Kamis, 21 April 2011

Yeaya 52,13-53,12

“Menderita untuk Memberi Hidup”

1. ‘The beast and the beauty’ merupakan dongeng yang dimnati anak-anak dulu hingga kini, yang membuat anak-anak di seluruh dunia tercengang, bahkan di zaman tekhnologi ini, karena si buruk rupa yang tidak menarik perhatian orang, karena tidak menyerupai manusia, tiba-tiba menjadi pria tampan oleh bisiskan cinta perempuan cantik. Ketercengan anak-anak terjadi saat si buruk rupa yang tidak masuk hitungan manusia berubah menjadi pusat perhatian karena ketampanannya.
2. Demikian Nyanyian Hamba Tuhan yang keempat ini (52,13-15), dalam kitab Yesaya, di mana semua bangsa bahkan raja-raja tercengang ketika hamba Tuhan yang tidak menyerupai manusia itu, yang tidak pernah menarik perhatian orang lain, tiba-tiba menjadi pusat perhatian semua bangsa karena tindakan cintaNya yang luar biasa, di mana tubuh lemah, fisik yang tak mungkin menolong, memberi diri menjadi tumbal dosa, sehingga bisa menjalani keselamatan orang-orang yang harusnya berdosa.
3. Nyanyian hamba ini, dimulai dengan keberhasilanNya, di mana Dia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan oleh seluruh bangsa. Pengulangan kata yang bermaksa sama dalam bahasa Ibrani, seperti ditinggikan, disanjung dan dimuliakan, hendak menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh berhasil, bahwa tindakan cinta, dengan kerendahan hatiNya turun dari kemuliaan menjadi rupa hamba mendapat nilai baik sehingga dimuliakan, ditinggikan dari orang yang tidak berarti menjadi sangat berarti.
4. Hamba yang awalnya tidak dipedulikan, dihina bahkan dianggap tidak punya arti apa-apa karena keburukan fisikNya, boleh menerima pemuliaan karena sikap dan tindakanNya yang membuat semua bangsa menjadi hidup, dipulihkan dan diangkat dari jurang maut (53,4).
5. Nyanyian ini lebih jauh membicarakan penderitaan yang dialami Hamba Tuhan (bnd Mzm 22), karena usaha penyelamatan yang dilakukanNya. Dengan sabar, Dia menanggung banyak penganiayaan, disiksa, ditindas (53,7), namun tidak melakukan perlawanan, tidak membuka mulut untuk membantah ketidakbenaran yang dibebankan padaNya. Hal ini membuat mereka yang menyaksikan menjadi tercengang dan tertegun, (52,14-15; 53, 2-3; 7-9). Keburukan rupa yang tidak seperti manusia tapi sanggup memberi kehidupan bagi manusia, dipandang sangat luar biasa. Penganiayaan yang dialami merupakan tindakan penghapusan dosa dunia, (53,4,6,10-12) Sikap yang membuat Dia menjadi berhasil dihadapan Allah.
6. Gambaran penderitaan hamba Tuhan yang dinubuatkan nabi Yesaya adalah penderitaan dan kematian Tuhan Yesus. Penderitaan ini merupakan hal penting dalam kehidupan orang Kristen. Tuhan Yesus menjelang disalibkan mengamanatkan pada murid-murid-Nya agar mengingat penderitaan-Nya melalui Perjamuan Kudus. Dengan perjamuan kudus yang nanti akan kita lakukan, kita akan mengingat bahwa Yesus menderita, disiksa bahkan disalib dan mati untuk menghapus dosa dunia. Dengan mengingat itu, kita tahu bahwa dosa kita telah disucikan dengan darahNya, maka adalah wajar jika kita pun siap mengampuni orang yang bersalah terhadap kita.
7. Sentralitas penderitaan Tuhan Yesus tidak hanya terjadi dalam pemberitaan Perjanjian Baru, tapi juga telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Sekalipun lebih jelasnya kita tahu dari Perjanjian Baru. Perikope kotbah ini (Yesaya 52:13-53:12), merupakan indikasi mengenai penderitaan Tuhan Yesus. Yang digambarkan dengan figur penderitaan seorang Hamba Tuhan. Penderitaan ini, hendak mbandingkan detail pengalaman Tuhan Yesus yang melalui jalan salib (via dolorosa). Dari dua pengalaman ini, kita dapat menemukan kesamaan yang mengejutkan dan jauh dari kebetulan. Pararel ini mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa hanya Tuhan Yesus, dan Dialah yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam figur Hamba yang menderita.
8. Ada beberapa bagian yang saling terjalin satu dengan yang lain dalam perikope ini untuk memudahkan kita memahami berita tentang Tuhan Yesus yang turun dari kemuliaanNya menjadi rupa manusia, mencemarkan diri menjadi rupa hamba demi keselamatan umat manusia, yaitu :

- Hamba Tuhan mengalami penderitaan, dihina, tidak dipedulikan, bahkan kesalahan yang dilakukan orang lain dibebankan padaNya. Dia tidak dipandang karena fisikNya yang buruk, Dialah Yesus Kristus yang turun ke dunia, menjadi rupa hamba mengambil alih dosa manusia:

- Sang Hamba yang tunduk pada AllahNya, rela merendahkan diri menerima penghargaan dengan menjadi orang yang dipermuliakan. Dia diangkat dari kerendahanNya, dari rupa Hamba menjadi rupa Allah. Kerendahan hatiNya membuat Dia berhasil sehingga ditinggikan, disanjung dan dipermuliakan. Ini catatan bagi setiap kita, bila kita tetap rendah hati pada kehendak Tuhan, maka kita akan diangkat menjadi pewaris kerajaanNya.

- Sebagaimana orang tidak peduli padaNya oleh keburukan rupa, demikianlah Dia menjadi pusat perhatian semua bangsa, bahkan raja-raja tercengan, mengatubkan mulut melihat keberhasilanNya. Dia yang dipandang rendah berubah menjadi sangat diagungkan. Demikianlah Tuhan Yesus, banyak orang tidak percaya, menolak dan menghina kasihNya melalui salib, tapi sebagaimana keyakinan Rasul Paulus bahwa semua lutut akan bertelut, semua mulut akan berseru Yesus Kristus, Raja, dampak dari kasihNya yang mengampuni dan tidak memperhitungkan dosa dunia.



9. Ketiga ayat dalam Pasal 52 ini merupakan ringkasan dari pasal 53. Ay 13. merupakan dampak dari ay 4, di mana disebutkan penderitaan yang dialami bukan karena dosaNya, tapi karena orang lain. Kerelaan berkorban dari Hamba Tuhan membuat Dia menjadi berhasil.

10. Ayat 14 dan 15, suatu pernyataan yang tidak terpisahkan, di mana terjadi perbandingan antara ketercengangan manusia karena kuburukan rupaNya (14), tetapi berbalik tercengang (15) karena perbuatan penyelamatanNya, suatu tanggapan yang mencengangkan bangsa-bangsa atas keberhasilanNya mengambil alih dosa dunia.

11. Jika kita perhatikan pasal 53:1-4 mengenai penderitaan sang Hamba, terlihat suatu penderitaan yang begitu dasyat. Ada orang menafsirkan ini bahwa penderitaan itu dialamiNya tentulah karena dosaNya, sehingga Tuhan menghukumNya. Dia menanggung dosa yang serius, sehingga Dia menderita, namun ay. 4 sangat jelas menegaskan, bukan karena dosaNya, tapi Dia memikul dosa dunia, dosa orang lain. Penegasan ay 4, ini membuat orang tercengan, mengatupkan mulutNya, tidak sanggup mengatakan tentang keajaiban kasih hamba Tuhan tersebut.

13. Apa yang disaksikan pada diri sang Hamba adalah hak yang belum pernah mereka lihat atau dengar sebelumnya. Pengalaman sang Hamba mengubah secara total konsep mereka mengenai penderitaan dan berkat. Sang Hamba melalui penderitaan-Nya, ditinggikan jauh melampaui kemuliaan pada raja, sehingga "Rajaraja mengatupkan mulut" dalam keheranan mereka. Gambaran ini menunjukkan bahwa mereka begitu tercengang, sehingga mereka bagaikan orang bisu, yaitu mereka tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka saksikan dan dengar dengan kata-kata. Apa yang terjadi pada diri sang Hamba melampaui segala pengertian mereka. Suatu tindakan di luar logika manusia.

14. Dia yang lemah, yang tidak memperjuangkan hakNya, supaya bebas dari hukuman, yang dipandang hina oleh bangsa, tampil menjadi hamba yang kuat, yang tidak membantah, tidak membuka mulut atas hak, karena untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Demi keselamatan manusia, apapun perlakuan buruk manusia yang dibebankan padaNya, Dia terima, yang bukan hukumanNya, Dia tanggung; semua demi cintaNya akan dunia ini, Dia menghendaki keselamatan umat ciptaanNya, supaya semua beroleh kemuliaan. Selayaknya, kita yang hilang (ay 6), karena menempuh jalan yang salah, tapi Dia bertindak menjadi Juru mudi kita, menuntun dan mengarahkan jalan menuju terang, supaya kita tahu ke arah mana jalan kekekalan. Karena cintaNya, Dia dikenakan hukuman yang seharusnya, kita tanggung.

15. Tidak melawan, bukan karena tidak mampu. Dia diam 1000 basa, bukan karena Dia tidak punya bahasa, tapi semua kevakuman itu terjadi hingga Dia disesah karena ingin menyelamatkan dunia. Dia memberi diri menjadi tumbal dosa, sebagai kurban perdamaian supaya kita masuk pada kemuliaan Bapa di surga.

16.Sikap rendah hati dan ketundukan pada yang mengutusNya, menjadi alasan mengapa Dia ditinggikan. Lalu, apakah respon kita sebagai orang yang menerima kehidupan di balik kematian Tuhan Yesus? Rasul Paulus memusatkan seluruh kotbahnya setelah mengenal keselamatan dalam Yesus dan menghidupinya, untuk selalau melakukan kebaikan dalam kerendahan hati, tidak membalas kejahatan yang dibuat orang pada kita dengan kejahatan, sebaliknya mengasihi mereka, sebab Kristus yang ikuti imani itu pun mati untuk keselamatan kita, tidak membalas kejahatan kita dengan menghukum tapi mengangkat kita menjadi anak-anak Tuhan, adik-adik dari Yesus Kristus. Amin.



Selamat merayakan jumat agung, merayakan penyelamatan Yesus Kristus atas hidup kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar