kurang kinerja, sebab ternyata orang muda di perkotaan banyak jajan di luar HKBP, karena perut mereka terus lapar. Maka ketika Yohanes dan Yakobus berharap posisi yang strategis, Yesus berkata, itu bukan hakKu, tapi tunjukka kinerja yang dapat mengangkatmu ke posisi tersebut. Artinya menjadi penilik atau menjabat di tengah gereja harapan orang adalah kinerja. Maka jemaat melihat pendeta resort lebih tinggi statusnya dari pendeta huria. Pendeta resort lebih layak dihormati dari pendeta huria, walau dalam hal kerja pendeta huria lebih berkarakter. Maka ketika ada seseorang memberi bantuan kepada pendeta di satu distrik tertentu, yang membagi membuat klasifikasi antara pendeta dengan pendeta diperbantukan, karena jabatan dilihat sebagai prestasi dan kelebihan. Maka menjadi pemimpin dalam perikope ini diharapkan yang sudang matang dan tangguh bukan yang baru bertobat, supaya tidak sombong karena menganggap diri penting, (ay 6).
5. bisa saja ada beberapa penilik yang menyimpang dari panggilannya. Dia bekerja untuk menyenangkan hati manusia, sehingga dia melakukan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai manusia. Rich Warren dalam buku God’s answer to life’s difficult question menjelaskan bahwa pekerjaan pelayan Tuhan bukan menyenangkan hati manusia, jika hati si A dibuat senang, maka si B akan menuntut hal yang sama, maka kita tidak bisa menuruti semua kemauan jemaat yang kita pimpin. Maka pelayan gereja bekerjalah untuk menyenangkan hati Allah, karena dengan melakukan itu, pelayanan akan berjalan sesuai kehendak Allah. Mungkin ketika kita melakukan apa yang menyenangkan hati Allah, bisa saja jemaat setuju, atau bisa juga tidak setuju dan memusuhi kita, tapi setiap penilik jemaat yang menyenangkan hati Allah, akan berkarakter yang baik, menjadi teladan bagi jemaatnya.
6. Gereja mula-mula mengetahui beratnya hidup seorang pemimpin jemaat. Dia dituntut untuk waspada dan menjaga diri dari kehidupan duniawi. Pemimpin jemaat tinggal di dunia, tapi diharapkan berbeda dengan dunia. Tidak mempunyai istri/suami lebih dari satu, tidak peminum, pemarah, dan bukan hamba uang. Karena pekerjaan pemimpin jemaat tidak aktual ketika khotbah itu tidak dilakukan dalam kehdupan keseharian, maka pemimpin harus bijaksana, ramah, pendamai dan suka berbelas kasih. Persoalan yang sering muncul adalah pembelaan diri bahwa pendeta juga manusia, pendeta juga punya perut, punya anak dan punya ambisi. Semua itu benar, tetapi ketika gereja tidak mencukupi kebuthan peniliknya, janganlah membenarkan tindakan suap dan korupsi, tetapi bijaksanalah seperti Rasul Paulus yang membuka usaha tukanng dan dagang, sehingga tidak menjadi beban bagi jemaat, dan membuat dia menjadi kuat dalam menasihati. Bagaimana mungkin jemaat percaya pada Tuhan yang kaya sesuai dengan khotbah para pendetanya, jika pendeta itu dari pintu ke pintu jemaat mengeluh tentang kemiskinan dan kebutuhannya? Bagaimana mungkin jemaat menghormati perkawinannya, jika pemimpinnya berpoligami/poliandri? Bagaimana mungkin jemaat melihat Yesus yang lemah lembut, kalau pemimpin hanya untuk mempersoalkan hal kecil bisa marah dan memaki?
7. Karakter seorang pemimpin ditentukan oleh hidup dan pergaulannya dengan Allah. Bila pemimpin itu hidup seturut dengan kemauang Allah, maka akan nampak dalam sikap hidupnya, tetapi orang yang hidup dengan pikran-pikirannya akan menuntut orang berkarakter, tetapi sang pemimpin tidak menunjukkan karakter pemimpin di dalam Tuhan Yesus.
8. Pemimpin mempunyai ruang lingkup yang luas dalam pelayanan, dimulai dari rumah tangga, gereja dan masyarakat. Untuk melakukan semua tugas ini hiduplah dengan rendah hati seperti Musa. Dia mau menerima petunjuk dan petuah dari mertuanya Yitro. Dia sadar keterbatasannya sebagai manusia, maka untuk tidak jatuh ke berbagai pencobaan, dia masuki ketidakterbatasan Allah dengan memandang semua umatNya sebagai ciptaan Tuhan, sehingga mau brbagi tugas, karena Tuhan memberi talenta kepada semua orang. Penyatuan semua talenta dari umat akan mencapai kesempurnaan pelayanan, karena Kristus Raja Gereja memberi Roh kebijaksanaan dan pengendalian diri.
9. Menjadi pemimpin kristen adalah pemimpin yang dihormati semua orang, karena itu, seorang pemimpin kristen harus menjada diri untuk tetap kudus seperti Kristus yang mengutusnya. Tidak bercacat, suami/istri dari satu orang, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah, melainkan peramah, pendamai dan bukan hamba uang. Tuhan memberkati para hambaNya, sehingga tidak satupun jemaat yang hilang dalam tanggungjawab yang diberikan Tuhan pada semua hambaNya. Amin.

5 komentar:

  1. ??????????????????????????????

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Dalam memilih calon sintua, pesan Paulus pada Timotius dan Titus bisa kita abaikan. Sebab:

    1. Yang menghapus dosa-dosa kita adalah Tuhan Yesus, bukan rasul Paulus.

    2. Yang mengubah Paulus dari seorang pembunuh besar menjadi penginjil besar adalah Tuhan Yesus, bukan dirinya sendiri.

    3. Dalam daftar nama murid-muridNya yang 12 orang itu TIDAK ADA TERTULIS: "Petrus ama ni si anu, Jakobus ama ni si anu, Johanes ama ni si anu, dll".

    Manakah yang lebih baik: Sintua dolidoli manang dolidoli na narkoba on?

    BalasHapus