Jumat, 10 Juli 2009

Imamat 25, 1-7

“Mensejahterakan Alam dan Manusia”
1. Tradisi Sabat merupakan tradisi yang penting bagi umat Israel. Hari Sabbat adalah hari peristirahatan umat Tuhan dari kerja selama enam hari dan kesempatan untuk membebaskan diri dari kegiatan dan rutinitas untuk bersekutu kepada Allah pencipta manusia, yang memanggil manusia untuk bekerja, (1 Tess 3, 10-15). Tradisi ini mengacu dari Allah yang berhenti pada hari ketujuh dalam penciptaan (Kej 2,2). Dari hari sabbat berkembang menjadi tahun sabat, yaitu tahun ketujuh dalam sistim pertanian, di mana pada tahun itu petani berhenti bercocok tanam, membiarkan tanah itu istirahat, tidak ditanam apapun sebagaimana dilakukan enam tahun sebelumnya. Tahun ketujuh adalah tahun kesejahteraan bagi tanah, di mana menjadi kesempatan tanah menikmati hujan dan vitamin tanah untuk menambah kesuburan dan kebebasan dari tanam-tuai.
2. Tradisi Sabbat ini diperintahkan langsung oleh Allah, (bnd. Kel 20, 8-11: Hukum Taurat ke empat untuk hari sabbat dan ay 1 perikope ini untuk tahun Sabbat), di Gunung Sinai. Kedua tradisi ini dinyatakan di gunung Sinai dalam arti bahwa tempat menghubungkan dua tradisi yang berbeda dari segi waktu tapi berdampak yang sama terhadap kesejahteraan ciptaan Allah. Firman ini ditujukan bagi umat Israel yang keluar dari Mesir melalui Musa, hambaNya agar dilakukan jika mereka telah tiba di tanah Kanaan, tanah perjanjian, tanah yang penuh susu dan madu.
3. Firman ini bertujuan untuk mengingatkan umat bahwa tanah yang subur, berkat yang berkelimpahan dan jasmani yang sehat, kuat dan potensial telah Allah sediakan bagi ciptaanNya untuk dikelola secara baik. Tubuh manusia dipanggil untuk bekerja sebagaimana Tuhan berfirman pada Adam supaya menaklukan dan berkuasa atas bumi yang diberi (Kej 1,28), tatapi pada hari ketujuh adalah hari istirahat, memulihkan rasa penat dan mengembalikan rasa lelah kepada kekuatan semula. Demikian halnya dengan tanah yang subur, diberikan untuk ditaklukan dan dikuasai dalam rangka memberi kehidupan bagi manusia, tetapi bukan untuk dieksploitasi, untuk memuaskan kerakusan manusia. Sebelum umat itu masuk ke tanah perjanjian, tanah yang subur yang penuh susu dan madu, mereka diingatkan bagaimana cara mengelola dan menggunakan tanah itu.
4. Sabbt dikhususkan untuk peristirahatan bagi yang dicipta dan peribadahan ciptaan bagi sang pencipta. Dalam Sabbat termuat hubungan intim antara ciptaan dan pencipta dan ciptaan dengan sesama, di mana dalam hubungan tersebut ada pensejahteraan dan pemuliaan. Dalam Sabbta tidak ada mencari keuntungan diri, karena kehidupan Sabbat telah dikhususkan bagi pencipta, maka bila pada tahun Sabbat itu ada yang tumbuh sendiri di tanah kita, itu bukan menjadi bagian kita secara pribadi, tapi boleh menjadi bagian dari semua yang ada disekeliling kita dan yang ada di tanah itu, termasuk binatang liar. Artinya hari dan tahun Sabbat selalu membawa kebaikan bagi tubuh dan tanah setelah bekerja enam hari dan enam tahun, serta mendatangkan kesejahteraan bagi umat Allah.
5. Menurut pengalaman masyarakat Batak yang menanam padi satu kali dalam satu tahun lebih banyak hasilnya dibanding yang bertanam tiga kali dalam satu tahun. Hal ini terjadi karena kesuburan tanah lebih baik bila ditanami hanya satu kali dalam satu tahun. Jika tanah mendapat gizi yang baik dengan memberi kesempatan beristirahat maka tanah akan memberi hasil yang luar biasa dibanding yang menerima pupuk secara kimiawi tapi tidak diberi kesempatan bebas dan istirahat menghasilkan buah.
6. Kebutuhan ekonomi dunia yang mendesak membuat manusia tidak menghargai tanah dan makhluk hidup lainnya, sehingga tidak ada kesempatan beristirahat. Manusia akan merasa rugi kalau berhenti dari kegiatan bisnis pada hari Sabbat (Baca: Minggu). Takut keuntungan akan diambil orang jika kita berhenti, sehingga kita berlelah sepanjang waktu dan melanggar perintah Allah demi kepentingan bisnis dan ekonomi. Demikian halnya dengan tanah, karena kebutuhan yang mendesak ada yang menanam padi tiga kali dalam satu tahun, tidak berhenti dari waktu ke waktu. Buah-buahan yang belum matang sudah diturunkan karena mau cepat jadi uang, sehingga banyak buah mangga yang dulu sangat bagus dari Pulau Samosir dan Bakara, menjadi busuk karena belum matang sudah diturunkan untuk kepentingan bisnis. Banyak pihak yang tidak ramah lingkungan, termasuk Indonesia, karena investor asing tidak menanam modal bila ada alasan penjagaan terhadap lingkungan hidup.
7. Peristirahatan dan kepedulian atas alam menjadi sebuah kerugian secara ekonomi, sehingga di tengah banyaknya kebutuhan manusia, manusia akan lebih memilih apa yang cepat menghasilkan duit walaupun itu boleh merusak alam. Walaupun dunia mengalami pemanasan global, tapi masih belum banyak orang yang menolak memakai plastik karena lebih simpel dan praktis. Kita tahu membuang plastik dapat menutup pori-pori tanah, tapi lebih praktis menggunakannya dibanding tas kain/keranjang.
8. Jika tradisi sabbat boleh diberlakukan pada zaman ini, zaman di mana semakin panasnya bumi, dengan tidak menebang pohon secara sembrono, menanam pohon di bukit gundul, mengurangi pemakaian kertas dan plastik, tidak membuat paving di dipekarangan rumah, membatasi penggunaan BBM serta menyuling secara parmanen Solar, tentu kesegaran akan dinikmati banyak orang, pohon gunung, lembah, laut dan darat boleh bersorak-sorak memuji kebesaran sang penciptaNya, yang muda yang tua, anak dan orang dewasa akan bergembira menaikkan pujian bagi Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya (Mazmur 148, 3-14: epistel minggu).
9. Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini, maraknya penebangan kayu secara illegal tanpa menanam ganti, membakar hutan, mengikis tepian danau toba dengan mengambil pasir demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Seruan khotbah ini bagi kita, supaya memberi perhatian bagi lingkungan hidup, menyemarakkan penghijauan dan menjaga kesehatan diri melalui doa dan ibadah pada Tuhan. Selamat menjaga keutuhan ciptaan, Tuhan memberkati. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar