Jumat, 24 Juli 2009

Kisah Para Rasul 18, 1-5

“Kesaksian tentang Yesus sebagai Mesias”
1. Di tengah kehidupan yang penuh dengan kebutuhan, sering orang bekerja sebagai cara mendapatkan uang. Uang menjadi hal yang sangat penting. Ketika seorang anak ditanya kenapa dia sekolah, maka anak itu akan menjawab, supaya mendapat uang, bukan supaya pintar dan berhikmat. Atau kalau ditanyaa seseorang mengapa dia kerja, jawabannya juga pasti dikatakan supaya mendapatkan uang. Untuk mencari uang, banyak orangyang bekerja siang malam, lembur tanpa peduli kesehatan, bahkan kadang-kadang tidak mengetahui perkembangan anaknya. Baginya hidup hanya mencari dan mencari uang.
2. Suatu hari ada seorang anak berumur 8 tahun meminta kepada ayahnya untuk bermain dan berlari di taman di dekat rumahnya. Ayah itu menolak dengan alasan kerja dan mencari uang untuk kebutuhan anaknya. Dia berjanji suatu saat akan membawanya bermain di taman itu. Beberapa tahun kemudian, setelah sang ayah pensiun dari kerja, dia mengingat janjinya kepada putrinya, dan dia berkata, putriku, ayah sudah punya waktu, mari kita bermain ke taman dan kita boleh berlari-lari seharian. Anak itu menatap ayahnya dengan heran sambil berkata, ‘ayah, permainan itu aku butuhkan 20 tahun yang lalu, sekarang aku sudah dewasa, bukan lagi kanak-kanak’.
3. Orang yang menjadikan kerja sebagai cara mengumpulakn uang, maka si pekerja akan kehilangan nilai luhur dari kerja sebagai panggilan bagi orang beriman. Manusia bekerja tidak mencintai apa yang dikerjakan. Manusia hanya mau mengumpulak banyak uang, dia tidak perduli dengan apapun asal boleh menghasilkan uang. Itulah yang dikatakan kepada Timoteus, bahwa akar segala kejahatan adalah cinta akan uang, karena kecintaan seorang ayah pada uang, dia tidak perduli pada pertumbuhan dan masa kecil putrinya. Pemahaman ini membuat nilai kerja bergeser, di mana pekerjaan dilakukan berdasarkan upah, bukan karena bertanggung jawab, sehingga kerja demikian tidak memberi kwalitas yang baik. Saya sering melihat pekerja, (Pembantu RT), kalau tuannya tidak ada, dia tidak bekerja, tapi kalau tuannya ada, dia bekerja sampai jauh malam, tidak merasa terbeban kalau ada yang rusak, sebab dia hanya menyelesaikan tugas, bukan memenuhi panggilan.
4. Paulus hendak menunjukkan perbedaannya sebagai orang yang percaya kepada Yesus sebagai mesias, melalui kerjanya. Dia memenuhi panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan dan sebagai pekerja pembuat kemah, dengan baik dan penuh sukacita. Meskipun banyak menolak dia dalam tugas pelayanan, dia tidak menjadi undur melakukan tugas tersebut (Kisah 18,6), di satu tempat dia ditolak, dia meneruskan kerjanya ke tempat lain. Dalam membuat kemah pun, dia menghasilkan kemah yang berkualitas, sehingga banyak yang membeli darinya, bukn hanya kepentingan dagang dan kebutuhan rumah tangga, termasuk tentara dan gembala di padang. Maka jika kemahnya terjual, dia menggunakan juga untuk kepentingan pelayananNya. Maka meskipun banyak tantangan yang dihadapi, tapi tidak mengurangi semangatnya melakukan tugas pelayanan, dia terus berjuang karena dia yakin, sukses akan tiba pada waktunya. Dan itu terlihat dengan kehadiran Silas dan Timoteus dalam mendukung pelayanannya.
5. Orang yang memenuhi panggilan kerja akan mendapat penyertaan Tuhan. Di mana , Tuhan akan ambil bagian dalam usaha dan kerja tersebut, sebab Tuhan ikut serta dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi kita (Rom 8,28), maka ketika Paulus hendak pergi dari Atena ke Korintus, ke sebuah kota yang penuh dengan jiwa-jiwa metropolis, ke pusat perdagangan, di mana di sana terjadi transaksi dagang, dengan transportasi yang ramai. Bila melihat keadaan kota itu, ada kemungkinan dia ditolak, tetapi Tuhan mempertemukannya dengan Akwila dan Priskilla istrinya. Kedua orang ini menjadi sahabat dalam pelayanan injil, juga dalam pekerjaan sebagai tukang kemah, sebab Akwila adalah juga seorang yang mahir dalam membuat kemah.
6. Orang Yahudi memuliakan kerja, maka mereka selalu berkata ‘cintailah kerja’. Dengan tradisi ini, maka orang Yahudi megharuskan anak laki-laki pintar bekerja, sebab jika seorang anak tidak diajar bekerja itu berarti mengajarnya menjadi perampok. Maka kerja sebagai bagian panggilan mereka.
7. Pertemuan mereka membuahkan hasil yang baik. Meskipun Akwila dalam pergumulan berat karena diusir dari kota Roma sesuai perintah Kaisar Klaudius, tetapi tidak membuatnya menjadi enggan menerima injil di rumahnya, sebaliknya mereka menerima Paulus tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka melakukan pekerjaan yang sama, mereka melayani bersama, dan setiap Sabat, Paulus berbicara di rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang yahudi tentang Yesus sebagai Mesias.
8. Jemaat di Korintus juga mengalami perpecahan, ada dan memilih seseorang yang mereka akaui sebagai pimpinan rohani mereka, hal itu dapat memungkinkan ajaran sesat memasuki daerah itu, dan mereka juga menerima ajaran tersebut, di mana terjadi pengajaran tentang Mesias yang belum datang. Sehingga ketika Paulus memberitakan Firman yang didukung oleh Silas dan Timoteus, menyaksikan bahwa Yesus lah Mesias. Pengakuan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap ajaran sesat yang mengajarkan bahwa Mesias belum datang. (1 Tim 6, 2b-5).
9. Usaha Paulus dan Akwila sebagai tukang kemah, juga menerangkan pada kita bahwa bekerja untuk Tuhan tidak harus mendapat upah dari Gereja. Ada banyak orang yang sudah mengharapkan biaya transport dalam setiap pelayanan. Sebagai Majelis, sebagai organis, song-leader, guru koor, semua sudah mendapat uang transport, tidak ada lagi yang memberi diri untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, tanpa balas jasa. Tapi Paulus dalam pelayanannya, dia mencukupkan diri dengan berkat Tuhan melalui penjualan kemahnya. Dia bekerja bukan untuk mencari uang, tapi murni sbagai bentuk pelayanan dan kecintaan akan kerja. Dengan motivasi memuliakan Tuhan dan menyaksikan Yesus sebagai Mesias, maka dia dapat mencukupkan diri, karena dia tahu, sebagaimana dia lahir tidak membawa apa-apa, maka jika dia mati pun tidak akan membawa apapun. (1 Tim 6, 6-8).
10. Dahulu Majelis (pekerja gereja) merupakan pengabdian, tapi di tengah zaman maju dan kebutuhn yang semakin banyak, Gereja mulai memberi uang transport bagi para ‘pekerja’ gereja, namun meski si ‘pekerja’ punya penghasilan yang banyak, dia akan tetap menerima uang transportnya. Maka seorang penulis mengatakan, bahwa Pendeta pun jikalau jemaat tidak mampu memberi biaya hidup yang baik bagi pendeta tersebut, silahkan mengerjakan yang lain, seperti Paulus. Sebagai tukang kemah, Paulus tidak mengharapkan upah dari rumah ibadah sesuai tata kehidupan orang Yahudi. Artinya, kalau memang gereja itu benar-benar tidak mampu memberi biaya hidup pekerjanya, bukankah lebih baik mencari kerja sampingan? Persoalan yang terjadi, Pendeta tidak dibolehkan jemaatnya kerja sampingan, tapi kebutuhan hidup pendeta tidak dipenuhi.
11. Ketika motivasi kerja kita adalah uang, maka kita bekerja tidak maksimal. Kita hanya memenuhi kewajiban tok! Kalaupun kita bekerja maksimal itu harus dibayar seusia dengan yang kita kerjakan. Bila motvasi kita untuk memuliakan Tuhan, maka kita memenuhi panggilan kita dengan bekerja secara bertanggung jawab, dengan tujuan menyumbangkan yang terbaik di tengah kehidupan ini. Buah atau hasil kerja yang baik, akan menunjukkan Kristus ke tengah dunia ini.
12. Melalui perikope ini, Paulus menekankan agar kita hanya percaya kepada Tuhan sebagaimana yang dia khotbahkan, bukan kepada yang di dunia ini, karena kalau kita percaya kepada yang duniawi, kita akan mencari yang duniawi, menyandarkan diri pada yang dunia, dan itu dapat membuat kita jatuh ke dalam kehancuran, sebab orang yang ingin kaya jatuh ke dalam pencobaan, dan akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang (1 Tim 6, 9-10: Epistel). Percaya pada Tuhan dan sakiskanlah perbuatan-perbuatanNya yang ajaib. Andalkanlah Dia, apapun yang kau inginkan akan disediakanNya, asal engkau lebih dahulu mencari kerajaan dan kebenaranNya. (Mat 6,33). Amin.

Minggu, 19 Juli 2009

Ucapan Selamat Malam

Kasih, tak terasa hari telah berlalu dalam kasih Bapak yg di surga. Besok akan ada lagi cinta dan kegembiraan, detik demi detik, di mana umat berharap dan berkarya. Betapa indah bersama kebaikan Tuhan dalam menjalani hidup.

Tidur kasih, dalam buaian kasihNya. Ingatlah hari esok pasti lebih baik dari hari ini, karena cinta dan kegembiraan telah Tuhan sediakan buat kita.

Selamat malam kasihku, selamat menikmati mimpi-mimpi indahmu!

God keep your heart and our life.

Jumat, 17 Juli 2009

Diambil untuk diketahui

" Apakah Kamu tahu hubungan antara 2 biji mata kamu? Mereka berkelip bersama, bergerak bersama, menangis bersama, melihat bersama dan tidur bersama malah menutup pandangan terakhir pun bersama, meskipun mereka tidak pernah melihat antara satu sama lain...kecuali melalui cermin.....persahabatan seharusnya seperti itu... kehidupan akan kurang ceria tanpa sahabat............"
by
Komang Yustina
(mangyus)

Pengkhotbah 5, 9-11

‘Dikuasai atau Menguasai Uang’ (???)

1. Uang dapat mempengaruhi cara orang berpikir dan bertindak. Sebuah nyanyian mengatakan, uang bisa bikin orang jadi mabuk kepanyang, dapat membuat seseorang melihat yang jelek menjadi cantik, yang buruk menjadi bagus, yang gemuk menjadi kurus, yang pendek menjadi tinggi. Bayangkan! Sehingga banyak orang menjadi iri dan cemburu kepada yang punya uang, bahkan menghalakan segala cara pun, orang mau demi uang, sehingga dalam surat kepada Timoteus, dipertegas bahwa cinta uang akar segala kejahatan (1 Tim6,10).
2. Orang juga berpikir, dengan uang banyak, hidup akan tenang, dapat memenuhi segala kebutuhan, yang luar biasa, dengan uang, manusia dapat bertindak semaunya. Pemikiran inilah awal dari sikap buruk, hingga mau menindas dan berlaku tidak baik pada orang lain (yang tidak punya uang). Uang berubah fungsi, dari nilai tukar menjadi nilai diri (prestise).
3. Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan uang, maka dalam nats ini dijelaskan mengenai uang dan kekayaan. Pengkhotbah bukan benci atau tidak suka pada uang, sekali-kali bukan! Pengkhotabh punya perspektif yang berbeda mengenai uang, di mana pengkhotbah berpikir supaya uang atau kekayaan, tidak mengombang-ambingkan hidup manusia.
4. Persoalan yang timbul adalah, karena pentingnya uang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat banyak dengan tuntutan zaman yang semakin canggih dan mahal, banyak orang memimpikan diri menjadi orang kaya dan mendapatkan banyak uang. Manusia tidak cukup lagi hanya memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, tapi lebih dari itu, yang menjadi keperluan manusia, di mana uang sudah termasuk alat kekuasaan. Dengan pemikiran inilah, manusia menjadi selalu kurang, tidak pernah mengatakan cukup, sebab uang sudah menjadi prestise. Terjadilah kehidupan yang tidak nyaman kalau tidak punya uang.
5. Seseorang merasa tidak berharga, kalau dia tidak memegang banyak uang, tidak dihgormati kalau tidak memakai emas atau berlian, tidak PD kalau tidak belanja ke mall, atau tidak mengendarai mobil mewah, merasa ada yang kurang kalau tidak pakai make-up, sehingga untuk dirinya sendiripun, kadang-kadang dia tidak pecaya. ukuran kehormatannya ada pada harta, sehingga setiap minggu mengganti assesoris, mengganti cat rambut, belanja pakaian yang bukan kebutuhannya. Dengan uang lah dia merasa nyaman, dan merasa dihargai. Dia menempatkan kehormatannya pada harta bendanya.
6. Di samping itu, orang lain juga memberi penghargaan yang berlebihan pada orang kaya atau yang banyak uang. Diangkat menjadi penasihat, ditepuki ketika memberi kata sambutan walau tidak ada isi dari pidatonya, disuruh duduk di depan, tetapi menindas yang miskin (bnd. Yakobus 2,2-3). Orang tidak lagi melihat uang sebagai sesuatu, telah berubah menjadi seseorang (David Neff). Bila uang itu telah menjadi seseorang, maka uang itu akan menguasainya, bahkan didewakan. Uang akan lebih berharga dari apapun, sehingga demi uang orang rela membunuh, menfitnah, dan meniadakan Tuhan sebagai sumber uang. Ketika seorang muda mengalami kecelakaan dengan sepeda motor barunya, ibunya bertanya:'bagaimana keadaan motor barunya, bukan keadaan anaknya yang patah kakinya. Bayangkan kecintaanya kepada harta membuat dia lupa pada anaknya.
7. Peribahasa Romawi mengatakan bahwa uang atau kekayaan itu bagaikan air laut, semakin diminum, semakin haus. Air laut tidak pernah memuaskan dahaga, tetapi menambah dahaga. Artinya manusia yang cinta uang, tidak akan puas dengan uang, yang cinta kekayaan tidak puas dengan penghasilannya (ay. 9). Semakin banyak uang dan kekayaan, semakin banyak kebutuhan, dan kebutuhannya akan terus membuatnya, mencari dan mencari uang, tidak lagi dia yang menguasai uang dan hartanya, tetapi uang telah memperbudak, sehingga manusia tidak mampu lagi mengendalikan diri, karena semakin banyak kebutuhan, dan semua mendesak. Untuk hidup seperti itu adalah kesia-siaan belaka!
8. Mengapa hal ini menjadi sebuah kesia-siaan? Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang yang menghabiskannya. Banyak harta, tentu membutuhkan satpam, membutuhkan baby sister, membutuhkan tukang cuci, tukang kebun, tukang masak, banyak proposal yang masuk, meminta bantuan untuk ini dan itu. Dengan semua itu, tentu membutuhkan banyak pengeluaran, yang kadang-kadang dapat membuat stress. Padahal miskin atau kaya, kebutuhan kita tetap hanya 3x1 piring/hari. Orang kaya hanya melihat bagaimana orang lain menghabiskan yang dikumpulkannya (ay. 10).
9. Dalam ay 11, pengkhotbah membuat perbandingan, bagaimana orang yang bekerja keras dan mencukupkan diri dengan hasil kerjanya, sedikit atau banyak yang dia makan, dia merasa nyaman, nyenyak tidurnya, berbeda dengan orang kaya, yang tidak bisa nyenyak, karena hatinya sedang memikirkan keselamatan hartanya. Ketika bank tidak ada, si kaya takut, jangan-jangan hartanya dicuri, atau dimakan ngengat (Bnd. Epistel: Matius 6, 19-21), setelah ada Bank takut, nilai uang turun, atau banknya dibobol pencuri (bnd. 15 M, uang BNI dicuri dalam penjagaan Brimob). Tidak ada rasa nyaman, tidurnya tidak nyenyak. Seperti seorang ibu, yang baru menjual mobilnya, sepanjang malam dia tidak bisa tidur, karena hatinya terus terfokus pada hasil penjualan mobil yang disimpannya di lemari. Dia berpikir, jangan-jangan datang penculik menebas lehernya, lalu mengambil uangnya. Sepanjang malam dia ketakutan, dengan berbagai kecurigaan. Itu yang dikatakan Yesus, di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.
10. Bagaimanakah kita bebas dari kesia-siaan itu? Apakah kita harus menjadi miskin semua? Tidak, kita terpanggil untuk bekerja, menguasai dan mengelola bumi. Tuhan memberi kesempatan bagi kita menjadi kaya, tetapi janganlah kekayaan menguasai waktu, pikiran, dan tenaga kita. Janganlah kekayaan menguasai hidup kita, biarlah kita yang menguasainya dengan memakai kekayaan kita untuk mengumpulkan harta sorgawi. Biarlah hati kita lebih condong kepada harta surga, sebab harta dunia hanyalah tambahan anugerah Tuhan bagi kita, yang mengutamakan kerajaan Allah dan kebenarannya berdiam dalam hidup kita. (Epistel dan Mat 6,33). Marilah kita memfokus hati kita pada harta surgawi, supaya hati kita berada pada Yesus, yang menyediakan harta surga bagi kita.
11. Ingatlah Ibrani 13,5 yang mengatakan: Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. Selamat hidup baru, Tuhan memberkati, amin!

Jumat, 10 Juli 2009

Imamat 25, 1-7

“Mensejahterakan Alam dan Manusia”
1. Tradisi Sabat merupakan tradisi yang penting bagi umat Israel. Hari Sabbat adalah hari peristirahatan umat Tuhan dari kerja selama enam hari dan kesempatan untuk membebaskan diri dari kegiatan dan rutinitas untuk bersekutu kepada Allah pencipta manusia, yang memanggil manusia untuk bekerja, (1 Tess 3, 10-15). Tradisi ini mengacu dari Allah yang berhenti pada hari ketujuh dalam penciptaan (Kej 2,2). Dari hari sabbat berkembang menjadi tahun sabat, yaitu tahun ketujuh dalam sistim pertanian, di mana pada tahun itu petani berhenti bercocok tanam, membiarkan tanah itu istirahat, tidak ditanam apapun sebagaimana dilakukan enam tahun sebelumnya. Tahun ketujuh adalah tahun kesejahteraan bagi tanah, di mana menjadi kesempatan tanah menikmati hujan dan vitamin tanah untuk menambah kesuburan dan kebebasan dari tanam-tuai.
2. Tradisi Sabbat ini diperintahkan langsung oleh Allah, (bnd. Kel 20, 8-11: Hukum Taurat ke empat untuk hari sabbat dan ay 1 perikope ini untuk tahun Sabbat), di Gunung Sinai. Kedua tradisi ini dinyatakan di gunung Sinai dalam arti bahwa tempat menghubungkan dua tradisi yang berbeda dari segi waktu tapi berdampak yang sama terhadap kesejahteraan ciptaan Allah. Firman ini ditujukan bagi umat Israel yang keluar dari Mesir melalui Musa, hambaNya agar dilakukan jika mereka telah tiba di tanah Kanaan, tanah perjanjian, tanah yang penuh susu dan madu.
3. Firman ini bertujuan untuk mengingatkan umat bahwa tanah yang subur, berkat yang berkelimpahan dan jasmani yang sehat, kuat dan potensial telah Allah sediakan bagi ciptaanNya untuk dikelola secara baik. Tubuh manusia dipanggil untuk bekerja sebagaimana Tuhan berfirman pada Adam supaya menaklukan dan berkuasa atas bumi yang diberi (Kej 1,28), tatapi pada hari ketujuh adalah hari istirahat, memulihkan rasa penat dan mengembalikan rasa lelah kepada kekuatan semula. Demikian halnya dengan tanah yang subur, diberikan untuk ditaklukan dan dikuasai dalam rangka memberi kehidupan bagi manusia, tetapi bukan untuk dieksploitasi, untuk memuaskan kerakusan manusia. Sebelum umat itu masuk ke tanah perjanjian, tanah yang subur yang penuh susu dan madu, mereka diingatkan bagaimana cara mengelola dan menggunakan tanah itu.
4. Sabbt dikhususkan untuk peristirahatan bagi yang dicipta dan peribadahan ciptaan bagi sang pencipta. Dalam Sabbat termuat hubungan intim antara ciptaan dan pencipta dan ciptaan dengan sesama, di mana dalam hubungan tersebut ada pensejahteraan dan pemuliaan. Dalam Sabbta tidak ada mencari keuntungan diri, karena kehidupan Sabbat telah dikhususkan bagi pencipta, maka bila pada tahun Sabbat itu ada yang tumbuh sendiri di tanah kita, itu bukan menjadi bagian kita secara pribadi, tapi boleh menjadi bagian dari semua yang ada disekeliling kita dan yang ada di tanah itu, termasuk binatang liar. Artinya hari dan tahun Sabbat selalu membawa kebaikan bagi tubuh dan tanah setelah bekerja enam hari dan enam tahun, serta mendatangkan kesejahteraan bagi umat Allah.
5. Menurut pengalaman masyarakat Batak yang menanam padi satu kali dalam satu tahun lebih banyak hasilnya dibanding yang bertanam tiga kali dalam satu tahun. Hal ini terjadi karena kesuburan tanah lebih baik bila ditanami hanya satu kali dalam satu tahun. Jika tanah mendapat gizi yang baik dengan memberi kesempatan beristirahat maka tanah akan memberi hasil yang luar biasa dibanding yang menerima pupuk secara kimiawi tapi tidak diberi kesempatan bebas dan istirahat menghasilkan buah.
6. Kebutuhan ekonomi dunia yang mendesak membuat manusia tidak menghargai tanah dan makhluk hidup lainnya, sehingga tidak ada kesempatan beristirahat. Manusia akan merasa rugi kalau berhenti dari kegiatan bisnis pada hari Sabbat (Baca: Minggu). Takut keuntungan akan diambil orang jika kita berhenti, sehingga kita berlelah sepanjang waktu dan melanggar perintah Allah demi kepentingan bisnis dan ekonomi. Demikian halnya dengan tanah, karena kebutuhan yang mendesak ada yang menanam padi tiga kali dalam satu tahun, tidak berhenti dari waktu ke waktu. Buah-buahan yang belum matang sudah diturunkan karena mau cepat jadi uang, sehingga banyak buah mangga yang dulu sangat bagus dari Pulau Samosir dan Bakara, menjadi busuk karena belum matang sudah diturunkan untuk kepentingan bisnis. Banyak pihak yang tidak ramah lingkungan, termasuk Indonesia, karena investor asing tidak menanam modal bila ada alasan penjagaan terhadap lingkungan hidup.
7. Peristirahatan dan kepedulian atas alam menjadi sebuah kerugian secara ekonomi, sehingga di tengah banyaknya kebutuhan manusia, manusia akan lebih memilih apa yang cepat menghasilkan duit walaupun itu boleh merusak alam. Walaupun dunia mengalami pemanasan global, tapi masih belum banyak orang yang menolak memakai plastik karena lebih simpel dan praktis. Kita tahu membuang plastik dapat menutup pori-pori tanah, tapi lebih praktis menggunakannya dibanding tas kain/keranjang.
8. Jika tradisi sabbat boleh diberlakukan pada zaman ini, zaman di mana semakin panasnya bumi, dengan tidak menebang pohon secara sembrono, menanam pohon di bukit gundul, mengurangi pemakaian kertas dan plastik, tidak membuat paving di dipekarangan rumah, membatasi penggunaan BBM serta menyuling secara parmanen Solar, tentu kesegaran akan dinikmati banyak orang, pohon gunung, lembah, laut dan darat boleh bersorak-sorak memuji kebesaran sang penciptaNya, yang muda yang tua, anak dan orang dewasa akan bergembira menaikkan pujian bagi Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya (Mazmur 148, 3-14: epistel minggu).
9. Kenyataan yang kita hadapi dewasa ini, maraknya penebangan kayu secara illegal tanpa menanam ganti, membakar hutan, mengikis tepian danau toba dengan mengambil pasir demi kepentingan ekonomi dan bisnis. Seruan khotbah ini bagi kita, supaya memberi perhatian bagi lingkungan hidup, menyemarakkan penghijauan dan menjaga kesehatan diri melalui doa dan ibadah pada Tuhan. Selamat menjaga keutuhan ciptaan, Tuhan memberkati. Amin.

Kamis, 09 Juli 2009

Ayah ..... 5

Hari ini 10 Juli 2009, hari Ultah mama ke 74, tidak ada pesta, tidak ada hadiah, kecuali telepon anak-cucunya. Hari Ultah mama yg ke-74 ini, untuk pertama kali tanpa ayah, tidak ada tangisan, karena yg kudengar tawa renyah mama atas doa anak cucunya supaya diberi umur panjang, kesehatan dan kegembiraan di masa tuanya. Ayah telah pergi, kini mama tinggal sendiri bersama seorang cucu yg baik hati, yg rela berpisah dari ayah-ibunya di Bandung untuk menemani ompung yg dikasihinya meneruskan studi di SMU Neg 1 Pangururan. Ayah telah pergi, tapi cinta kasih Tuhan mengikutinya sepanjang masa. Cintakasih, itulah kegembiraan mama, mengatasi duka atas kepergian ayah.
Mama.. Selamat Ultah, semoga kasih dan kebaikan Tuhan mengikutimu sepanjang masa, dan dengan kasihNya menuntun mama untuk diam di rumah Tuhan seumur hidup.

Umur panjang di tangan kananNya, di tangan kiriNya kekayaan dan kehormatan. Tuhan memberkatimu Mama.

Minggu, 05 Juli 2009

Ayah .... 4

Sebulan lalu terakhir sekali aku melihat wajah yang kekasih itu, sebelum Pendeta yang memberkati jenazah ayah dan menutup peti itu, tanpa memberi kesempatan bagi keluarga dan handai tolan melihat dan mencium kening ayah. Di Sigotom,tempat lahir leluhur ayah, jenazah ayah di makamkan. Tubuh ayah dimakan di desa yang sangat dicintainya walau beliau tidak pernah tinggal di sana. Seumur hidup beliau ingin memberi yang terbaik untuk desa itu, tapi hanya 4 tahun pemerintah memberi kesempatan baginya mengabdi sebagai kepala departemen P dan K di kecamatan Pangaribuan, di mana Sigotom salah satu daerah wilayahnya. Meskipun ayah tidak dapat tinggal di desa itu, tapi peristirahatannya terakhir adalah di desa itu.
Selamat jalan Ayahku ke rumah Bapak di surga. Engkau telah meninggalkan kami bersama duka yang belum berakhir...Tapi kami selalu berharap, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Tuhan orang mati dan orang hidup, akan memberi sukacita bagi kami ganti dukacita, sebab Tuhan selalu berkarya indah pada waktunya.
Untuk ayah tercinta..., aku ingin berjumpa walau hanya dalam mimpi....

Kamis, 02 Juli 2009

1 Korintus 12,12-27

”Satu Dalam Tuhan dalam Keberagaman”
1. Plato menggambarkan sebuah lukisan yang terkenal tentang persatuan. Dalam lukisan itu, dia memberi beberapa nama, yaitu: kepala adalah banteng; leher adalah terusan antara kepala dan badan; jantung adalah mata air tubuh; pori-pori adalah lorong-lorong tubuh; pembuluh-pembuluh darah vena adalah kanal-kanal. Itu sama lain saling mendukung untuk kehidupan tubuh terebut, maka ketika jemari mengalami sakit, manusia tidak berkata: ‘jariku sakit’; tapi ‘aku kesakitan’. Jari kecil yang sakir dirasakan oleh seluruh tubuh manusia. Adakah yang boleh berkata bahwa dirinya lebih penting? Demikianlah Paulus menggambarkan persekutuan orang kristen, Kristus sebagai kepala dan manusia sebagai anggota-anggotanya, maka tidak ada dari anggota itu lebih utama, karena semua bertujuan untuk memuliakan kepala, bukan anggota tubuh.
2. Sebuah pemahaman sederhana dalam hubungan persekutuan harus dipahami setiap orang bahwa kesombongan akan menghancurkan persekutuan, kesombongan adalah awal kehancuran. Insinyur yang menciptakan kapal Titanic, dengan rasa bangga melihat hasil kerjanya. Dia melihat sebuah keagungan dalam pekerjaan tersebut. Dengan sombong dia berkata: ‘Tidak ada kekuatan apapun yang dapat menghancurkan sekokoh dan sekuat kapal ini, tidak angin puting beliung, tidak juga gelora samudra raya, tidak badai bahkan Tuhan sendiri pun tidak dapat menenggelamkannya’. Itulah petikan kata-kata kesombongan yang keluar dari hati manusia yang terbatas atas ketidak terbatasan Allah. Manusia dengan talenta yang dia miliki telah membatasi kerja Allah yang tidak terbatas, dan hasilnya adalah kehancuran, seluruh dunia tahu cerita kapal Titanic yang hanya berusia tidak sampai seumur jagung.
3. Hidup adalah membangun persekutuan dengan sesama dan dengan Tuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat menolong dirinya sendiri, karena manusia punya keterbatasan. Itu berarti manusia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya, karena manusia adalah animal social, makhluk yang mau bergaul dan berhubungan dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial, pada prinsipnya manusia tidak tahan hidup sendiri, sehingga pada awal penciptaan Tuhan telah mengatakan pada Adam: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. (Kej 2, 18). Allah telah melengkapi diri manusia habitus saling menolong. Dengan habitus ini, manusia akan termotivasi memelihara persektuan, menjauhkan perpecahakan, karena sekuat-kuatnya orang ada saatnya dia akan lemah dan membutuhkan pertolongan.
4. Dalam PA seksi Perempuan minggu ini, saya terkesan dengan pengantar dalam bahan PA, yang mengatakan sulit bagi kita orang kristen memberi makan dan minum musuh kita (Amsal 25,21-22), karena dalam hidup bersama dengan orang lain sering kita hanya memikirkan apa yang perlu bagi kita, bukan bagi orang lain. Jangan-jangan dengan memberi mereka makan, mereka akan kenyang. Mereka akan kuat melawan dan memusuhi kita (??). kita tidak memikirkan bahwa dengan memberi kita telah mlakukan pekerjaan Tuhan di dunia. Kita hanya memikirkan bahwa menolong orang menjadi kuat akan mencelakakan diri kita sendiri. Pengalaman sering membuktikan orang yang kita tolong menjadi musuh bagi kita, tapi apakah kita menjadi berhenti berbuat baik bagi sesama, apakah kita memutuskan persekutuan hanya karena orang lain berbeda pandangan dengan kita? Dalam Filipi 2, 2-11 (epistel), dikatakan supaya kita tidak hanya memikirkan apa yang penting bagi kita, tapi juga bagi orang lain, karena Kristus telah mengosongkan diri untuk memberi hidupNya bagi kita, untuk memikirkan kebutuhan kita.
5. Jemaat Korintus mengalami dilemma dalam memahami hubungan persaudaraan kekristenan, sebagai jemaat muda mereka menyatakan diri sebagai anggota Kerajaan Allah, dengan konsekwensi siap mengikut jejak Kristus Yesus, sehingga dengan kesadaran penuh mereka meninggalkan anggota keluarga duniawi mereka yang masih hidup dalam kekafiran. Di sisi lain, mereka yang telah kristen itu sulit meninggalkan habitus duniawi mereka, di mana penonjolan diri kadang-kadang dianggap sebagai sikap legal dan salah satu tujuan hidup. Untuk tujuan inilah Paulus tidak setuju, seharusnya jemaat Allah akan lebih berkembang dari kebiasan duniawi mereka, di mana hidup mereka adalah hidup untuk saling menghargai dan menghormati yang lain sebagai ciptaan Tuhan, tidak melihat diri lebih utama dari yang lain, sebagai panggilan sorgawi yang telah mereka terima, dengan menjaga persatuan dalam persekutuan yang kudus.
6. Makna persekutuan tidak hanya bersatu dalam ibadah dengan tujuan yang berbeda, yang dimaksud persekutuan, yaitu persatuan, di mana tidak ada yang merasa diri lebih penting dibanding yang lain dan juga tidak ada yang merasa diri lebih rendah, karena setiap anggota mempunyai fungsi sesuai dengan talenta/karunia yang diberikan padanya. Orang kaya tidak lebih berharga di mata Tuhan dibanding orang miskin, yang kuat dengan yang lemah, semuanya berharga dimata Tuhan, maka, masing-masing orang terpanggil melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab. Apakah tangan dapat berkata kepada biji mata yang kecil, bahwa tangan tidak memerlukannya? Apakah tangan dapat mengambil sesuatu tanpa dipandu oleh mata? Atau mata berkata tidak membutuhkan kaki, karena dia dapat menerawang semua? Dapatkah mata mencapai tujuannya, ke puncak bukit atau ke lembah terjal hanya dengan melihat?
7. Tuhan membuat semua anggota tubuh secara berbeda, ada kaki, tangan, mata, telinga, hidung, dll, tapi untuk tujuan yang sama membangun hidup yang berguna bagi sesama manusia melalui kerja sama. Itu berarti, yang kuat tidak mencemoh yang lemah, sebaliknya yang lemah tidak ada iri hati atau menjatuhkan yang kuat. Semua memberi diri untuk membangun kesejahteraan bersama. Dengan demikian pekerjaan Roh Kudus dapat terwujud dengan indah, karena satu dengan yang lain saling memberi diri untuk kepentingan persekutuan. Dengan kata lain, ada persatuan yang mendatangkan kesehatian.
8. Karena itu tangan kita adalah tangan Tuhan untuk menolong orang lain, memberi makan yang lapar, kaki kita adalah kaki Tuhan untuk berlari dan berlari memberitakan Injil, mulut kita adalah mulut Tuhan untuk menyatakan damai sejahtera di bumi, karena Tuhan tidak mempunyai tangan-tangan kecuali tangan kita untuk bekerja hari ini, tidak mempunyai kaki, kecuali kaki kita untuk menuntun orang berjalan di jalanNya. Lagu wajib SM pada pesta parheheon SM Distrik XVII IBT, mengatakan ‘tanganku na metmet hulehon ma tu Debata, dainang i na loja i, sai urupanku nama i, tanganki di Ho ma i...tanganki, di Ho ma i’.(BE No.550). Tangan kecil anak-anak yang tidak sekuat tangan orang dewasa tetap diberi kepada Tuhan untuk membantu ibunya yang lebih kuat darinya, karena kecil atau besar tetap Tuhan pakai untuk mewujudkan persekutuan umat Allah di bumi.
9. Perikope ini, menggambarkan persatuan jemaat yang paling indah, di mana yang kecil dan besar, lemah dan kuat saling berbuat yang terbaik untuk keutuhan persektuan. Tidak mungkin manusia tidak terpesona dengan cara kerja yang berbeda tersebut untuk tujuan yang sama melalui kerja sama.Rasul Paulus juga hendak mengingatkan kita sebagai orang percaya di zaman ini, bahwa hancurnya sebuah hubungan dimulai dari kesombongan. Jikalau ada perbedaan talenta dalam diri kita masing-masing, itu diberikan untuk membangun hidup yang baik dan benar. Keunggulan yang kita miliki, tidak untuk disombongkan atau melecehkan orang lain. Bila kita mendapat kesempatan lebih utama dari yang lain dalam jabatan, kekayaan atau kepintaran bukan berarti keutamaan itu menjadi alat kekuasaan untuk menindas orang lain, tapi justru talenta itu dikaruniakan untuk membangun hidup orang yang kurang utama.
10. Sekecil apapun kita di dunia ini, di Gereja, bahkan dalam hubungan Rumah Tangga, ada saatnya kita memberi kontribusi bagi yang kuat. Sekecil apapun Gereja Tuhan yang kita layani, ada saatnya Tuhan memakai kita memberi sumbangan bagi orang kuat dan utama, maka tidak ada alasan untuk tidak berbuat dari kelemahan kita, tidak ada alasan yang kuat tidak memperhatikan orang lemah.
11. Gereja sebagai tubuh Kristus terpanggil untuk mewujudkan persekutuan yang indah dan sejahtera. Persatuan dalam tubuh Kristus, akan mewujudkan kerajaan Allah, karena masing-masing orang memberi diri untuk mencari kepentingan orang lain. Baiklah itu dimulai dari dalam diri anggota keluarga dalam rumah tangga, antar saudara seiman, antar denominasi gereja, dengan menjalin hubungan yang baik dengan semua orang melalui hidup yang rendah hati, tidak hanya rendah hati dihadapan Allah tetapi juga harus rendah hati dihadapan manusia (Yesaya 57:15). Amin. Selamat membangun tubuh Kristus yang kokoh dan kuat dalam iman!