Jumat, 19 Juni 2009

Ayah... 2

Ketika saya mendengar berita kematian ayah saya tiga minggu yang lewat, hanya satu yang sangat menyedihkan hatiku; mengapa ayah yang begitu mencitai cucu-cucunya meninggal tepat ketika cucu-cucu itu sedang UAS, sehingga beberapa orang cucunya tidak bisa ikut melihat jenajah ayah yang terakhir, termasuk kedua putri saya. Saya kecewa, pada hal ayah saya adalah seorang kakek yang sangat mencintai cucu-cucunya. Bila anak-anaknya menderita, dia mampu bertahan melihat penderitaan itu, tapi bila cucunya mengalami penderitaan, setengah hidupnya seperti direnggut maut. Itulah kecintaannya pada cucu-cucunya. Hari ini saya mengetahui jawaban Tuhan, mengapa ayah meninggal tiga minggu lalu, bukan hari ini setelah mendengar berita kelulusan dan kenaikan kelas cucunya. Tuhan tidak ingin membuat ayah menderita, bukan karena sakit fisik, tapi secara psikis, karena penderitaan yang dialami Bopas. Ayah tidak mungkin sanggup bertahan hidup kalau mengetahui cucu pertamanya menderita, karena hidupnya adalah kesehatan dan kesejahteraan cucu-cucunya. Saya menangis dalam sukacita kalau Tuhan membuat ayahku tenang dan damai sampai akhir hidup. Beliau pergi ke rumah bapak tanpa beban psikis dan tanpa menahan derita, betapa Tuhan sungguh baik. Karena itu, Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (fil 4, 6).
renungan setelah ayah meninggal tepat 3 minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar