Jumat, 30 Oktober 2009

Roma 3, 1-3

“Berubah Oleh Pembaharuan budi”
1. Melalui Nats Roma 12, 1-3 ini, kita diajak agar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dalam kemurahan yang kita terima, sehingga mampu merespon kebaikan Tuhan dengan mempersembahkan persembahahan yang hidup, yang berkenan pada Allah, yaitu tubuhmu, tempat curahan Roh Kudus, supaya kita bisa dan menjadi berbeda/tidak serupa dengan dunia ini.
2. Roma 12-16 merupakan nasihat Paulus pada jemaat Roma, di mana secara keseluruhan surat Roma menceritakan tentang Kristus sebagai kebenaran. Perikope ini diawali dengan perkataan, demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu. Kemurahan Allah adalah kasih karunia yang kita terima. Allah sering menggantikan kemarahan dengan kemurahan untuk membawa kita pada jalan kebenaran.
3. Hidup kita adalah hidup yang dikasihi, hidup oleh karena kemurahan belaka. Apakah yang boleh kita lakuakan untuk merespon kebaikan Tuhan dalam hidup ini? Kita perlu membuat ibadah yang sejati, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan pada Allah.
4. Banyak orang kristen berpikir bahwa persembahan adalah memberikan perpuluhan, persembahan syukur, dll, sehingga sering terjadi perbedaan akal budi dengan tubuh. Hati memberi, tapi tubuh berlaku bejat. Dan itu yang dikatakan seorang kristen yang menjadi ilmuwan yang sukses ketika diawancarai mengapa dia bisa sukses. Padahal dia seorang kristen yang sejati. Dia menjawab, ‘sederhana saja, kalau hari minggu, ketika saya mendengar khotbah saya melupakan bahwa saya seorang ilmuwan, kalau hari senin – sabtu, kalau saya bekerja di laboratorium ketika saya bekerja, saya melupakan saya ini seorang kristen. Beres bukan?’
5. Tapi apakah demikian kebenaran hidup kristen di tengah dunia ini? Bukan! Kapan, di mana saja kita akan tetap menunjukkan identitas kekristenan kita. Kekristenan itu full-timer, bukan part time. Jika kita menjadi kristen part time, maka akan terjadi, pada hari minggu, kita luar biasa lembutnya, baik dan manis menyapa orang, tetapi pada hari lain, dia sangat menjengkelkan bagi keluarganya, lingkungan kerja dan masyarakat. Jadi mempersembahkan tubuh adalah beribadah yang sejati (dari kata asli)
6. Perbedaan orang yang menerima kemurahan Tuhan bukan soal pakaian yang rapi dan konservatif, rambut yang rapi dan sopan, bersih dan klimis. Perbedaannya ialah kita tetap hidup dalam kesetiaan pada Tuhan di tengah kekerasan dunia ini.
7. Menurut pemikiran Charles darwin, seorang biolog kondang mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan persaingan yang keras. Setiap makhluk harus berjuang luar biasa untuk bertahan hidup. Siapa yang kuat dia yang hidup. Maka untuk bisa survive dalam hidup ini, dunia membolehkan sikut sana sikut sini. Itu adalah perjuangan.
8. Nietzsche, seorang filsuf Jerman sangat dipengaruhi teori Darwin ini. Dia melihat, di mana-mana yang lemah di makan yang kuat. Untuk bisa bertahan hidup harus tunduk pada yang kuat. Orang miskin di Indonesia harus tunduk pada keputusan pemerintah, menerima bantuan tunai langsung untuk mempertahakan hidup beberapa saat, meski pun itu tidak membangun eksistensi kemanusiaan mereka, sebab jika mereka melawan akan dihancurkan dengan sistem politik ekonomi yang tidak mereka pahami.
9. Dan ini yang dikatakan Paulus berbeda dari dunia. Berani tampil beda, adalah anjuran yang diperintahkan Rasul Paulus di ayat 2 ini. Jelas keberanian tampil beda harus didasari oleh pola pikir yang baru, yang diperbaharui oleh Tuhan. Tampil beda, berbeda dari cara pandang dunia, di mana dosa sudah masuk ke dalam dunia (Rom 5:12). Jadi orang kristen perlu mengisi hidup dengan benar dan cerdas, agar mampu mengkritisi dan menyikapi persoalan hidup dengan kuat. Memang banyak orang mengatakan itu kebodohan, tidak apa-apa, bukankah salib itu disebut sebagai kebodahan, tetapi kristus harus melaluinya untuk keselamatan manusia? Demi kemurahanNya, Dia disebut bodoh?
10. Kita boleh mengangkat Daniel sebagai contoh. Dia tinggal di istana raja yang tidak seiman dengan dia. Dia dikelilingi pegawai istana yang membencinya karena dia berbeda dengan dunia ini. Meski banyak yang mengincarnya untuk mencari kesalahannya, tapi dia menunjukkan kesetian pada Tuhan dan kerja keras pada pekerjaannya on duty. Disiplin dan bertangung jawab secara tugas.
11. Memang banyak orang meragukan, dapat sukses dengan berlaku jujur dan benar apalagi dalam usaha dagang atau bisnis. Kalau kita jujur kita akan bangkrut. Itu prinsip orang kristen yang menjadi pengusaha. Tapi apakah benar demikian? Seorang pengusaha sukses pernah bersaksi, dia pernah kalah tender untuk penggalian tambang berlian di martapura, kalimantan. Dia harus berjuang untuk bisa bangun dari keterpurukannya. Dia meminjam uang membayar para karyawan dan memulihkan perusahaan, karena uang mereka sudah sempat masuk dalam pengurusan penggalian. Tapi berkat ketekunan dalam doa, dan kerja keras serta on duty dalam tugas, di luar perhitungannya, dia menerima tugas untuk meneruskan proyek penggalian tambang berlian di mertapura. Karena sesuai denga proposal, dia yang layak menerima tugas itu.
12. Itu yang dikatakan Pdt. Dr Eka Darmaputra, tunjukkanlah nilai lebih kita sebagai kristen, bukan hanya dengan hasilnya, tetapi juga dengan caranya. Hasil memuaskan dengan cara yang sehat dan bersih. Iman dan akal sehat.
13. Maka jangan serupa dengan dunia ini, adalah nasihat agar kita jangan oleh belaian dunia ini masuk pada pengaruhnya yang kotor dan jahat, di mana di dunia ini penuh dengan pergolakan, dosa dan pemberontakan. Tapi bukan juga mengasingkan diri dari dunia ini, atau keluar dari dunia ini. Doa yesus dalam Yoh 17,15 dikatakan, ‘Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia...’ Hidup di dunia, tapi dengan cara pandang yang berbeda dengan dunia ini. Kalau dunia berkata, hotel yang baik harus ada perempuannya, tetapi orang kristen sudah membuktikan bahwa mitos itu harus dihapus dengan pelayanan yang baik kreatif dan innovatif. Pelayanan yang berbeda dari dunia, tapi memuaskan konsumen.
14. Biar pun seluruh indonesia KKN, tiak perlu kita menyesuaikan diri sistim dunia ini, karena ada orang kristen yang sukses dalam karir dan jabatan, walaupun dia tidak menyogok untuk mendapat jabatan. Memang itu sulit, tapi kita harus berjuang dalam hidup ini dengan keyakinan bahwa Roh Tuhan yang turun ke dunia ini, bukan sekedar menunjukkan kemaha kuasaan Allah, tetapi menuntun, mengajar dan membimbing kita untuk cerdas, beriman dan berakal di dunia yang penuh kesesakan bagi umat Tuhan.
15. Saat ini, kita diajak untuk memperbaharui budi. Be transformed. Berubah bukan karena kekuatan kita, tapi itu bagian dari pekerjaan Roh Tuhan yang ada di dalam kita. Dia menarik kita dari yang negatif ke arah yang positif. Hidup dalam pengawasan Roh Kudus dan masuk dalam dunia yang tidak berubah secara rohani. Kita berubah dari sifat yang duniawi, menjadi esensi yang dikendaki Tuhan, di mana perubahan itu bukan soal penampilan luar tetapi berhubungan dengan pertobatan.
16. Hidup adalah karena kasih karunia belaka, kita tidak perlu terlalu melambung, mencapai sesuatu yang jauh di luar kemampuan kita, bila kita hanya memikirkan yang terlalu tinggi, sehingga tidak melakukan sesuai dengan talenta yang kita miliki. Padahal untuk masing-masing orang, Tuhan memberi talenta dan kemampuan. Jika talena itu kita asah dan kembangkan, maka kita akan kuat dan bertahan dalam dunia yang penuh pergolakan ini.
17. Menjadi kristen perlu kerendahan hati, sehingga kuat menghadapi kegagalan. Tapi bukan menjadi tidak berbuat apa-apa. Keanggotaan kita terwujud dari karunia yang kita miliki. Berbagi tugas. Karunia bukan membangun hubungan hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama untuk masuk dalam ibadah yang benar.
18. Karunia bisa membahayakan, karena bisa terjadi penonjolan diri. Hanya kasih lah yang mencegah terjadinya kesombongan. Maka mengakhiri perikope ini, Paulus menasihati untuk saling mengasihi, dengan berlaku baik dan menjauhi yang jahat. Kasih itu adalah agape, bukan kepura-puraan. Kasih kekristenan adalah cerminan kristus yang datang di dunia yang jahat ini. Kita menjadi kuat, dengan bersenjatakan kasih dalam melawan kejahatan (hanya 15 menit kuat seseorang marah, kalau kita tidak menanggapi, dia akan melebur).
19. Alamat kasih itu adalah semua orang. Bukan hanya kristen, sebab Kristus datang untuk semua orang. Penghormatan bukan untuk yang kuat, taoi kita seperti bekejar-kejaran menghormati sesama kita.

Senin, 26 Oktober 2009

Pesta Huria, sebagai Pesta Panen: Pesta Gotilon/unduh-unduh

Apakah Pesta Huria/gotilon dalam tradisi kekristenan di tanah Batak?
Pesta jemaat (gotilon) merupakan ungkapan syukur atas berkat dan kasih karunia Tuhan yang menjaga, memelihara kehidupan umatNya. Ucapan syukur ini dilakukan melalui pesta panen, sebagaimana Umat Israel yang diiringin nyanyian dan tarian. Selain pesta panen sebagai pesta besar di Israel, mereka juga mengenal pesta besar lainnya, yaitu pesta hari pengumpulan hasil/Hari Raya Pondok Daun.
Tulisan ini sengaja dibuat sebagai bahan perenungan, khususnya untuk jemaat HKBP Dukuh Kupang, Surabaya, karena 25 oktober ’09, HKBP Dukuh Kupang merayakan pesta Huria/Gotilon dengan kegiatan cerdas cermat bible dan buku ende, olah raga: tennis meja dan catur, serta koor antar sector. Disamping itu, pada umumnya gereja-gereja Batak juga mengadopsi acara perayaan ini sebagai cara mengucapkan syukur pada Tuhan atas penyertaanNya sepanjang tahun dalam hidup dan pekerjaan umatNya. Bagi gereja Jawa atau Kristen yang tinggal di jawa merauakannya dengan pesta unduh-unduh.
Pada waktu pesta panen, hasil pertama dari pemberian Tuhan (buah sulung dari tananam dan peliharaan, atau gaji) di bawa ke Bait Suci, Imam meletakkan persembahan buah sulung jemaat di altar. Hal ini mengingatkan bagaimana dahulu bagaimana dahulu Umat Israel mengalami kelaparan, yang membawa mereka ke Mesir, di sana mereka ditindas sebagai budak. Dari penindasan dan rasa lapar itulah Allah mendengar teriakan minta tolong mereka, Allah membebaskan mereka. Belas kasihan Allah terhadap umat yang menderita itu dinyatakan dengan janji akan memberi mereka tanah yang subur, penuh madu dan susu, tanah perjanjian tanah Isreal di Negeri kanaan. Peristiwa bersejarah inilah membuat setiap orang dan seisi rumahnya akan bersukaria dan sujud di hadapan Allah atas semua kebaikannya (Ulangan 16, 9-12; 26). Haruslah umat Tuhan bersukaria dan memberikan persembahan dengan sukarela, sesuai dengan berkat yang diberikan oleh Tuhan.
Hari Raya Pondok Daun (Pengumpulan hasil tanah) dikaitkan dengan masa pengembaraan umat Israel di Padang Gurun. Saat mereka belum mempunyai rumah tetap. Perayaan ini merupakan panen anggur (Ulangan 16,13-17), pengucapan syukur umat Tuhan atas panen mereka. Para perayaan ini, umat akan tingggal di pondok-pondok mencerminkan perlindungan Allah atas umat Israel selama mengembara di Padang Gurun (Imamat 23,39-43).
Tradisi pesta Huria/gotilon dilaksanakan HKBP dengan menyadari bahwa berbagai pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna bersumber dari Tuhan. Dia memberkati manusia dengan berlimpah walau manusia itu sering membrontak padaNya. Tradisi ini diadopsi dari kebiasaan umat Tuhan, di mana persembahan yang di bawa dari hasil panen/kerjanya dibawa sebagai persembahan yang diterima para penatua (sintua) dan diletakkan di altar gereja (Altar gereja dipahami secara teologis sebagai areal sorgawi). Persembahan ini adalah persembahan kepada Allah (bnd. Kain dan Habel yang membawa persembahan kepada Allah dari hasil panen mereka).
Pada perayaan pesta gotilon, para ibu membawa hasil panen dari sawah/ladangnya, kaum bapak memberikan envelope berisi uang dari hasil penjualan panen atau ternaknya, pemuda/remaja dan sekolah minggu membawa ‘silua’ (persembahan berbentuk barang, seperti Orange chrush, limun, roti, dll.) setelah itu semua persembahan hasil panen (uang dan barang) didoakan dalam doa persembahan pesta gotilon. Barang-barang itu kemudian dikembalikan kepada jemaat dalam bentuk ‘lelang’.
Ada yang menarik dari peristiwa lelang ini, di mana bahan yang dilelang bukan masalah sesuai dengan selera jemaat barang yang dilelang atau sesuai harga pasar. Tetapi karena ini merupakan persembahan, secara teologis jemaat menerima hasil lelang dengan harga yang mahal dan barang yang belum tentu sesuai selera si pelelang. Artinya jemaat dengan sikap teologis menerima hasil lelang sebagai cara memberi persembahan meskipun berbeda dengan harga pasar dan selera.
Ketika warga jemaat digerakkan oleh Roh Kudus memberi sesuatu yang berguna bagi GerejaNya, maka itu terjadi dalam rangka memuliakan Tuhan sebagai sumber rejeki. Dalam pesta gotilon dengan melelang bahan-bahan dapat juga terjadi karena dipengaruhi tradisi ‘marsiadap-ari’ (saling menolong) dalam budaya kerja masyarakat Batak, di mana jemaat memahami bahwa untuk mendukung dana operasional gereja, jemaat saling memberi atau menukarkan barang-barang yang dipersembahkan dalam bentuk uang. Tradisi inilah sampai sekarang yang masih berlangsung dalam mendukung keuangan HKBP, di mana semua jemaat dari sekolah minggu hingga orang tuaberperan aktif menggali dana untuk keperluaan Gereja Tuhan di bumi. Maka HKBP boleh menjadi jemaat yang mandiri secara dana dan daya dengan tradisi yang melekat di hati jemaat, walau mungkin bagi orang yang tidak memahami tradisi ini melihat dari perspektif yang berbeda. Selain pesta lelang, jemaat juga akan makan bersama. Masing-masing keluarga akan membawa nasi dan minumamnya, sementara lauknya disediakan oleh Gereja (walaupun di HKBP yang diperantauan, gereja telah meyiapkan semua sajian makan siang jemaat).
Pesta huria/gotilon merupakan kesempatan yang indah bagi setiap warga jemaat untuk bersyukur kepada Tuhan, menyatakan kuasa Allah yang berlangsung dalam pekerjaan. Allah hadir saat menabur benih, menyiram dan memberi pertumbuhan. Dia lah yang memberi matahari, hujan dan embun untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Oleh karena itu wajarlah jika manusia mempercayakan dirinya kepada Tuhan, sebab Dia yang mengawai dan mengakhiri tugas kita (BE 373,1-3: yang dinyanyikan setiap pesta gotilon sebagai ucapan syukur umat).
Pada minggu ini (25-10-09) Jemaat HKBP Dukuh Kupang merayakan pesta gotilon; Tuhan memberi ruang, menghayati iman atas karya Ilahi yang memberkati hidup jemaat dan pekerjaan umat sepanjang tahun 2009 ini. Uangkapan syukur yang bagaimanakah yang kita sampaikan pada Dias umber berkat kita? Apakah yang yang pantas kita berikan ke gerejaNya? Jemaat tidak lagi bertani atau beternak, tapi kasih Tuhan menghantar kita boleh tinggal dan hidup dengan berbagai jenis pekerjaan di Kota Surabaya sekitarnya. Jemaat tidak lagi membawa persembahan berupa barang hasil panen, tapi jemaat diajak mengucap syukur dari seluruh kehidupannya: roh, jiwa, nyawa, hidup dan harta milikku semua. Kuserahkan padaMu untuk selama-lamnya (BE 204,2: Yang sekaligus lagu wajib dalam festival Koor).
Untuk boleh memahami pesta ini, jemaat harus tahu tentang teologia persembahan, di mana persembahan adalah ungkapan syukur dan pengakuan iman akan keberadaan Allah sebagai sumber segala sesuatu. Dia Tuhan pemilik kehidupan dan semua yang ada dalam hidup manusia. Bila masing-masing orang mengimani, menyadari dan mengaminkan kasih Tuhan dalam hidupnya, memberi persembahan sebagai ucapan syukur atau respon atas kebaikan Tuhan, maka itu jugalah dasar bagi kita ‘meminta’ dari Tuhan, karena kita telah benar-benar mengenal Dia. Karena itu, janganlah kita mempercayakan diri pada manusia, pada kuasa yang dimiliki manusia di dunia yang fana ini, tetapi percayakanlah hidupmu sepenuhnya pada Tuhan, dan Dia akan memberi jalan bagimu.

Selamat berpesta panen, Tuhan Yesus memberkati! Horas…….horas……horas……..

Jumat, 23 Oktober 2009

Yosua 1,6-9

“Kuatkan dan Teguhkanlah hatimu!”
1. Memulai suatu tugas, atau tanggung jawab yang diembankan pada seseorang, dapat membuatnya gugup, gamang, takut dan kehilangan kekuatan. Mungkin akan muncul pertanyaan; ‘Sanggupkah aku melakukannya?’ Ketika seseorang diangkat sebagai pejabat di pemerintahan, maka istri yang merasa tidak mampu, mempersiapkan diri dengan belajar kepribadian supaya sanggup berdiri di depan umum dengan cantik dan percaya diri.
2. Tangung jawab atau tugas membuat kita ingin tampil baik dan berhasil mencapai target yang sudah ditugaskan untuk kita capai. Hanya sering terjadi, kita bekerja menjadi tidak hati-hati, tidak sesuai hukum atau aturan permainan yang ditentukan demi mencapai target, sehingga bila target tidak tercapai, terjadi ketakutan; takut diturunkan dari jabatan, takut tidak jadi dipromosikan dan mungkin bisa pada tingkat stress karena beban dalam melakukan tugas. (bnd. 100 hari pertama kinerja para kabitnet bersatu jilid 2)
3. Apakah dasar kekuatan kita dalam menjalankan tugas yang kita terima? Rich Warren dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa yang pertama kita ketahui dalam menjalankan tugas kita adalah apa tujuan kita bekerja. Menurut Warren tujuan kita adalah kekekalan, bukan kesementaraan, maka bila tujuan kita adalah kekekalan, kita akan memuliakan Tuhan dalam tugas kita, tidak lagi mengandalkan kekuatan, bukan hanya untuk mencapai target belaka. Dalam flim Facing the Giant ditemukan seorang guru olah raga yang gagal, ketika telah mengetahui tujuan hidupnya, di mengubah Paradigma dan pandangan hidupnya secara drastis, dia bukan lagi ‘target oriented’ melainkan menjadi ‘process oriented’. Dengan belajar dari pengalaman hidup, dia tahu bahwa tujuan utama dalam hidup bukanlah target atau hasil yang bisa dicapai, tetapi bagaimana melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya – sebagai Ibadah kepada Tuhan.
4. Melakukan tugas, bukan soal apa yang kita ketahui,atau keahlian apa yang kita miliki, tapi bagaiaman menggunakan talenta atau keahlian itu dalam menjalankan tugas sesuai aturan yang ditentukan Allah. Bagaimana kita melakukan tugas itu di tengah dunia, tugas itu boleh berarti bagi orang lain, dan Allah tetap dimuliakan. Dalam percakapan seorang Pastor Michael Bassano, seorang missionari sukarelawan dari Amerika, dengan pasien penderita HIV/AIDS di sebuah kuil Budha di Thailand: sang pasien yang kakinay dipijit karena tidak berjalan berkata pada sang pastor, ‘sekarang kau memijit kakiku, nanti kalau kita di surga, aku akan memijit kakimu’ Pastor itu menjawab, ‘Jangan tunggu melakukan kebaikan sampai kau di surga, tapi lakukanlah apa yang dapat kau lakukan sekarang, ketika kau masih hidup’. Dialog ini, merupakan peneguhan bagi setiap pekerja untuk tidak menunggu melakukan tanggung jawab imannya, tapi memulai sejak tugas itu kita terima, sebab surga tidak lagi membutuhkan kebaikan kita, surga sudah penuh kebaikan.
5. Ketika terjadi proses peralihan tugas dalam perebutan tanah Kanaan antara Musa yang telah mati kepada Yosua dalam memimpin bangsa itu, terjadi ketidak-pastian dan keragu-raguan, maka Allah berfirman: ‘Seperti yang kulakukan pada Musa pendahulumu, bahwa aku menyertainya, Aku pun menyertaimu. Karena itu, kuatkan dan teguhkanlah hatimu!
6. Janji Tuhan adalah ya dan amin. Janji itu adalah peneguhan bahwa Dia tidak akan membiarkan kita sendiri dalam menjalani tugas yang diembankan pada kita, Dia menyertai, Dia menguatkan, Dia meneguhkan. Saat kita lemah, Dia menguatkan, saat kita ragu, dia meneguhkan, saat kita tidak mempunyai apapun, dia memperlengkapi. Janji itulah yang dikatakan pada Yosua dalam tugas perebutan tanah kanaan. Janji itulah garansi/jaminan bagi Yosua bahwa mereka akan menduduki dan pemilik tanah itu. Semua yang kau lewati, bahkan yang kau injak menjadi milikmu. Yosua menerima tugas itu dengan menyeberangi sunga Yordan.
7. Dalam ay 2b-3, dikatakan bahwa Tuhan sendiri lah yang memberikan tanah itu menjadi milik Israel. Perebutan terjadi, karena tanah itu masih diduduki penduduk asli negeri itu. Dalam rangka menghalau mereka, Tuhan mengingatkan Yosua, agar bertindak hati-hati, seusai hukum yang telah diberi Musa, jangan menyimpang ke kira dan ke kanan.
8. Syarat ini sangat sederhana, soal kepatuhan akan kehendak Allah dalam mencapai tujuan. Jika syarat ini diberlakukan dalam setiap tugas-tugas kita, tentu akan menghaslakan yang baik, dan jani Tuhan mengatakan pada Yosua, engkau akan beruntung! Persoalan sering timbul ketika dalam tugas kita mengandalkan strategi dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Kita memakai cara kita dan bertindak sesuai dengan apa yang kita pikir baik. Seandainya tugas kenegaraan diberi untuk kita pikul, maka kita akan mempersiapkan diri dengan mempelajai apa kelemahan musuh, apa alat yang digunakan dan strategi pencapaian target. Kita akan bertindak sejauh yang kita pikir baik dan benar, dan kita akan mengkotakkan itulah juga kemampuan Tuhan dalam mengutus kita. Bahkan di tengah pelayanan kemanusiaan pun sering kita memakai cara dan aturan kita sendiri, sehingga kita memaksakan pikiran kita, sebagai pikiran Allah.
9. Yosua memulai tugas dengan janji Tuhan, “Aku akan menguatkan dan meneguhkan!” Itu juga janji Tuhan pada setiap orang dalam memulai dan menjalankan tugas. Bila kita lemah, maka kita akan kuat sebab kekuatan Allah menjadi sempurna dalam kelemahan kita (2 Korint 12,9-10). Artinya Allah, yang jauh lebih mengenal kita, mengetahui kemampuan kita dan merancang apa yang harus kita lakukan. Ada aturan, ada cara dan ada kemauan untuk rela mengabdi dalam menjalankan tugas itu.
10. Sejauh kita berpikir kita mampu, kita berpikir apa upah yang akan kuterima, maka kita bisa kehilangan semua harapan kita. Yosua yang dikuatkan dan diteguhkan Tuhan, tidak berpkir secara matematis, dia siap dan rela diutus oleh Tuhan dalam tugas berat secara kemanusiaan, sebab Tuhan meringankan beban beratnya.
11. Ketundukan dan kerelaan dalam menjalankan misi Allah di dunia akan memberi keuntungan bagi petugasnya, sejauh tidak menyimpang ke kiri atau ke kanan, sejauh dia tunduk pada aturanNya dan bertindak sesuai dengan perintah Allah. (bnd. Matius 6,33).