Jumat, 20 Mei 2011

Matius 21, 14-22

“Nyanyikanlah Nyanyian Baru bagi Tuhan”
1. Peristiwa ini sesuai dengan nubuatan Nabi Yesaya dan Zakaria bahwa Mesias akan masuk ke Yerusalem untuk terakhir kalinya untuk menunjukkan ke Mesiasa Nya pada para pemimpin Israel, sekaligus menyatakan bahwa Sion adalah kotaNya. Dia juga membuat dua peristiwa yang luar biasa di Bait Suci Yerusalem dan Betania, yang mencengangkan bagi pemimpin Israel, supaya setiap pujian tertuju hanya kepada Yesus, Mesias yang dijanji, yaitu : penyembuhan terhadap orang buta dan lumpuh. Dua kelompok masyarakat yang cacat fisik ini, tidak diperkenankan secara aktif dalam kegiatan ibadah di Bait suci (bnd. 2 Sam 5,8), tetapi kuasa Yesus memungkinkan mereka ikut aktif dalam pelayanan di rumah ibadah (Kis 3,2). Dampak dari penyembuhan itu adalah respon yang menakjubkan dari anak-anak dan rasa jengkel dari dari imam-imam.
2. Di salah satu perayaan Paskah remaja, saya diundang berkhotbah. Dari awal hingga selesai ibadah, saya tidak disapa pemimpin jemaat itu, yang sudah senior, saya tidak tahu alasannya, tapi saya melihat respon penolakan terhadap pengkhotbah lain di tempat itu. Dua hari lalu, saya berkotba untuk lansia di salah satu gereja non Batak, sungguh luar biasa sambutan pendeta setempat, padahal dia masih muda, tapi dia merespon kehadiran saya dengan kehangatan dan merespon baik khotbah saya. Dia tidak merasa tersaingin dengan kehadiran pengkhotbah lain, karena dia punya tujuan dalam mengarahkan pujian pelayanan. Saya langsung dapat memaknai respon orang yang di Yerusalem kepada Yesus ketika itu dengan pengalaman saya ini.
3. Anak-anak yang cenderung polos, belum nampak daya saing melihat mujizat penyembuhan yang dilakukan Yesus dengan takjub, mereka mengelu-elukan Yesus, memusatkan setiap pujian atas kuasa Yesus. Sulit mencari karakter seperti anak-anak yang bangga dengan keberhasilan orang lain, bahkan terkadang kita mengajar anak lewat sikap kita untuk tidak mau memuji keberhasilan sesamanya, tapi teriakan “Hosana” adalah bukti kemuliaan Tuhan telah nyata di dunia, pemulihan telah terjadi, bahwa Mesias, Anak Daud telah hadir di kotaNya membawa kesembuhan bagi dunia. Hal ini juga menyatakan keilahian-Nya sejak
Yesus menerima pujian semua hanya diperuntukkan bagi Allah. Selain itu memperkuat kebenaran bahwa rendah hati dan sikap kekanak-kanakan sering melihat kebenaran rohani lebih jelas dan canggih, meskipun mereka seringkali tidak menyadari penuh signifikansi dari pujian itu.
4. Para Imam (orang dewasa) yang sudah mapan dengan keberhasilannya di masa lalu, sulit menerima ketika ada kuasa yang melebihi kuasa mereka, sehingga pujian pihak lain pun menjadi menjengkelkan karena merasa berkurang kepopulerannya. Inilah yang sering kita jumpai di tengah kehidupan kita, bahkan di gereja, ada yang merasa tersaingin, ada yang menolak kelebihan orang lain, sebab selalu memusatkan diri sebagai focus dari semua pujian, sehingga untuk Tuhan tidak ada yang tersisa.
5. Maka sebagai pihak berwenang mereka mempertanyakan otoritasNya, apa hakNya membuat mujizat di di bait suci, di wilayah kekuasaan mereka? Padahal tindakan Yesus sangat menunjukkan signifikansi mesianik. Oleh karena itulah, untuk mempertegaskan kemesiasanNya dalam ay 16 Yesus berkata, "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" (bnd. Mzm 8,2). Itu berarti bahwa tidak ada yang bisa menghempang pemujian pada Tuhan, tidak juga kuasa di dunia.
6. Kalau ada di dunia ini merasa berkuasa menghempang pemberitaan Injil, menghempang tempat peribadahan pada Tuhan, menghempang mulut memuji Tuhan, tetapi Yesus mampu menerobos benteng apapun yang menghempang, termasuk penyakit fisik, bisa diatas, sehingga mereka boleh beribadah secara aktif memuji Tuhan.
7. Yesus sangat menghendaki bahwa bait suci adalah tempat pemujian pada Tuhan bukan pada manusia, itu juga sebabnya Dia mengadakan penyucian bait suci sebelum melakukan ibadah penyembuhan dari pihak yang mencari untung di bait suci, dari pihak yang melakukan transaksi bisnis di rumahNya, dari pihak yang mengotori kekudusanNya baitNya yang kudus. Artinya secara internal, sebagai pihak yang ada di dalam gereja kita perlu menyatakan kemuliaan Tuhan, tanpa merasa tersaingi.
8. Janganlah respon populer untuk tindakan Yesus kita anggap memperburuk keadaan kita sebagai pelayan dan umat Tuhan, seperti imam kepala dan
guru hukum ketika itu, baiklah kita bersukacita dengan respon yang baik, respon yang memuliakan Tuhan.
9. Kuasa kedua terjadi di pagi hari di Betania yang mengutuk pohon ara. Yesus diikuti para murid masuk ke Betania, mereka melewati pohon ara di suatu tempat antara Betania dan Yerusalem. Daunnya lebat. Kelebatan daun hijau adalah gambaran bahwa pohon itu pasti menhghasilkan buat yang sedikitnya bisa dikonsumsi orang yang lewat. Karena peristiwa ini terjadi pada bulan April, seminggu sebelum paskah, di mana waktu itu adalah musim buah, tentu Yesus berpikir di sana ada buah yang boleh memberi kelegaan, disamping daun biasanya menunjukkan prospek buah, walaupun tidak sepenuhnya matang. Namun pohon itu tidak memberi buah, dia bertumbuh terus namun tidak menghasilakn apapun. Yesus mengutuk pohon itu dan kering sampai ke akar-akarnya. Yesus mengutuk setiap pertumbuhan yang tidak berbuah. Mungkin itu jugalah alasan mengapa Yesus pernah berkata: Tidak semua orang yang mengatakan Tuhan…Tuhan… masuk ke dalam kerajaan surga’ artinya tidak semua orang yang tekun, setia dalam ibadah bisa menjadi pewaris jika tidak menghasilkan buah iman yang memberi kelegaan bagi sekitar.
10. Peristiwa pohon ara juga hendak menegaskan bagi kita bahwa luar bait suci pun harus terdengar pujian bagi Tuhan. di mana pun orang Kristen tinggal akan menunjukkan pujiannya hanya pada Tuhan, tidak menjadi berbeda ketika berkotbah dan tidak berkotbah, ketika di dalam gereja dan di luar gereja. Di dalam atau di luar harus terus bersinar cahaya Kristus lewat sikap hidup yang benar, yang beriman hanya kepada Yesus.
11. Daun-daun di pohon ini menyarankan agar setiap pohon memberi buah, tapi dari pihak Yesus ini menjadi kesempatan mengajar murid-murid-Nya suatu kebenaran penting dengan menggunakan pohon ini sebagai pelajaran. Dia mengutuk pohon itu, bukan karena gagal menghasilkan buah, tapi karena penolakan untuk bertobat, untuk memuliakan Tuhan. Inti dari kutukan itu adalah gambaran dari penolakan orang Israel terhadap Mesias, maka setiap penolakan memuji Tuhan akan dikutuk.
12. pohon ara menggambarkan segmen orang Yahudi dalam generasi Yesus, yaitu
kemunafikan, berpuara-pura sebaagi bangsa Allah, tapi tidak berbuah! Mereka amndul secara rohani. Pengutukan ini berkaitan dengan penyucian Bait Allah dari pedagang Bait Allah dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat tetapi tidak
dengan anak-anak, orang buta dan lumpuh. Yesus mengutuk seluruh
pohon bahkan akar-akarnya, bukan hanya bagian-bagian yang terbukti tidak berbuah. Tapi secara menyeluruh. Dalam kutukan pohon ara ini meningatkan kita tentang penghakiman atas ketidakpercayaan. Dia menggunakan keajaiban untuk mengajar mereka tentang kekuatan doa dalam iman.
13. Dengan iman doa semua boleh nyata bahkan, tidak hanya mengutuk pohon ara, Yesus bahkan memberi kuasa untuk membuat tindakan hiperbol, membuat gunung beranjak ke laut hanya dengan iman!
14. Marilah bernyanyi, memuji Tuhan secara baru lewat sikap hidup yang berkarakter sebagai pewaris kerajaan Allah, supaya setiap yang kita pinta boleh nyata di bumi dalam doa dan kebenaran amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar