Kamis, 02 Juli 2009

1 Korintus 12,12-27

”Satu Dalam Tuhan dalam Keberagaman”
1. Plato menggambarkan sebuah lukisan yang terkenal tentang persatuan. Dalam lukisan itu, dia memberi beberapa nama, yaitu: kepala adalah banteng; leher adalah terusan antara kepala dan badan; jantung adalah mata air tubuh; pori-pori adalah lorong-lorong tubuh; pembuluh-pembuluh darah vena adalah kanal-kanal. Itu sama lain saling mendukung untuk kehidupan tubuh terebut, maka ketika jemari mengalami sakit, manusia tidak berkata: ‘jariku sakit’; tapi ‘aku kesakitan’. Jari kecil yang sakir dirasakan oleh seluruh tubuh manusia. Adakah yang boleh berkata bahwa dirinya lebih penting? Demikianlah Paulus menggambarkan persekutuan orang kristen, Kristus sebagai kepala dan manusia sebagai anggota-anggotanya, maka tidak ada dari anggota itu lebih utama, karena semua bertujuan untuk memuliakan kepala, bukan anggota tubuh.
2. Sebuah pemahaman sederhana dalam hubungan persekutuan harus dipahami setiap orang bahwa kesombongan akan menghancurkan persekutuan, kesombongan adalah awal kehancuran. Insinyur yang menciptakan kapal Titanic, dengan rasa bangga melihat hasil kerjanya. Dia melihat sebuah keagungan dalam pekerjaan tersebut. Dengan sombong dia berkata: ‘Tidak ada kekuatan apapun yang dapat menghancurkan sekokoh dan sekuat kapal ini, tidak angin puting beliung, tidak juga gelora samudra raya, tidak badai bahkan Tuhan sendiri pun tidak dapat menenggelamkannya’. Itulah petikan kata-kata kesombongan yang keluar dari hati manusia yang terbatas atas ketidak terbatasan Allah. Manusia dengan talenta yang dia miliki telah membatasi kerja Allah yang tidak terbatas, dan hasilnya adalah kehancuran, seluruh dunia tahu cerita kapal Titanic yang hanya berusia tidak sampai seumur jagung.
3. Hidup adalah membangun persekutuan dengan sesama dan dengan Tuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat menolong dirinya sendiri, karena manusia punya keterbatasan. Itu berarti manusia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya, karena manusia adalah animal social, makhluk yang mau bergaul dan berhubungan dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial, pada prinsipnya manusia tidak tahan hidup sendiri, sehingga pada awal penciptaan Tuhan telah mengatakan pada Adam: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kej 2, 18). Allah telah melengkapi diri manusia habitus saling menolong. Dengan habitus ini, manusia akan termotivasi memelihara persektuan, menjauhkan perpecahakan, karena sekuat-kuatnya orang ada saatnya dia akan lemah dan membutuhkan pertolongan.
4. Dalam PA seksi Perempuan minggu ini, saya terkesan dengan pengantar dalam bahan PA, yang mengatakan sulit bagi kita orang kristen memberi makan dan minum musuh kita (Amsal 25,21-22), karena dalam hidup bersama dengan orang lain sering kita hanya memikirkan apa yang perlu bagi kita, bukan bagi orang lain. Jangan-jangan dengan memberi mereka makan, mereka akan kenyang. Mereka akan kuat melawan dan memusuhi kita (??). kita tidak memikirkan bahwa dengan memberi kita telah mlakukan pekerjaan Tuhan di dunia. Kita hanya memikirkan bahwa menolong orang menjadi kuat akan mencelakakan diri kita sendiri. Pengalaman sering membuktikan orang yang kita tolong menjadi musuh bagi kita, tapi apakah kita menjadi berhenti berbuat baik bagi sesama, apakah kita memutuskan persekutuan hanya karena orang lain berbeda pandangan dengan kita? Dalam Filipi 2, 2-11 (epistel), dikatakan supaya kita tidak hanya memikirkan apa yang penting bagi kita, tapi juga bagi orang lain, karena Kristus telah mengosongkan diri untuk memberi hidupNya bagi kita, untuk memikirkan kebutuhan kita.
5. Jemaat Korintus mengalami dilemma dalam memahami hubungan persaudaraan kekristenan, sebagai jemaat muda mereka menyatakan diri sebagai anggota Kerajaan Allah, dengan konsekwensi siap mengikut jejak Kristus Yesus, sehingga dengan kesadaran penuh mereka meninggalkan anggota keluarga duniawi mereka yang masih hidup dalam kekafiran. Di sisi lain, mereka yang telah kristen itu sulit meninggalkan habitus duniawi mereka, di mana penonjolan diri kadang-kadang dianggap sebagai sikap legal dan salah satu tujuan hidup. Untuk tujuan inilah Paulus tidak setuju, seharusnya jemaat Allah akan lebih berkembang dari kebiasan duniawi mereka, di mana hidup mereka adalah hidup untuk saling menghargai dan menghormati yang lain sebagai ciptaan Tuhan, tidak melihat diri lebih utama dari yang lain, sebagai panggilan sorgawi yang telah mereka terima, dengan menjaga persatuan dalam persekutuan yang kudus.
6. Makna persekutuan tidak hanya bersatu dalam ibadah dengan tujuan yang berbeda, yang dimaksud persekutuan, yaitu persatuan, di mana tidak ada yang merasa diri lebih penting dibanding yang lain dan juga tidak ada yang merasa diri lebih rendah, karena setiap anggota mempunyai fungsi sesuai dengan talenta/karunia yang diberikan padanya. Orang kaya tidak lebih berharga di mata Tuhan dibanding orang miskin, yang kuat dengan yang lemah, semuanya berharga dimata Tuhan, maka, masing-masing orang terpanggil melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab. Apakah tangan dapat berkata kepada biji mata yang kecil, bahwa tangan tidak memerlukannya? Apakah tangan dapat mengambil sesuatu tanpa dipandu oleh mata? Atau mata berkata tidak membutuhkan kaki, karena dia dapat menerawang semua? Dapatkah mata mencapai tujuannya, ke puncak bukit atau ke lembah terjal hanya dengan melihat?
7. Tuhan membuat semua anggota tubuh secara berbeda, ada kaki, tangan, mata, telinga, hidung, dll, tapi untuk tujuan yang sama membangun hidup yang berguna bagi sesama manusia melalui kerja sama. Itu berarti, yang kuat tidak mencemoh yang lemah, sebaliknya yang lemah tidak ada iri hati atau menjatuhkan yang kuat. Semua memberi diri untuk membangun kesejahteraan bersama. Dengan demikian pekerjaan Roh Kudus dapat terwujud dengan indah, karena satu dengan yang lain saling memberi diri untuk kepentingan persekutuan. Dengan kata lain, ada persatuan yang mendatangkan kesehatian.
8. Karena itu tangan kita adalah tangan Tuhan untuk menolong orang lain, memberi makan yang lapar, kaki kita adalah kaki Tuhan untuk berlari dan berlari memberitakan Injil, mulut kita adalah mulut Tuhan untuk menyatakan damai sejahtera di bumi, karena Tuhan tidak mempunyai tangan-tangan kecuali tangan kita untuk bekerja hari ini, tidak mempunyai kaki, kecuali kaki kita untuk menuntun orang berjalan di jalanNya. Lagu wajib SM pada pesta parheheon SM Distrik XVII IBT, mengatakan ‘tanganku na metmet hulehon ma tu Debata, dainang i na loja i, sai urupanku nama i, tanganki di Ho ma i...tanganki, di Ho ma i’.(BE No.550). Tangan kecil anak-anak yang tidak sekuat tangan orang dewasa tetap diberi kepada Tuhan untuk membantu ibunya yang lebih kuat darinya, karena kecil atau besar tetap Tuhan pakai untuk mewujudkan persekutuan umat Allah di bumi.
9. Perikope ini, menggambarkan persatuan jemaat yang paling indah, di mana yang kecil dan besar, lemah dan kuat saling berbuat yang terbaik untuk keutuhan persektuan. Tidak mungkin manusia tidak terpesona dengan cara kerja yang berbeda tersebut untuk tujuan yang sama melalui kerja sama.Rasul Paulus juga hendak mengingatkan kita sebagai orang percaya di zaman ini, bahwa hancurnya sebuah hubungan dimulai dari kesombongan. Jikalau ada perbedaan talenta dalam diri kita masing-masing, itu diberikan untuk membangun hidup yang baik dan benar. Keunggulan yang kita miliki, tidak untuk disombongkan atau melecehkan orang lain. Bila kita mendapat kesempatan lebih utama dari yang lain dalam jabatan, kekayaan atau kepintaran bukan berarti keutamaan itu menjadi alat kekuasaan untuk menindas orang lain, tapi justru talenta itu dikaruniakan untuk membangun hidup orang yang kurang utama.
10. Sekecil apapun kita di dunia ini, di Gereja, bahkan dalam hubungan Rumah Tangga, ada saatnya kita memberi kontribusi bagi yang kuat. Sekecil apapun Gereja Tuhan yang kita layani, ada saatnya Tuhan memakai kita memberi sumbangan bagi orang kuat dan utama, maka tidak ada alasan untuk tidak berbuat dari kelemahan kita, tidak ada alasan yang kuat tidak memperhatikan orang lemah.
11. Gereja sebagai tubuh Kristus terpanggil untuk mewujudkan persekutuan yang indah dan sejahtera. Persatuan dalam tubuh Kristus, akan mewujudkan kerajaan Allah, karena masing-masing orang memberi diri untuk mencari kepentingan orang lain. Baiklah itu dimulai dari dalam diri anggota keluarga dalam rumah tangga, antar saudara seiman, antar denominasi gereja, dengan menjalin hubungan yang baik dengan semua orang melalui hidup yang rendah hati, tidak hanya rendah hati dihadapan Allah tetapi juga harus rendah hati dihadapan manusia (Yesaya 57:15). Amin. Selamat membangun tubuh Kristus yang kokoh dan kuat dalam iman!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar