Rabu, 17 Juni 2009

Yesaya 41, 14-20

”Jangan Takut”

  1. Suatu hari ada kelompok paduan suara mengadakan kunjungan gerejawi ke salah satu gereja di Pangururan kabupaten Samosir. Dalam kunjungan tersebut pimpinan rombongan mereka yang menjadi pengkhotbah. Tema khotbat ketika itu adalah seperti tema khotbah kita dalam minggu kita; supaya jangan takut. Dalam uraian khotbahnya dikatakan bahwa hidup kita adalah hidup yang disertai oleh Tuhan, maka kita tidak perlu takut dalam hidup, dalam menghadapi sesuatu, dalam angin badai sekalipun Tuhan ada beserta kita. Demikian inti khotbah tersebut. Setelah usai ibadah diadakan ramah tamah antara tamu gereja dan anggota jemaat gereja setempat. Seusai makan dan memberi kata sambutan, tiba-tiba sang pengkhotbah melihat jam tangannya dan: saya kami sudah boleh permisi karena sudah jam tiga, karena menurut pemilik kapal, jam 5 ombak kencang dan kami takut pada ombak danau.
  2. Saudara/i ku yang kekasih, rasa takut adalah hal yang alami bagi diri seseorang. Meskipun kita mempercayai Tuhan sebagai penyerta hidup kita, namun ketika diperhadapkan dengan kenyataan yang di luar jangkauan pikiran dan kekuatan kita, rasa takut bisa saja muncul, perasaan itu tiba-tiba saja membuat seseorang mengalami kekhawatiran, tapi bukan tidak percaya pada kebesaran Tuhan, hanya kadang-kadang rasa takut kita berlebihan dan lebih menguasai pikiran dan hati kita, sehingga iman dan logika menjadi tidak punya tempat untuk menetralisir perasaan kita.
  3. Seorang pekerja gereja pernah mengalami trauma karena pernah tercebur kolam ikan neneknya dan hampir tenggelam. Pengalaman masa kecil ini membuatny tidak mau belajar renang hingga dewasa. Suatu hari, ada pengutusan baginya bersama kelompok ke daerah Kepulauan Maluku. Perasaannya bercampur baur, antara rasa senang sebab ini pengalaman baru namun dan rasa takut atas masa kecilnya karena dalam misi tersebut harus menggunakan sampan kecil pergi dari satu pulau ke pulau lain. Pikiran – pikiran buruk, menguasai dirinya; ‘bagaimana kalau aku tenggelam? Bagaimana kalau sampan kami dihantam oleh ombak besar dan terbalik? Apakah ini akan menjadi missi “bunuh diri” bagiku?
  4. Sepanjang hari ini aku dan mungkin semua keluargaku sangat ketakutan saat mendengar kabar bahwa keponakanku Bopas mengalami tabrakan tunggal. Pikiranku adalah maut, padahal ayahku belum sebulan meninggal. Aku hanya bertanya pada Tuhan, ‘mengapa Tuhan tidak membiarkan air mata kami kering dulu?’ mengapa begitu beruntun kepedihan meretakkan jiwa kami? Aku hampir kehilangan semangat dan ingin lari dari Tuhan, untung kesadaranku penuh, kalau ternyata kita tidak akan bebas dari rasa takut kalau memakai pikiran sendiri. ketakuatnku membuatku lemah, tidak bersemangat dan menjadi tidak aktif melakukan pekerjaan.
  5. Sepanjang manusia mengandalkan kekuatannya maka, manusia akan mengalami rasa takut dan traumatik dalam hidupnya, namun jika manusia mempunyai ketergantungan pada Tuhan, di situlah manusia tidak memakai pikiran dan kekuatannya dalam mengatasi masalahnya, di situ lah dia mampu tenang dan cerdas dalam menjalankan kehidupannya. di situ dia makin aktif melakukan tugas, karena Tuhan memberi pesin pengirik yang tajam sebagai alat melakukan tugas di tengah dunia yang berbukit dan terjal.
  6. Demikianlah perikope ini kita Allah mengatakan kepada umat Israel agar jangan takut, meskipun mereka digambarkan seperti cacing dan ulat, suatu kelompok binatang yang lemah dan tidak berkekuatan, namun mereka harus terus bergantung kepada Allah, sebab ketergantungan membuta mereka akan mengandalkan kekuatan Tuhan. Mengapa kah kelompok kecil itu tidak perlu takut mengahdapai bangsa yang besar, yang berkuasa ? karena semua bangsa, semua kekuatan ada di bawah kuasa Allah, dan Allah itu sendirilah yang mereka dari pembuangan.
  7. Ketergantungan pada Tuhan, tidak membuat manusia menjadi pasif, tapi justru semakin aktif melakukan kebaikan. Dalam ketergentungan itulah Allah memberi tugas pada manusia. dalam ay 15 dikatakan, bahwa Allahlah yang menjadikan bangsa itu sebagai papan pengirik yang tajam, dengan gigi dua jajar. Tugas dari papan pengirik adalah: mengirik dan menghancurkan gunung-gunung dan menjadikan bukit seperti sekam. Artinya umat percaya terpanggila menjalankan misi kebenaran, memperbaiki kerusakan dan menata jalan menuju kebenaran. Bila menusia tergantung penuh pada kekuatan Tuhan, maka manusia akan mampu mengatakan kejujuran di tengah banyaknya ketidakjujuran, mengatakan kebenaran di tengah hal yang tidak benar, tanpa rasa takut, karena Tuhan lah andalannya dan pikiran Tuhan lah yang digunakan.
  8. Tujuan dari hidup benar tidak sekedar supaya kita berharga di mata Tuhan, tetapi supaya semua bangsa, semua orang yang baik dan yang jahat boleh secara bersama melihat kemuliaan Allah. (ay 20). Pekerjaan tangan Tuhan akan semakin nyata bagi semua orang, sehingga semua orang mengetahui bahwa tak satupun yang dapat membuat orang yang bergantung pada tangan Tuhan mengalami ketakuatan, walaupun mereka kelompok kecil.
  9. Pada minggu ini kita terpanggil untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh aspek hidup kita, supaya kita tidak khawatir tentang apapun juga. Kadang-kadang kita bisa mengalami perubahan hidup yang menakutkan, dari sumber air menjadi tanah kering. Kadang-kadang kita harus berjalan tertatih sperti tidak punya kekuatan, tapi itu akan membuat kita takut, karena Tuhan akan selalau bertindak benar, karena orang benar akan selalu dipakai dan diubah Allah dari tanah kering memancarkan mata air yang membual di dataran.
  10. Setiap kali kita mengalami rasa takut akan hidup kita, pekerjaan kita, bahkan kehidupan rumah tangga dan pribadi kita segera lah datang pada Tuhan, membiarkan kehendakNya yang berlaku, bukan kehendak kita. Dalam Mazmur 107, 33-43 (epistel) pemazmur menegaskan tentang karya Tuhan atas hidup manusia, alam lingkungan dan segala kehidupan yang mendukung kelestarian alam, kemakmuran dan kesejahteraan manusia dan kelestarian mahkluk hidup. Bukankah Allah itu masih tetap sama dahulu, kini dan sekarang?
  11. Ayat itu berbicara dengan jelas untuk memberi jaminan yang luar biasa bagi kita, agar kita tidak khawatir tentang apapun juga, sebab Tuhan akan menjaga dan memelihara hidup kita. Rasul Paulus mengatakan pada jemaat Fil 4,6 agar kita jangan khawatir tentang apa pun juga, tetapi menyatakan dalam segala hal keinginan kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
  12. Berapa banyak di antara kita yang memiliki kepercayaan pada Firman Tuhan yang mengatakan supaya tidak ada rasa takut dalam hidup kita? Tapi sebanyak itu jugalah manusia yang mungkin ketakutan akan banyak hal dalam hidupnya. Rasa takut itu adalah wajar, maka tidak salah jika dalam alkitab tercatat 365 kali sebutan jangan takut dan sejenisnya. Artinya, kita diingatkan setiap hari dalam setahun agar jangan takut akan apapun juga, karena Tuhanlah penebus kita yang Maha Kudus, tanganNya yang kuatlah yang menuntun kita keluar dari ketakutan kita. Karena itu, percayalah dan bergantunglah kepada Allah, dan kita akan tahu apa yang harus kita lakuakan sebagai papan pengirik yang tajam.Tuhan tahu setiap ketakutan kita, tapi Dia mau menjadikan kita lebih dari seorang pemenang. Datanglah pada Tuhan sebab ia hendak memberikan solusi mengatasi ketakutan dalam hidup kita. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu lagi. Sebab Tuhan berkata, ‘aku akan menyertai engkau sampai akhir zaman! Selamat melakukan kebenaran tanpa rasa takut!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar