Minggu, 28 Februari 2010

13th Wed Anniversary

Hari ini, Minggu 28 Pebruari 2010, tepat 13 tahun perkawinanku dengan Pdt Samuel Simanjuntak. Dikarunia tiga orang anak. 2 Putri, Carol Natasia Sarigodbless Simanjuntak (11 thn 5 bln), Cintani Yohana Taruliroha Simanjuntak (9 thn 3 bln) dan seorang putra, Chrisatya Hotasi Jeremia Simanjuntak (5 thn 3 bln). Aku merasa perempuan paling beruntung, memiliki tiga anak yang manis, pintar dan baik (untuk saat ini) dari suami yang ‘sangat’ baik, peduli, lembut, dan tidak bias jender. 13 thn menjadi istri membuatku lebih sehat, semangat dan kuat karena suami yang mendorongku terus berkarya dan berbuat untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan sesame.
Untuk hari ini, tidak ada yang istimewa, bahkan untuk mengucapkan selamatpun tidak sempat, karena kesibukan masing-masing. Pagi hari kami harus memberangkatkan Carol yang mau retreat dari sekolah ke Malang, suami harus mempersiapkan pelayanan ke Gereja Karo. Sepulang gereja kami langsung mengikuti acara bona taon Simanjuntak Sitolu Sada Ina di Convention Hall, di mana saya memimpin ibadah, dilanjutkan ke bona taon Silahisabungan di Gedung Wanita, Kalibokor.
Di Pesta Bona Taon ini, saya merayakan 13 tahun pernikahan kami, dengan kebaya francis hijau, dipadu songket tarutung berwarna merah. Kuulang khotbah pernikahan kami dari Roma 15,5 pada ibadah Simanjuntak. Kalau 13 tahun lalu Ds MSE Simorangkir mengkhotbahkan itu di gereja HKBP Pangururan, tentang kerukunan Rumah Tangga, maka pada pesta bona taon hari ini, aku mengembangkannya menjadi hidup rukun di tengah punguan marga, di mana terkadang terjadi gesekan antar ‘na mardongan tubu’. Setelah tulang Sihotang manortor, kami melanjutkan perayaan ini ke pesta bona taon Silahisabungan. Begitu kami tiba di depan pintu gendung, saya mendengar suara sekretaris punguan yang kebetulan pembawa acara, meminta saya bernyanyi. Hahahaa… ini dia, yang paling kusenangi dalam pesta bona taon, bernyanyi diiringin Siahaan Musik yang sudah mengenal nada suaraku dengan tepat. Saya dengan suami menyanyikan lagu Nahum Situmorang ‘lupa pe angka na lupa’. Pembawa acara belum puas, beliau meminta saya kembali menyanyikan ‘uju di ngoluki’, lagu yang saya nyanyikan tahun lalu di pesta bona taon silahisabungan, lagu yang selalu membuat orang-orang menitikkan air mata.
Acara hari ini berakhir dengan sukacita. Kami pulang, tapi tidak dapat makan bersama, karena waktu untuk PA NHKBP telah menanti di gereja. Tidak itu saja. Meski hati kami terang benderang, kegelapan menyambut kami. Jalan kotor oleh daun-daun, ada pohon tumbang, ada atap rumah yang terbang. Angin puting beliung melanda daerah Dukuh Kupang. Aku dan dua anakku, tertidur dalam keadaan lapar, karena persediaan makanan di rumah kosong. Untung jam 21, ada sms dari inang Simanjuntak, Deltasari, undangan makan di kwetiaw Medan. Hahahah……..akhirnya hari inipun berakhir dengan sukacita dalam Tuhan, karena semua pekerjaan berjalan baik dalam anugerah dan pemeliharaan Tuhan.

Happy wedding’s day, Tuhan Yesus memberkati!

Jumat, 26 Februari 2010

Nehemia 9, 26-31

"Doa Pengakuan kepada Tuhan Maha Pengampun"
1. Allah menciptakan semua baik. Oleh manusia yang diberi daya pikir dan daya kreasi, memakai anugerah ini untuk tujuan hidupnya sendiri yang kadang melukai hati sesama dan tidak memuliakan Tuhan. Ketika manusia memakai semua anugerah pada kepentingan dirinya, maka, pembrontakan mulai terjadi. Manusia mulai mendikte Allah, mengesampingkan kekuatanNya, menganggap remeh ibadah dan penyembahan. Manusia jatuh pada arogansi da kesombongan, menolak utusanNya bahkan Allah sendiri, dengan mencipta kekuatan sendiri dengan memberhalakan diri dan anugerah yang diterimanya.
2. Perikope ini merupakan refleksi atas sikap hidup bangsa Israel yang senantiasa berbalik dari Allah yang Maha kuasa. Mereka mengasingkan diri dari bangsa sekitar, dan mengaku dosa kepada Allah. Bangsa Israel mengenal esensi Allah dengan baik, yang penuh pengampunan. Hal ini diungkapkan dalam doa dan pujian mereka tentang karakter dan kondute Allah yang digambarkan kebesaranNya sebagai pencipta bumi (ay.6), Pemberi anugerah dengan memanggil Abraham sebagai orang beriman dan tanah Kanaan sebagai pemenuhan janji Allah (ay.7-8). Dia Jugalah Allah yang melihat perbudakan bangsa Israel di Mesir, yang mendengar teriakan minta tolong mereka dan yang menolong mereka ke luar dari kuasa Firaun (9-11). Pengulangan pengenangan ini, membuat mereka dalam iman mengucap syukur atas semua janji setiaNya yang mendukung umatNya masuk ke dalam anugerah yang disediakan bagi orangNya.
3. Nehemia bersama Ezra hendak mengajarkan bangsa itu agar memasuki hadirat kekudusan Allah dengan mengenang dan mengingat bagaimana Allah bertindak menyelamatkan mereka dari ketidakpastian menuju kepastian yang kekal. Jika nenek moyang mereka angkuh dan tidak menuruti perintah Tuhan dalam menjalani hidup, bahkan para nabi yang diutus untuk membawa mereka ke dalam kebenaran menjadi dikorbankan, maka pada generasi baru ini, hendaklah mereka percaya hanya pada kekuatan Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir.
4.Kedamaian dan kesetiaan Tuhan sering dipermainkan bangsa itu. ketika mereka aman dari tangan musuh, bangsa itu menetang Allah dan menolak Nabi-nabiNya. Pertentangan yang dibuat manusia pada Allah akan membawa mereka ke tangan musuh, maka mereka akan menjadi santapan musuh. Mereka akan menderita, menjerit minta tolong, karena diperbudak oleh kesombongan mereka sendiri. Pada masa kesesakan mereka akan mengingat Tuhan, dan meminta tolong padaNya. Tuhan mendengar mereka serta memberi keamanan bagi mereka.
5. Rasa aman yang kita miliki dalam menjalani hidup, sering membuat kita menjadi sombong, merasa kuat dan mengandalkan diri sendiri. Tanpa sadar kita membuat pertentangan dengan Allah sumber kenyamanan kita. Sebagaimana bangsa Yehuda yang mengalami kesusahan karena berpaling dari Allah, maka kita juga diingatkan untuk terus menyadari bahwa kita tidak memiliki apapun yang layak kita banggakan dan yang dapat menyelamatkan diri kita. Kita hanya manusia yang dicipta dan Allah pencipta kita. Kita perlu belajar dan sadar bahwa konsekwensi dari pembrontakan terhadap Allah adalah adalah kesusahan, karena upah dosa adalah maut. Israeal yang selalu meninggalkan Allah mengalami kesusahan dan hidupnya menderita. Dalam kesesakannya, mereka berteriak minta tolong.
6. Allah setia dengan kasihNya. Dia konsisten dengan kebaikan ciptaanNya, maka Dia setia mendengar teriakan minta tolong umat, Dia setia dengan cintaNya kepada umat. Kesetiaan Allah adalah dasar dari semua penciptaan dan pengampunan yang di bawa Yesus ke dunia ini. KesetianNya tidak berkesudahan, dan menuntun manusia ke arah hidup yang baik. Dia mengutus hambaNya untuk mewartakan kebenaran injilNya, dan membawa umat tersesat berbalaik pada Tuhan. Kebaikan Tuhan patut kita syukuri, bukan untuk dipermainkan, sebab Allah tidak mau dipermainkan.
7.Mengapa manusia menjadi sombong dan melupakan kebaikan Tuhan? Menurut pskolog, peng-aku-an yang berlebih, membuat seseorang melupakan sekitar. Artinya, hidup yang memfokuskan segala sesuatu kepada diri sendiri, sering melupakan sumber pemberi diri, melupakan sekitar dan hanya melihat diri sebagai pusat dari semua. Maka ketika orang seperti ini memasuki suatu ruangan akan berkata: 'Aku datang!', Ucapannya mengarahkan semua pandangan ke dia, bahwa dialah pusat semua, dialah yang terpenting. Dan hal ini sangat berbeda jika dia berkata : 'Senang bisa bertemu dengan kalian di tempat ini.' Seseorang yang menonjolkan diri, tanpa sadar, dia juga meniadakan sumbernya, karena dia hanya melihat dirinya.
8. Nabi Nehemia, mengembalikan ingatan kita bahwa tidak ada yang boleh kita tonjolkan dari diri kita karena Tuhanlah pencipta bumi, Dia yang memanggil Abraham, Bapak orang beriman itu, Dia juga yang memenuhi janjiNya dengan memberi tanah Kanaan. Maka kemballa pada Tuhan, terimalah pengampunan yang di bawa Yesus dengan darah kudusNya, sebab Allah yang penuh kasih sayang sangat setia mendengar teriakan minta tolong kita, dan Dia setia mengampuni kita, jika kita mengaku dosa kepadaNya. Amin.

Jumat, 19 Februari 2010

1 Timoteus 6, 11-16 "Menjadi Teladan"

1. Dalam sebuah nama, ada harapan pemberi untuk masa depan pemilik nama tersebut. Ketika orang tua Batak memberi nama ‘lindung’ kepada anak, orangtuanya berharap, bahwa ‘lindung’ kelak dapat menjadi pelindung bagi keluarga, dll. Bagi orang Yahudi nama merupakan identitas keluarga. Namun, sering juga terjadi penyimpangan, diberi nama A, namun karakternya tidak sesuai dengan namanya. Maka memberi nama, selalu dibarengi doa dan harapan supaya namanya sesuai dengan karakternya.
2. Timoteus adalah hasil dari penginjilan Paulus, dan mengenalnya menjadi seorang kristen yang baik. Paulus menganggapnya sebagai anak rohani dan menyebutnya sebagai manusia Allah (man of God). Dengan sebutan itu, Paulus berharap bahwa Timoteus bisa menjadi pemimpin spritual dan teladan bagi orang percaya. Paulus ingig, Timoteus menjadi gambar dan banyangan Allah (man (person) of God : ay 11). Sebutan, sekaligus komitmen kepada Allah. Sebutan ini merupakan penghormatan tertinggi yang diberi Paulus kepada Timoteus. Ibarat seseorang yang menerima nobel, maka penerima nobel akan berjuang terus dengan penghormatan yang diterima. Dialah satu-satunya penyandang nama itu dalam PB, (bnd. Dalam PL: Musa dalam Ul 33,1; Daud dan Elia). Disamping panggilan khusus tersebut, diharapkan juga, dengan nama itu dia menunjukkan karakteristik seorang yang berhubungan dengan Tuhan, karena itu, perlu ada tindakan khusus yang menghasilkan buah-buah Roh (Gal 5,22-23). Disebut manusia Allah berarti tidak mengurus atau terikat pada masa lalu yang merusak, tidak menghabiskan waktu dengan pekerjaan iblis yang bertentangan dengan kekristenan, tetapi akan mengejar yang baik, yang berguna dan mendatangkan damai sejahtera, seperti keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
3. Esensi dari pemimpn yang disebut manusia Allah adalah mengerjar hal-hal yang baik, yaitu :
• Dua tujuan umum sebagai karakteristik seseorang yang berhubungan dengan Allah yaitu,
- Keadilan : Dikaiosune, Suatu sikap umum untuk dapat berbuat secara adil, di mana memberi kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak masing-masing. Orang berbuat adil adalah orang yang menunaikan kewajibannya kepada Allah dan sesama. Keadilan adalah semua sikap dan tindakan menunjuk pada harmoni sesuai dengan panggilan Allah.
- Ibadah : Godliness, kesalehan, suatu sikap yang mengarahkan hidup pada Allah dalam suatu kesalehan dan ketundukan. Suatu kesadaran bahwa seluruh yang ada padanya bersumber dari Allah, maka tidak akan berhenti beribadah, menyembah yang mengasihinya. Karakter dan kelakuan menggambarkan citra Allah.
Kedua hal ini berkaitan dengan iman (pistis), yang seumur hidupnya, sampai ajal tiba akan selalu setia beriman kepada Allah.
• Dua sikap khusus tentang kehidupan kekristenan,
- Kasih : Kasih adalah sikap khusus dari orang kristen, di mana kepentingan diri tidak diutamakan demi kebutuhan orang lain. Tidak ada perbedaan kekristenan dengan orang yang dari dunia ini. Yang membuat orang kristen menjadi berbeda karena ada kasih (agape: memikirkan kepentingan orang lain), suatu kebajikan yang terus bertahan, walaupun dicobai tidak akan jatuh. Dicaci tidak membalas, tapi terus mengasihi hingga terluka.
- Setia : Bertahan dalam iman dan kebenaran. Cobaan dunia tidak membuat berpaling dari Allah, tidak meningkari iman di tengah banyaknya nikmat dunia. Suatu sikap yang terus menerus bertahan meski dalam keadaan yang merugikan. Kasih dan kesetiaan membuat manusia tetap mengingat bahwa Tuhan adalah sumber kehidupannya.
• Dua tindakan khusus dengan cara yang benar, dalam hubungannya pada dunia yang memusuhi. Bagian ketiga ini merupakan kebajikan yang berhubungan dengan perilaku kehidupan, yaitu,
- Kesabaran : Hupomone: kesabaran, tidak menjadikan kita diam menanti apa jawaban Tuhan, tetapi daya tahan dan daya juang untuk mencapai kemenangan. Kesabaran tidak berubah sampai tujuan tercapai walau mengalami kesengsaraan. Rasa lapar tidak membuat seorang yang sabar mencuri, tetapi akas setia dalam iman berjuang mencari sesuap nasi. Menurut penelitian, di amerika daya juang ini telah hilang, karena telah mudah meraih apa yang ada dihadapannya, tidak lagi punya tujuan yang lebih besar, sehingga tidak sabar dengan hal yang sulit. Mungkin kesabaran ini juga sudah hilang dari kekristenan, sehingga tidak ada tindakan khusus yang dilihat dunia dari kita. Menjadi teladan adalah impian Paulus melalui Timoteus, tetapi juga melalui masyarakat kristen saat ini, di mana penderitaan tidak menaklukkan orang kristen, tetapi terus bertahan sambil berjuang meraih berkat Tuhan.
- Kelembutan : Paupatheia :jiwa yang tidak pernah meledak menjadi kemarahan oleh kesalahannya sendiri, tapi juga mampu menahan amarah akibat kesalahan orang lain. Jiwa yang lembut tidak mampu melukai orang lain, mau mengampuni ketika dia terluka, tetapi juga tegas melawan segala ketidakbenaran. Jiwa yang rendah diri, tetapi bangga karena panggilan Kristus ada padanya.
Semua hal ini merupakan sebuah gambar dari banyangan manusia Allah. Timoteus sebagai manusia Allah akan melakukan segala karakter kekristenan, karena Dia adalah gambar dan banyangan Allah di tengah dunia yang memusuhi kekristenan. Bagaimanakah dengan kita?
4. Dunia ini penuh dengan roh-roh yang mencoba membawa kita pada hidup dunia. Paulus mengingatkan teman mudanya agar melakukan pertandingan iman, karena musuh yang melakukan pengejaran terhadap kekristenan dan menjadi penentang kekristenan adalah roh-roh dunia, yang tidak kelihatan. Perlu ada lompatan iman dalam melawan-melawan roh-roh dunia, yaitu dengan dengan teguh pada karakter kekristenan seperti yang diuraikan di atas, karena ke situlah kita dipanggil, panggilan pada kehidupan kekal. Pertumbuhan iman tidak otomatis, tetapi bagaimana kita meresponnya dengan melatih diri secara spritual dan disiplin, seperti berdoa, belajar firman, mengimani, dan taat. Dengan latihan yang terus menerus, pertumbuhan spritual akan semakin baik dan matang.
5. Kehidupan kekal adalah satu hal dari tujuan hidup manusia. Bukan kesementaraan, maka kita akan bertanding menentang setiap yang sementara, yang merusak perjalanan kita menuju kekekalan. Dunia bertujuan untuk yang duniawi, tapi kehadiranNya bertujuan untuk kekekalan (Yoh 10,10). Untuk mencapai tujuan hanya dapat dilalui melalui iman. Kekuatan kita menentang roh dunia, hanya dengan iman yang teguh. Dengan iman itu pulalah Timoteus dapat menyaksikan baptisannya dalam air lebih dari sebuah dogma.
6. Paulus menguatkan Timoteus untuk selalu setia dalam perjanjian yang dia saksikan di hadapan Allah yang benar dan jemaatNya, bahwa Allah yang memberi kehidupan pada semua yang hidup adalah Allah yang memberi kepenuhan baginya.
7. Tuhanlah yang memberi dan mempercayakan kita menjadi hamba-hambaNya di dunia ini, Dia juga yang memperlengkapi kita dengan karunia-karunia. Dialah satu-satunya yang dapat menaklukan maut, maka tetap tinggal di dalam Dia, dalam memperjuangkan nilai-nilai kekristenan. Pakailah kekuatan dari Tuhan melawan seteru, bertandinglah dengan imanmu! Dialah Tuhan yang patut menerima kehormatan dan kemuliaan, maka hasilkan buah yang baik, kejarlah karakter kekristenan!

Rabu, 17 Februari 2010

Tak lekang oleh Waktu : Mzm 136,1

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. Mazmur 136,1
Hari ini dunia merayakan valentine’s day. Ada yang berpesta ria dengan teman-temannya, ada yang merayakan dengan keluarga, ada yang hanya berduaan seperti orang dimabuk asmara, ada merayakan dengan ibadah seperti kita saat ini. Apapun yang dilakukan orang merayakan hari kasih sayang, satu hal yang harus kita ingat bahwa Tuhan lebih mengasihi kita, kasihNya pada kita, pada dunia untuk selama-lamanya, kasihNya tidak berkesudahan, tidak lekang oleh waktu. Maka marilah kita belajar tentang valentine dari perspektif iman kristen melalui nats yang tertulis dalam Mazmur 136, 1 “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”.
Pemazmur mengajak umat manusia bersyukur, mensyukuri kebaikan-kebaikan Tuhan, di mana Ia telah memberi diri, berkorban dan memulihkan kita dari maut dan dosa supaya kita menerima yang baik. Panggilan ini merupakan bentuk pengakuan sebab Allah sungguh-sungguh mengasihi kita, dari waktu ke waktu.
Bagaimanakah cinta Allah akan dunia ini? Menurut catatan Injil Yohanes, ‘karena begitu besar kasih Allah pada kita, akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya, tidak binasa, melainkan berolh hidup yang kekal’ (Yoh 3, 16). Kasih yang besar itu, tidak berkesudahan, meski Dia mati dan terluka, kasihNya terus mengalir dan tak berhenti.
Dalam khotbah ini, saya ingin mengangkat dua peristiwa hidup yang mencinta, hidup yang tidak dibatasi ruang dan waktu, hidup yang menderita karena cinta. Cinta yang tak lekang dari waktu.
• Charles Lamb pernah begitu mencintai seorang perempuan, tetapi ia melupakan keinginannya untuk menikah ketika ia melihat keluarganya yang begitu membutuhkan pertologannya. Ia menjadi malaikat pelindung bagi seisi rumahnya, khususnya bagi Mary, saudara perempuan yang mengalami gangguan mental. Suatu ketika Mary mengamuk dan menikam ibunya hingga meninggal. Sejak itu Charles memutuskan untuk menjadi ‘penjaga’ Mary. Dan beberapa orang menyaksikan bagaimana Charles bergandeng tangan dengan Mary berjalan menyeberang, membawa saudaranya ke RS jiwa.
• Dikisahkan, suatu hari, Bunda Teresa berkeliling dari gang ke gang di
kampung-kampung Calcutta.”Bunda Teresa!”, teriak seorang pengemis yang sambil menggesotkan kakinya mendekat pada Bunda Teresa.”Ini untukmu. Aku ingin memberikannya padamu,”kata pengemis itu sambil memberikan semangkuk uang receh rupee hasil jerih payahnya mengemis hari itu. Mother Teresa menolak halus dan berkata,”Mengapa, Bu? Bukankah ini untuk makan ibu hari ini?” Pengemis itu memandang Bunda Teresa dengan mata berkaca-kaca. Dia memang belum makan dari pagi. Teresa memperhatikan baju yang lusuh dan kulit berbalut tulang yang berlutut di depannya. Bunda Teresa mendekat.”Tapi, Bunda”, bujuk pengemis itu, ” ada yang jauh lebih menderita dari pada aku. Terimalah, Bunda.Berikan uang inikepadanya.”, kata si pengemis itu penuh harap. Bunda Teresa tidak berani menolak. ”Baik, baik. Aku terima. Terimakasih”, ucap Bunda Teresa, menepuk bahu pengemis itu, tanda menghargai jerih payahnya.
Satu pesan dia tangkap dari hadiah sang pengemis itu. Betapa ia memberikan hartanya dengan segala cinta demi membahagiakan orang lain. Inilah mencintai sampai terluka. Pengemis itu tidak mengindahkan keringat, keletihan dan luka goresan di jalanan berdebu dan panas, yang dialaminya hari itu. Ia memberikan dengan cintanya. (’Mencintai hingga terluka’ buku Julianto Simanjuntak yang terinspirasi dari Mother Teresa yang sangat dikenal dengan gerakannya di Calcutta).
Mencintai bukan menekankan hasil, tapi proses. Mencintai membutuhkan ujian yang terus menerus, maka keberhasilan cinta tidak ditentukan pemberi dan penerima, juga bukan pada hasil, tetapi cinta yang terus menerus mengalir, mencari sasaran. Hal ini dilakukan oleh Tuhan, memberikan dengan cinta, sehingga dalam mazmur 136 dikatakan, untuk selama-lamanya kasih setianya, istilah dipakai Pengkhitbah: tidak berkesudahan kasih setiaNya. Selalu ada! Yang luar biasanya, Yesus tidak menghiraukan harga diri-Nya demi memberi cinta kepada manusia. Cinta yang penuh dengan luka dan penderitaan, dilakukan-Nya dengan taat, karena Kasih Alla akan dunia ini. Ketaatan Yesus yang mencintai kepada Bapa dilakukan, agar rencana Allah untuk keselamatan dunia terjadi. Relasi dengan dua kisah di atas adalah: kadang kita pun bisa mengalami luka dan meyesakkan hati, luka jiwa dan beban yang semestinya tidak kita tanggung: kita mencita dengan sungguh-sungguh, tapi tidak diperdulikan, tidak digubris. Saya teringat seorang perempuan yang ’katanya’ saling mencintai dengan seorang pemuda. Mereka merajut cinta, berbagi dan saling memberi. Mereka menabung bersama dan membeli rumah. Tetapi ketika perlengkapan rumah tangga sudah tersedia, lelaki menikah dengan perempuan lain. Peremupuan muda itu marah, dia terluka, dia marah pada dirinya dan menghukum dirinya untuk tidak menikah dengan siapapun.
Mencinta tidak menghukum diri, tidak menyengsarakan orang yang mengasihi kita, tetapi kita akan terus mengasihi yang lain ketika cinta pertama kita tersumbat pada sasarannya, mengarahkan pada cinta lain, dan terus akan berkorban kalau itu harus terjadi. Kita tidak akan memutuskan hubungan dengan pasangan yang bersikap semena-mena pada kita, memberi cinta dan perhatian pada anak-anak kita yang menjadi pecandu narkoba, atau mungkin minggat dari rumah karena korban facebook, mendampingi suami yang pemabuk atau penjudi, menjadi guru seorang anak yang berjiwa pemberontak, dll. Cinta akan membuat kita tetap bertahan jika harus melalui jalan demikian.
Dalam hal ini, kita akan belajar bagaimana kekuatan cinta, di mana cinta bukanlah sekedar perasaan, keinginan atau pikiran. Cinta bukanlah sekedar harapan atau
cita-cita dalam diri kita. Cinta adalah keterampilan. Cinta sejati adalah cinta
yang di hidupi dan di miliki lewat berbagai ujian. Cinta sejati justru di ujian
oleh peristiwa dan orang, yang menaburkan hal-hal yang bertentangan dengan
cinta itu sendiri.
Sering kita berpikir bahwa mengasihi itu adalah hal di mana kita menjadi orang penting bagi yang kita kasihi dan menerima yang baik dari mereka yang kita kasihi. Kita sering kecewa bila tidak menerima cinta yang wajar. Tapi alkitab dalam pengkhotbah 3,22-23 mengisahkan kenyerian hidup dalam mencintai. Kisah cinta dalam pengkhotbah adalah kisah paling menyedihkan di dalam Alkitab, kisah ini telah menjadi inspirasi dari salah satu himne yang penuh pengharapan di abad ke-20 yang dibuat menjadi sebuah Hymne oleh Thomas Chilsholm (1866-1860) dengan judul ‘Besar setiaMu, Tuhan”.
Nabi Yeremia menjadi saksi kengerian itu, ketika orang Babilonia melakukan penyerangan ke Yerusalem pada tahun 586 SM. Bait suci Salomo runtuh menjadi puing-puing, jantung kehidupan masyarakat pun turut lenyap. Pada masa itu, orang-orang telantar; tanpa makanan, tanpa tempat bernaung, tanpa kedamaian, dan tanpa pemimpin. Mereka kehilangan pengharapan. Namun, di tengah-tengah penderitaan dan kepedihan itu, salah seorang nabi mereka menemukan alasan untuk berharap. Yeremia menulis, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu" (Ratapan 3:22,23).
Cinta dan Pengharapan sangat berkaitan erat. Cinta yang dirasakan Yeremia secara pribadi dari Tuhan yang menjadi sumber pengharapannya. Janji Tuhan yang penuh cinta menjadi pegangannya untuk menenangkan hati umatnya, di mana janjiNya akan menyertai, menolong mereka (Yes 41,10). Cinta membuat kita menjadi betah berbuat baik, senang melihat orang gembira, dan berusaha memberi yang terbaik bagi sekeliling kita. Itulah kekuatan cinta, dia lebih kuat dari maut, karena cintaNya pada dunia ini, Dia mengalahkan maut dan kematian. Cinta kita akan terus mengalir tidak lekang oleh waktu.
Cinta yang kita terima dan rasakan dalam diri Yesus Kristus, itulah cinta yang akan kita pegang, kita wujudkan dalam hubungan dengan sesama. Cinta akan terus berkobar meski kita terluka, cinta penuh penderitaan, tapi berdampak kebahagiaan. Maka kalau saya memakai busana hitam di hari Valentine ini, bukan saya menafikan romantisme warna pink, tapi saya mau mengubah diri untuk terus mencintai walau pun hingga terluka. Amin.
(Dari berbagai sumber).

Jumat, 12 Februari 2010

1 Timoteus 3, 1-7

Menjadi Teladan dalam Karakter

1. Menjadi teladan merupakan kebutuhan di tengah kehidupan manusia, baik seorang anak terhadap orangtuanya, masyarakat kepada pemerintah dan jemaat kepada pemimpin gereja. Maka, ketika ada seorang pendeta melakukan pelecehan sex, secara otomatis ‘citra’ pendeta di mata jemaat berkurang, karena tindakan personal ini, dilihat sebagai tindakan general. Hal ini terjadi, karena seorang pemimpin Gereja adalah yang diangkat dari kelompok penatua menjadi pemimpin di kelompok itu. Di HKBP disebut sebagai ‘uluan ni Huria’. (dari kata presbuteros = uskup secara jabatan dan episkopos = penilik; mengawasi dalam tugas). Jadi dalam alkitab dua kata ini sekaligus digunaka untuk jabatan dan tugasnya di tengah gereja.
2. Pemimpin ini diangkat dan ditetapkan di depan jemaat dalam kerangka menegaskan bahwa jabatan dan tugas mereka bukan rahasia, tapi terbuka untuk diketahui semua orang. Untuk menjadi seorang pemimpin harus mengikuti jalur tertentu, dari calon (Pendeta, Guru Huria, Bibelvrow, diakones dan Sintua). Setelah mengikut masa pencalon dan ujian-ujian baru mereka disahkan menjadi penilik karena tugas mereka bukan untuk dirinya, tapi bagi jemaat Tuhan.
3. Memimpin dalam melakukan tugas di tengah gereja adalah panggilan surgawi, karena tugas ini bukan dipertanggung-jawabkan kepada manusia, bukan ditentukan manusia, tetapi dipertanggujawabkan kepada Allah dan melakukan pekerjaan sesuai dengan ‘poda tohonan’ masing-masing pekerja. Pemimpin gereja mempunyai tugas ganda menjadi pemimpin dan pelayan secara bersamaan. Pemimpin jemaat yang dipercayakan oleh Tuhan dan melayani jemaat itu, sehingga tidak ada yang tersesat. Oleh karena itu seorang penilik diharapkan mempunyai integritas, berkarakter dan kredibel di dalam iman. Maka, pilihlah pemimpin yang sudah tangguh, matang dan berkarakter, jangan yang baru, supaya tindakannya tidak sombong, arogan dan menganggap rendah yang dipimpin.
4. Saya punya pengalaman dengan banyak pendeta resort yang muda dan melayani di perkotaan. Dia menunjukkan sikap seperti pejabat, ‘kurang rendah hati’ dalam sikap dan bicara. Saya mengatakan dalam hati, ‘inilah karakter pelayan Allah yang terlalu cepat di angkat memimpin di resort’, sikap pejabat, tapi kurang kinerja, sebab ternyata orang muda di perkotaan banyak jajan di luar HKBP, karena perut mereka terus lapar. Maka ketika Yohanes dan Yakobus berharap posisi yang strategis, Yesus berkata, itu bukan hakKu, tapi tunjukka kinerja yang dapat mengangkatmu ke posisi tersebut. Artinya menjadi penilik atau menjabat di tengah gereja harapan orang adalah kinerja. Maka jemaat melihat pendeta resort lebih tinggi statusnya dari pendeta huria. Pendeta resort lebih layak dihormati dari pendeta huria, walau dalam hal kerja pendeta huria lebih berkarakter. Maka ketika ada seseorang memberi bantuan kepada pendeta di satu distrik tertentu, yang membagi membuat klasifikasi antara pendeta dengan pendeta diperbantukan, karena jabatan dilihat sebagai prestasi dan kelebihan. Maka menjadi pemimpin dalam perikope ini diharapkan yang sudang matang dan tangguh bukan yang baru bertobat, supaya tidak sombong karena menganggap diri penting, (ay 6).
5. bisa saja ada beberapa penilik yang menyimpang dari panggilannya. Dia bekerja untuk menyenangkan hati manusia, sehingga dia melakukan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai manusia. Rich Warren dalam buku God’s answer to life’s difficult question menjelaskan bahwa pekerjaan pelayan Tuhan bukan menyenangkan hati manusia, jika hati si A dibuat senang, maka si B akan menuntut hal yang sama, maka kita tidak bisa menuruti semua kemauan jemaat yang kita pimpin. Maka pelayan gereja bekerjalah untuk menyenangkan hati Allah, karena dengan melakukan itu, pelayanan akan berjalan sesuai kehendak Allah. Mungkin ketika kita melakukan apa yang menyenangkan hati Allah, bisa saja jemaat setuju, atau bisa juga tidak setuju dan memusuhi kita, tapi setiap penilik jemaat yang menyenangkan hati Allah, akan berkarakter yang baik, menjadi teladan bagi jemaatnya.
6. Gereja mula-mula mengetahui beratnya hidup seorang pemimpin jemaat. Dia dituntut untuk waspada dan menjaga diri dari kehidupan duniawi. Pemimpin jemaat tinggal di dunia, tapi diharapkan berbeda dengan dunia. Tidak mempunyai istri/suami lebih dari satu, tidak peminum, pemarah, dan bukan hamba uang. Karena pekerjaan pemimpin jemaat tidak aktual ketika khotbah itu tidak dilakukan dalam kehdupan keseharian, maka pemimpin harus bijaksana, ramah, pendamai dan suka berbelas kasih. Persoalan yang sering muncul adalah pembelaan diri bahwa pendeta juga manusia, pendeta juga punya perut, punya anak dan punya ambisi. Semua itu benar, tetapi ketika gereja tidak mencukupi kebuthan peniliknya, janganlah membenarkan tindakan suap dan korupsi, tetapi bijaksanalah seperti Rasul Paulus yang membuka usaha tukanng dan dagang, sehingga tidak menjadi beban bagi jemaat, dan membuat dia menjadi kuat dalam menasihati. Bagaimana mungkin jemaat percaya pada Tuhan yang kaya sesuai dengan khotbah para pendetanya, jika pendeta itu dari pintu ke pintu jemaat mengeluh tentang kemiskinan dan kebutuhannya? Bagaimana mungkin jemaat menghormati perkawinannya, jika pemimpinnya berpoligami/poliandri? Bagaimana mungkin jemaat melihat Yesus yang lemah lembut, kalau pemimpin hanya untuk mempersoalkan hal kecil bisa marah dan memaki?
7. Karakter seorang pemimpin ditentukan oleh hidup dan pergaulannya dengan Allah. Bila pemimpin itu hidup seturut dengan kemauang Allah, maka akan nampak dalam sikap hidupnya, tetapi orang yang hidup dengan pikran-pikirannya akan menuntut orang berkarakter, tetapi sang pemimpin tidak menunjukkan karakter pemimpin di dalam Tuhan Yesus.
8. Pemimpin mempunyai ruang lingkup yang luas dalam pelayanan, dimulai dari rumah tangga, gereja dan masyarakat. Untuk melakukan semua tugas ini hiduplah dengan rendah hati seperti Musa. Dia mau menerima petunjuk dan petuah dari mertuanya Yitro. Dia sadar keterbatasannya sebagai manusia, maka untuk tidak jatuh ke berbagai pencobaan, dia masuki ketidakterbatasan Allah dengan memandang semua umatNya sebagai ciptaan Tuhan, sehingga mau brbagi tugas, karena Tuhan memberi talenta kepada semua orang. Penyatuan semua talenta dari umat akan mencapai kesempurnaan pelayanan, karena Kristus Raja Gereja memberi Roh kebijaksanaan dan pengendalian diri.
9. Menjadi pemimpin kristen adalah pemimpin yang dihormati semua orang, karena itu, seorang pemimpin kristen harus menjada diri untuk tetap kudus seperti Kristus yang mengutusnya. Tidak bercacat, suami/istri dari satu orang, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah, melainkan peramah, pendamai dan bukan hamba uang. Tuhan memberkati para hambaNya, sehingga tidak satupun jemaat yang hilang dalam tanggungjawab yang diberikan Tuhan pada semua hambaNya. Amin.

Jumat, 05 Februari 2010

Mazmur 128

‘Hidup yang berbahagia’
1. Masyarakat Batak akan disebut orang yang berbahagia, bila mempunyai jabatan, kekayaan, anak-anak (laki-laki dan perempuan), yang sukses dan berpendidikan tinggi. Maka banyak cara diusahan untuk mencapai kebahagia itu.
2. Kondisi keluarga yang baik, rezeki yang melimpah jabatan yang baik tentu menjadi penting bagi semua orang, tidak hanya orang Batak, karena kita merasa kondisi hidup kita merupakan jawaban Tuhan bagi kita. Maka siapakah yang tidak suka disebut orang yang berbahagia?
3. Dalam bahasa Ibrani Asheey (blessed, berbahagia, na martua): berkaitan dengan kelepasan/keselamatan, sukacita, kenyamanan, dan hidup sejahtera. Itu artinya, keberuntungan, panjang umur, keluarga yang baik, berkaitan dengan kebahagiaan manusia. Jika kebahagiaan ini, kita temukan, maka akan menjadi semakin nikmat dalam menjalani kehidupan. Dan Tuhan menyukai semua umat manusia hidup dalam kebahagian. Dua hal pnting harus kita ingat dan jalankan dalam menemukan kebahagian tersebut, yaitu: Takut akan Allah dan Hidup menurut jalanNya.
4. Orang yang takut akan Tuhan akan berbahagia, tapi yang tidak menaruh hormat pada Tuhan dan berpaling pada orang angkuh akan celaka (Mzm 40,5; Amsal 28,4). Dalam ay. 1a ini jelas terlihat kaitan antara rasa takut dan kebahagiaan. Di sisi lain ada kecelakaan bagi yang tidak menaruh hormat pada Tuhan.
5. Hidup pada jalan yang ditunjukkanNya, adalah orang yang berjalan dalam kebenaran, sesuai dengan kehendak Tuhan, tidak menyimpang ke kiri dank e kanan, tidak tunduk pada kemauan dunia.
6. Cenderung orang memahami, kebahagiaan itu bersumber dari dirinya. Kalau kita mempunyai kekuatan, daya jang dan berhasil, kita merasa sudah sempurna dan berbahagia, tetapi kenyataan banyak orang yang sukses tapi penuh rasakwatir, ada orang kaya, tidak bisa tidur karena takut hartanya hilang, ada orang yang berlimpah makanan di rumahnya, tapi tidak bisa dikonsumsi, karena berbagai penyakit dalam tubuhnya. Maka, menurut pemazmur, bukan apa yang kita miliki, atau capai capai, tapi bagaimana kita mempunyai persekutuan yang erat dan baik dengan Tuhan, maka semua yang kita capa di jalanNya, akan membuat kita nyaman, bahagia dan tidak khwatir tentang mada depan kita.
7. Panggilan pemzmur, supaya kita memasuki hadirat Allah dalam ketundukan dan ketaatan. Musak dengan hormat atas kemulianNya.
8. Takut akan Allah dapat kita pahami dalam dua hal, yaitu:
• Hormat, tercengang, kagum atas semua perbuatanNya. Untuk perbuatan tanganNya yang penuh kekaguman itu, membuat kita menjadi benar-benar memuji dan memuliakanNya. Mengingat perbuatanNya membuat kita merasa lapang, karena jalan Tuhan jalan membawa kita keluar dari persoalan, bukan jalan buntu, tapi jalan yang memampukan kita mengatasi persoalan seberat apapun.
• Gemetar bertemu dengan Dia, yang jijik terhadap dosa. Maka takut akan Tuhan akan menjadikan kita hidup kudus, menyingkirkan dosa dan tidak seturut dengan dunia.
9. Denga dua hal di atas, umat manusia akan menerima kebahagiaan sejati, karena hidupnya seturut dengan jalan yang ditunjukkan Tuhan, jalanNya benar, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, karena rasa takut pada Tuhan.
10. Hidup dalam jalan Allah, mengikuti cara kerja Allah dan tidak berpangku tangan, tetapi selalu berkarya dalam mengusahakan kebaikan. Pekerjaan menghasilkan anggur yang baik,mendidik anak dalam kebenaran, sehingga berkat (blessed) Tuhan membawa dampak dalam kesehariaan. Istri yang baik (bnd. Amsal 31, anak-anak yang tidak mempermalukan, tetapi yang juga menjadi anak yang takut pada Tuhan, sehingga berbudi luhur, tuluh dan bijaksana, dan hasil kerja yang membuat tidur kita nyenyak, tidak kwatir dan bimbang.
11. Itulah rankuman kebahagian menurut mazmur 128 dan dampak baiknya dalam kehidupan, oleh karena itu, seruan pemzmur bagi kita, supaya di tengah banyaknya ketidakbenaran yang kita hadapi, masalah korupsi, kolusi, penyalhgunaan kekuasaan tidak membawa kita menjadi orang yang menentang Allah, yang membuat kita berpaling pada semua yang duniawi, tetapi biarlah kita menjauhkan diri dari semua yang membuat kita kena murka Allah, masuk pada jalan-jalanNya dengan hiduo yang takut akan Dia.
12. Tuhan memberkati kita bejuang di tengah dunia yang fana ini. Amin.