Selasa, 24 Maret 2009

Mazmur 43, 1-5

Mengapa Engkau Tertekan, hai Jiwaku?
1. Seorang anak yang dibawa ibunya ke suatu acara, berdiri, meski dia mempunyai kursi untuk duduk. Ibunya memintanya untuk duduk. Anak itu duduk, tapi tidak berapa lama kemudian dia kembali berdiri. Dan hal ini berulang beberapa kali, sampai ibunya marah dan menekan kepada anaknya untuk menyuruhnya duduk. Lalu anak itu berkata, ‘ibu menyuruh aku duduk, tapi dalam diriku aku sedang berdiri!’
2. Illustrasi ini menggambarkan betapa sering kita ditekan, dipaksa untuk melakukan yang tidak kita inginkan. Kita ingin mengatakan kebenaran, tapi sistim melarang, budaya melarang, etika melarang, sehingga kita merasa tertekan, karena suara kita tidak dapat keluar. Ketika suatu hari kita berbeda dari kelmpok kta, maka kita akan dikucilkan, dianggap merusak komunitas dan hal sering membuat kita menjadi bingung untuk menentukan sikap.
3. Pemazmur, dalam perikope ini (termasuk dalam pasal 42), merasakan tekanan karena dikucilkan dari kelompoknya ketika dia menyatakan kebenaran. Di tengah masyarakat kafir, dia menjadi bahan olok-olok karena imannya. Dia merasa sendiri dan jauh dari omunitas dan Tuhannya. Maka dia berteriak melampiaskan kerinduannya akan pertolongan Tuhan karena dia rindu untuk pulang ke baitNya, bertemu dengan Tuhan.
4. Kesadaran bahwa hidup kita hanya aman bersama Tuhan membuat Pemazmur memasrahkan dirinya pada kehendak Tuhan. Ketika musuh (Orang yang tidak saleh, penipu dan orang curang) mengepung, tidak ada yang bisa kita andalkan untuk membela diri, maka pemazmur berharap supaya Tuhan menjadi pengacaranya, membela dan memberi keadilan baginya. Itu yang dikatakan seorang anak pada ibunya, yang haknya sebagai anak perempuan dalam keluarga besarnya diabaikan. Keponakan ibu itu mengambil tanah yang diberikan ayahnya padanya karena dia perempuan dan tidak berhak atas marga ayahnya. Ketika ibu itu akan memperkarakan ketidakadilan itu, putrinya berkata: ‘Tuhanlah pembelamu, jangan andalkan hakim di bumi ini, sebab dia tidak akan membelamu di tengah masyarakat Batak yang kuat dengan adat dan garis keturunan ayah’.
5. Tuhanlah kekuatan , yang memberi kekuatan di atas kelemahan kita. Tanah, warisan tidak akan membuat jiwa kita bergembira, sebalikny penderitaan sering membuat kita menderita karena hak kita dirampas. Kalau Tuhan kekuatan kita, kitapun akan dikuatkan. Itu berarti kita akan keluar dari ketertakanan jiwa hanya karena ketidakbenaran yang dikatakan orang pada kita. Apakah orang mengatakan kita curang, sombong, sok suci, sok pintar atau sok lainnya, kita tidak akan tertekan dengan olok-olok itu karena kita yang tahu siapa kita dalam diri kita. Struktur boleh menyuruh kita diam, tapi kita dalam diri kita akan terus berteriak bahwa kita tidak setuju pada ketidakbenaran.
6. Perikope ini sangat penting untuk meneruskan ketegaran kita dalam iman agar tetap setia, tidak diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin, bahkan di tengah penderitaan sekalipun, kita setia dalam iman kita padaNya. Kita tidak terimbas dengan karakter dunia ini, karena kita telah dibangun dalam karakter kristus yang tegar dan kuat dalam penderitaan. Yang konsisten dalam perjalanan salibNya.
7. Apakah kita perlu berkabung karena penderitaan yang dibebankan orang di atas kita? Sejauh kita mengingat bahwa hidup kita adalah pertolongan Tuhan belaka, tentu kita akan keluar dari penderitaan itu. Meskipun dia dulu kelompok kita, tapi karena kita keluar karena berbeda pemahaman tentang keyakinan dengan kelompok tersebut, dan mereka mengucilkan kita, mengolok-olok kita, tapi pemazmur berkata: mengapa engkau berkabung, mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Pemazmur hendak menegaskan, bahwa perkabungan itu tidak perlu, sebab Allah lah kekuatan kita, yang akan menyuruh terang dan kesetiaanNya datang untuk menuntun kita masuk ke gunungNya yang Kudus.
8. Ay 3, menegaskan bahwa Allah selalu membawa kita pada jalan-jalanNya, sehinggga kita tidak terkontaminasi dengan jalan-jalan orang curang, penipu dan umat yang tidak saleh tersebut. Tuhan memagari kita dari impitan dukacita supaya kita boleh memuji Tuhan di rumahNya yang kudus. Itu berarti kebaikan Tuhan akan selalu menolong kita untuk bertahan dalam kesetian. Kita akan membangun diri dengan menatalitas seorang pemenang. Kita tidak akan dikalahkan musuh, meskipun dia merancang pedang untuk memusnahkan kita, karena Allah lah yang ahli membuat dan memusnahkan pedang. Kita tidak kalah oleh penderitaan yang kita alami, karena Yesus pun megalami penderitaan di kayu Salib (I Petrus 2, 21-25 :epistel minggu). Nabi Yeremia (11,20); mengatakan bahwa dia mau melihat pembalasan Tuhan atas bangsa yang jahat itu, maka dia tidak memusingkan perkaranya lagi, tapi dia menyerahkan perkaranya pada Tuhan.
9. Bila kita telah menyerahkan perkara kita pada Tuhan, kita akan selalu menang, seperti seorang yang di PHK, ketika dia akan bertemu dengan Pendetanya, pendeta itu berkata, bahwa dia akan melihat jemaatnya yang marah, sedih karena kehilangan pekerjaan. Tapi tahukah apa yang terjadi? Ketika pendeta itu bertemu dengan jemaatnya, dia melihat wajah yang tersenyum dan berkata, ‘saya sudah tidak sabar menanti apa yang akan diperlihatkan Tuhan kepadaku esok’. Sungguh, dia mempunyai mentalitas seorang pemenang. Dia tidak menyesali perusahaan yang mengeluarkannya, dia tidak menyesali Tuhan karena kehilangan pekerjaan, tapi dia sedang menanti pertolongan Tuhan dan apa yang sudah Tuhan rancang untuk masa depannya (Yer 29,11).
10. Menanti pertolongan Tuhan membawa kita masuk ke rumahNya yang kudus akan menegarkan kita di tengah persoalan hidup penderitaan tidak akan membuat kita menjadi tertekan sebab kita tahu bahwa Tuhan lah penolong kita, Dia akan membawa kita ke gunung yang kudus, masuk ke rumahNya yang kudus untuk memuji dan bersukacita dalam kasih setiaNya.
11. Meskipun kita merasa jau dari Tuhan, tapi Dia tidak jauh dari kita, sebab kasih setia Tuhan mengelilingi kita dan mengkuti kita seumur hidupku! Amin.

Kata dan Mujizat

Judul ini sedang aku imani setelah membaca beberapa artikel dan buku Joel Osteen yang berjudul Your Best Life Now yang mengatakan bahwa apa yang sering terucap dari mulut kita atau yang sering kita pikirkan, maka kata itu boleh menjadi kenyataan. Seorang anak yang dikatakan ibunya pembohong, akan membangun dirinya sesuai dengan apa yang dikatakan ibunya tentang dirinya, Rafael dalam pertunjukannya di Grand Master, mengatakan :’hati-hati dengan apa yang kau ucapkan!” Berangkat dari pemahaman ini, saya selalu membangun pemikiran tentang kehidupan umat percaya yang diikuti kemurahan dan kebajikan Tuhan seumur hidupnya (Mzm 23, 6). Ketika saya memimpin ibadah keluarga ke sektor V HKBP Tanjung Perak, saya melihat bahwa di depan Gedung serba Guna dibangun terop sumbangan dari warga jemaat, dan saya membanyangkan bahwa di depan Gereja kami juga tidak berapa lama lagi akan berdiri terop. Aku yakini ini dan aku sedang menanti kebajikan Tuhan segera terjadi. Maka ketika tanggal 8 Maret yang lewat saya khotbah di HKBP Dukuh Kupang, yang sedang merencanakan perbaikan talang dan atap Gereja, saya mohonkan dalam doa syafaat seperti awal bulan sebelumnya (kebetulan setiap awal bulan diadakan persembahan ke depan untuk dana renovasi) agar Tuhan yang kaya memperlihatkan mujizatNya dalam dana di Gereja ini, melalui jemaatNya. Dan saya sedang menanti mujizat itu. Jumat kemarin dewan perbendaharaan Gereja melaporkan bahwa tahap pertama renovasi gereja membutuhkan biaya 41jt 500rb rp. Bendahara melaporkan bahwa uang pembangunan 25jt. Maka para majelis membahas rencana ini dengan mengurangi beberapa point untuk tahap pertama sesuai dengan situasi keuangan. Setelah diskusi yan alot, Pimpinan jemaat mengatakan, kita akan membangun semua dan akan dimulai setalah Paskah. Aku sambut dalam hati dengan kata amin, karena kata berhubungan dengan mujizat. Pada hari Minggu (22 Maret) pada awal khotbahna pada Pdt Jemaat menjelaskan rencana renovasi, biaya yang ada dan kekurangannya. Setalah ibadah minggu selesai, ketika Pdt jemaat sedang memimpin rapat NHKBP yang akan mengadakan Ibadah malam Paskah, tiba-tiba seorang anggota jemaat yang tidak ke Gereja hari itu karena beliau baru pulang dari rumah sakit, menelepon pak Pendeta dan meminta no rekening Gereja untuk kekurangan biaya renovasi. Dia membaca warta jemaat yang dibawa oleh istrinya, dan di bawah warta itu ada tulisan tangan istri yang menerangkan kekurangan dana tersebut. Betapa Tuhan sungguh luar biasa membuat kita tersenyum. Dia punya cara menyamopaikan humor bagi orang yang hanya mengandalkan pikiran dalam mendirikan Gereja Tuhan di dunia ini. Mujizat itu telah nyata. Maka katakanlah yang baik untuk masa depan bangsa ini, agar muncul para pemimpin yang jujur dan hidup benar ditengah ketidakbenaran yang semakin merajalela. Selamat membangun diri!

Senin, 16 Maret 2009

Yesaya 54, 11-17

“Bersukacitalah : Kasih Tuhan Jaminan yang Pasti”
Khotbah Minggu letare, 22 Maret 2009
1. Sandra, seorang ibu rumah tangga dengan dua orang putra yang sehari-harinya sibuk dengan usaha di rumah produksinya, sedang giat-giatnya meraup untung dan menabung, bahkan menghabiskan waktu dengan pekerjaan sampai melupakan tanggung-jawabnya sebagai ibu dalam memberi perhatian dan cinta kasih pada putra-putranya kecuali hari sabtu minggu, tiba-tiba mengalami insiden yang mengenaskan ketika bermain jetski, di mana speedboat yang ditumpangi dengan kecepatan tinggi tiba-tiba terbalik, dan jatuh menimpa kepalanya. Lokasi kecelakaan itu cukup jauh dari daratan. Dia pingsa seketika dan hanyut ke dasar laut. Itulah penderitaan seorang ibu yang menahan sakit selama tujuh tahun dan menghabiskan tabungannya bersama suami yang mencapai milliaran rupiah untuk biaya obatnya menahan rasa sakit di leher dan kepala. Derita itu tidak berakhir walau dia berobat sampai ke luar negeri.
2. Berbagai penderitaan dan godaan kita alami, tetapi kasih Allah menjamin kehidupan umat percaya, sebagaimana pengakuan Sandra, saat tubuhnya perlahan meluncur ke dasar laut, tiba-tiba dia siuman dan langsung menyebut Nama Yesus. Secara perlahan tubuhnya pun beranjak naik ke permukaan sampai kedua tanganya berhasil meraih speedboat yang dalam posisi normal. Seketika itu dia pulih, tiada rasa perih di kepalanya, dia merasa tangan Tuhan meraihnya hingga boleh naik ke speedboat itu kembali. Satu bulan kemudian dia baru merasakan derita yang dalam oleh benturan tersebut.
3. Itulah kasih Tuhan yang menjamin kehidupannya sampai dia benar-benar pulih tujuh tahun kemudian tanpa operasi, hanya berkat pertolonganNya yang memberi dia kesembuhan melalui doa dan pujian penyembahan, di mana pengharapannya begitu besar pada tangan Tuhan yang akan menjamahnya. Suatu hari, ketika dia berlibur sendiri ke Bali, dia mengalami sakit kepala yang luar biasa, yang membuatnya tidak bisa bangkit. Dalam kesakitan itu, dia melihat sosok Yesus penuh darah dililit mahkota duri. Pemandangan itu membuatnya sadar bahwa apa yang dia alami tidak seberapa dibanding penderitaan Yesus. Namun pengharapannya semakin besar ketika tangan Tuhan menjamahnya dan berkata: ‘maukah kau ikut aku?’ Sandra hanya menangis dan memasrahkan diri pada kemauan Tuhan atas apa yang terjadi padanya..
4. Demikianlah orang Israel yang berada di pembuangan sedang mengharapakan pertolongan Tuhan membawa mereka ke Yerusalem, memberi mereka penggenapan janji sebagai jaminan masa depan mereka. Mereka tidak sanggup lagi mengungkapkan kerinduan mereka dalam menerima pemulihan atas derita yang mereka alami di tempat pembuangan. Mereka diam, pasrah menanti penggenapan janji Tuhan.
5. Kita pun sebagai umat percaya memegang tanda-tanda kasih Allah, sekaligus menantikan penggenapannya. Bila orang Israel berharap bahwa mereka akan segera pulang ke Yerusalem dan hidup dengan sejahtera di sana, maka kita pun menanti ‘kota yang kudus, Yerusalem yang baru, yang turun dari sorga, dari Allah, kota yang penuh kemuliaan Allah yang cahayanya sama seperti permata yang paling indah’ (Why 21, 1+11). Kota kudus, kota yang direncanakan dan dibangun Allah merupakan tujuan perjalanan kita, sepert umat Israel, lepas dari derita yang dialami di pembuangan. Kita juga berharap, bahwa ketika kita mengalami masalah, atau sakit penyakit, kita menanti pertolongan Tuhan membawa kita menuju kota kudus, sebab di sana tanah air sorgawi kita.
6. Kota Kudus itu menyaksikan bagaimana Yesus memberi jaminan kasih bagi umatNya, bagaimana kerajaan Alah terwujud lewat kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang mendorong kita menanti-nantikan penggenapan kerajaan Allah di dunia yang penuh dengan kekerasan, kekejian dan pertikaian.
7. Penderitaan membuat kita jenuh dan tidak mampu bertahan, tapi cinta kasih Tuhan membuat kita menjadi kuat dan menumbuhkan pengharapan yang semakin besar atas pertolonganNya bagi kita. Kadang-kadang sulit bagi kita menerima cercaan itu, sulit memaafkan jika ibu saya hampir menggugurkan saya ketika dalam kandungan, kata Fania Putri Natalin penyanyi rohani itu, tetapi karena Allah selalu ingin memberi kita kemenangan dari musuh-musuh kita dan membawa kita pada pembaharuan melalui pengampuanNya, maka kita menjadi mampu mengampuni, menerima kemenangan karena ‘rekonsiliasi’ yang dibangun oleh tangan Tuhan sendiri.
8. Orang Kristen sering bertanya, bagaimanakah masuk pada sukacita yang benar di tengah krisis, atau persoalan yang menimpa kita? Memang, selagi yang material menjadi fokus pengharapan kita, jika yang kelihatan menjadi sukacita kita, maka kita tidak mungkin bersuka cita waktu kita melihat anak-anak kita yang kelihatan ‘nakal’ atau terlibat dengan narkoba. Tidak mungkin kita bersukacita di minggu letare ini dalam keadaan perekonomian yang terpuruk, tidak mungkin kita bersukacita dengan mahalnya harga-harga di pasar atau tidak adanya yang menjamin masa depan kita. Tapi dalam Yoh 15, 9-17 (epistel minggu ini) dikatakan, bila kita diam dalam kasih Allah maka kita akan penuh dengan sukacita (ay 11).
9. Hidup manusia memang penuh warna hitam, tapi itu tidak membuat kita bermuram durja, kita tetap dalam sukacita karena telah diam dalam kasihNya. Bila kita berpikir tentang masa depan kita, kita akan bimbang, kita akan merasa takut dengan masa depan kita, oleh karena itu jangan kita membatasi Allah sebatas kemampuan kita, tapi biarkan Allah bertindak semau yang Dia mau lakukan untuk kita.
10. Untuk memahami tindakan Allah dalam hidup kita, saya mengangkat cerita yang ditulis oleh Joel Osteen dalam bukunya Your best life now tentang Raja Saudi Arabia yang mengundang pegolf terkenal bermain dalam sebuah turnamen golf. Ketika pegolf itu menerima undangan Raja dan mereka bermain golf dan menikmati beberapa hari bersama dengan kegembiraan, Raja sangat gembira, maka Raja berencana akan memberi hadiah apapun yang dia mau karena telah membuat hari-harinya begitu indah. Tetapi pegolf itu berkata bahwa diundang dan diterima dengan pelayanan yang baik dan dipercaya pun sudah menjadi sukacita baginya dan tidak perlu repot memberi hadiah apapun, katanya dengan sopan. Tapi Raja berkeras untuk memberi supaya dia tetap mengingat perjalanan jauh yang menyenangkan itu. Melihat kekerasan hati Raja, pegolf itu berkata bahwa dia mengoleksi tongkat golf bagaimana kalau ia diberi tongkat golf? Ketika dalam perjalanan pulang dia bertanya-tanya tongkat golf yang bagaimana yang akan diberi Raja? Dia membayangkan raja memberi tongkat golf yang terbuat dari emas murni dengan ukiran namanya atau bertahta berlian dan permata lainnya. Beberapa minggu kemudian pegolf itu menerima sepucuk surat dari Saudi Arabia, dia menerima selembar akte tanah lapangan golf seluas 232,3 hektar di Amerika.
11. Kadang-kadang kita membayangkan Allah memberi sesuatu seusia dengan apa yang kita minta, tapi Allah memberi di luar pemintaan kita. Marilah kita seperti yang terjadi pada anak-anak sekolah minggu yang diperintahkan gurunya mengambil permen yang tersedia di meja sang guru. Masing-masing mengambil sebanyak yang muat di tangan kecil mereka, tetapi seorang dari antara murid itu tidak mau mengambil, ketika gurunya berkata, ‘ambillah’, anak itu berkata, ‘aku mau diberi oleh kaka guru saja’. Melihat hal itu, ibunya bertanya, ‘mengapa engkau tidak mau mengambil sendiri?’ anak itu menjawab, ‘kalau saya yang mengambil, hanya sedikit yang aku dapat, tapi kalau gurunya yang mengambil akan lebih banyak karena tangannya lebih besar’. Biarkanlah Allah yang mengambil apa yang kita perlu, karena itu jauh lebih banyak dari apa yang dapat kita ambil.
12. Ketika kita mengetahui bahwa Allah akan membuat kemuncak-kemuncak tembokmu dari batu delima, pintu-pintu gerbangmu dari batu manikam merah dan segenap tembok perbatasanmu dari batu permata, sehingga semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dengan kesejahteraan besar; tentu kita tidak akan bermuram durja walaupun kita menjadi kawanan yang tertindas, di negara ini, yang tidak mempunyai kebebasan dan hak dalam beribadah seperti yang dilanggar angin badai dan tidak dihiburkan! Karena kasih Tuhan yang pasti menjamin masa depan kita, dan itu membuat kita menjadi orang yang bersukacita di tengah penderitaan yang kita alami.
13. Persoalannya, kita tidak bisa bersukacita karena kita hanya memikirkan perlakuan buruk yang kita alami, seolah-oleh penderitaan kita lebih besar dari Tuhan Yesus, padahal mahkota duri Yesus telah mewakili bagaimana dia dijerat menjadi pendosa oleh dosa kita, salib Yesus tanda penghinaan yang luar biasa, dan penistaan bagi Anak Allah, tapi tidak mengurangi sukacitaNya melakukan pengampunan dan pemberian diri sebagai upah dosa kita.
14. Maka melalui khotbah minggu sukacita ini, kita dipanggil untuk selalu berharap pada pertolongan Tuhan, sebab kasihNya adalah jaminan yang pasti untuk masa depan kita. Sekaligus dengan itu kita terpanggil untuk hidup dalam sukacita dan menyalurkan sukacita itu pada saudara-saudari kita, Kristus dalam kasihNya yang diam diantara kita melatih kita secara terus menerus untuk saling mengasihi.
15. Tiada satupun kekuatan yang bisa membuat kita kalah, kita akan ditegakkan di atas kebenaran, jauh dari pemerasan dan kekejutan. Senjata setajam apapun buatan tangan manusia, tidak akan mampu menikam kita, karena Tuhan lah ahli persenjataan dan Dia pula yang akan merusak senjata kejahatan yang dirancang untuk memusnahkan orang benar. Tidakkah orang percaya patut bersukacita oleh perbuatan tangan ajaib Tuhan? Bukankah Sandra boleh meraung dalam sukacita, ketika dirinya ada di jurang maut, tapi boleh melihat sosok Yesus bermahkota duri dengan berpeluh darah mengulurkan tangan pertolonganNya dan berkata, ‘maukah kau ikut aku?’ bukankah kata-kata Yesus yang sejuk memulihkan jiwanya yang sakit? Amin

Kamis, 12 Maret 2009

Tidur Siang

Permasalahan yang saya hadapi setiap hari adalah tidur siang anak-anak. Bayangkan dua putri saya pulang sekolah jam setegah tiga, tapi pulang sekolah tidak langsung istirahat (karena mereka makan siang di sekolah), melainkan bermain, bercanda dan melompat-lompat yang saya pikir makin membuat anak-anak makin kelelahan. Kelihatannya mereka tidak pernah capek. Heran, malah kami sebagai orang tua yang merasa capek. Maka, kalau sampai setengah jam belum juga tidur, (karena jam empat harus les lagi), maka sayapun mulailah ‘bernyanyi’ dengan nada suara yang agak marah. Tapi ketiga anak saya hanya ketawa dan sambil melompat-lompat di atas tempat tidur. Ya ampun.... Hari ini Jerry agak cepat tidur siang, tidak menonton sambil menunggu kedua kakaknya. Setalah jam empat dia bangun dan melihat sayasedang bersiap-siap untuk memimpin PA seksi Peremuan, sementara kedua kaka sudah berangkat les. Tiba-tiba si anak minta agar saya membelikan dia CD Robocop dan flim Jepang yang satu lagi yang ditayangkan setiap hari antaa jam 2-3 sore di ANTV. ‘loh untuk apa?’ ‘karena saya tidur dan tidak menonton’ ‘ha???’ Saya menjadi mengerti, mengapa anak-anak sulit tidur. Karena mereka berpikir tidur siang itu kebutuhan orang tua, bukan kebutuhan mereka, sehingga ketika tontonan mereka terlewat yang salah adalah saya, karena tidur siang merupakan kewajiban mereka mematuhi peritah orang tua. Aneh.....

Filipi 3, 13-16

Berlari dan berlari melakukan yang baik

Khotbah Minggu, 15 Maret 2009

  1. Tiga hari yang lalu saya bertemu dengan seorang ibu, anggota jemaat di salah satu HKBP di Surabaya, di pesta bona taon, kebetulan saya khotbah di bona taon tersebut. Sebelum acara dimulai, kami bercerita tentang banyak hal. Terakhir ibu itu menceritakan tentang penyakit psikis yang dialaminya. ‘Kadang-kadang saya tidak sadar apa yang terjadi, lupa banyak hal dan seperti orang linglung’. Beliau mengatakan bahwa dia telah ke dokter saraf dan psikiater, tapi tidak menemukan kelainan dalam sarafnya. Saya mencoba memasuki persoalan ibu tersebut dan bertanya, ‘mungkin ada sesuatu yang kepikiran ibu?’ ‘tidak! Psikiater itu mengatakan hal yang sama, tapi saya jawab, apa yang membuat saya berpikir, saya punya suami yang baik, anak-anak yang pintar dan menyenangkan hati, orang tua yang peduli dan mertua yang baik. Apa yang membuat saya berpikir sampai seperti orang linglung?’ Agak hati-hati saya meneruskan pertanyaan, ‘atau ibu punya masa lalu yang kurang baik? Mungkin ibu pernah tersinggung?’ Diskusi kami cukup serius meski musik yang menghentak-hentak terus mengalir mengisi kekosongan. Saya meneruskan, ‘ ibu mungkin perlu seperti pemazmur yang mengatakan, Tuhan selidikilah hatiku, (sulingkiti ma au ale Tuhan)’. Ibu itu diam, dan diskusi kami berhenti karena acara akan dimulai.
  2. Psikolog kondang Sigmund Freud selalu menggali masa lalu untuk mencari solusi dari persoalan seseorang. Menurut Freud, mimpi paling sering memunculkan hal- hal yg terjadi di hari- hari yg baru saja lewat, walau sebenarnya, mimpi juga punya akses ke periode yang sangat jauh di masa silam, termasuk bisa menembus periode masa kecil seseorang. Dari sekian banyak hal yang pernah dialami seseorang dalam hidupnya, sebagian bisa muncul sebagai mimpi dan sebagian lagi tidak? Dan ini penting untuk memberi penjelasan dalam mencapai masa depannya. Artinya, masa lalu banyak mempengaruhi sikap seseorang, sehingga teori genetika mengatakan bahwa sikap kita banyak ditentukan oleh gen. Yang berarti ada kaitan masa lalu melalui gen yang kita terima dengan perkembangan diri seseorang, walau penelitian baru mengatakan bahwa lingkunganlah yang lebih banyak mempengaruhi karakter kita.
  3. Karakter seseorang ditentukan masa lalu di lingkungan mana dia berkembang. Bila masa lalunya buruk, maka karakternya akan buruk, tapi bila masa lalunya baik karakternya akan baik, itu sebabnya saya pernah bertemu dengan orang yang berkepribadian ganda dalam menghadapi seseorang. Ketika dia melihat istrinya sebagai istri, maka dia akan bersikap feodal, karena dia dididik dalam keluarga yang menggambarkan suami yang harus ditaati, tidak dapat dibantah dan harus berlaku keras terhadap istri, tetapi ketika dia melihat istrinya sebagai teman, dia cukup ramah dan selalu enjoy karena dia punya masa lalu yang baik bersama teman-teman, tetapi ketika dia melihat istri sebagai pacar dia cukup manis, melindungi dan penuh perhatian, karena dia memahami bahwa pacar itu adalah yang care dan dapat melindungi. Sikap ini dapat berubah-ubah dalam beberapa menit sesuai dengan munculnya otak masa lalu ke permukaan.
  4. Sebagai pribadi, kita dapat memeahami karakter kita dari masa lalu dan pendidik kita, sekaligus kita mendidik orang menjadi pribadi tertentu dengan sikap yang kita tunjukkan.
  5. Rasul Paulus memahami teori masa lalu ini, sehingga ia cukup hati-hati dalam menjalani masa depannya. Rasul Paulus tahu bahwa masa lalu yang buruk akan berakibat buruk pada kinerja masa kini dan masa depannya. Maka dia menegaskan dalam suratnya ke jemaat Filipi, bahwa dia akan melupakan semua masa lalunya, yang pernah mengejar dan menganiaya pengikut Kristus. Dia juga tidak akan membanggakan keberhasilannya yang dia capai pada masa lalu yang bisa berakibat pada kesombongan atau alasan untuk berleha-leha. Bila ia berhasil memberitakan injil dan banyak orang menerimanya, tapi bukan dia yang menangkapnya. Kata ‘ego emauton’ dalam ay 13 handak menekankan bahwa tidak ada yang dapat ditonjolkan dari dirinya atas apa yang dia telah lakukan. Kalau jemaat filipi yang membaca suratnya memikirkan dirinya secara berbeda, yang mungkin memuja, mencela atau menganggap dia somong atas pemegahan diri dalam Tuhan, tapi Paulus hendak menyatakan bahwa tidak menganggap diri telah melakukan pekerjaan luar biasa seperti Kristus yang menangkapnya. Tapi juga dia bukan merendahkan diri atau pesimistis atas kerja kerasnya, dia tetap memusatkan pandangnya ke arah kristus agar semakin giat melakukan kebenaran dan mengejar tujannya, yaitu hadiahsorgawi.
  6. Pekerjaan masa lalu yang menghasilan buah banyak mempengaruhi cara pandang orang kristen memahami dirinya, sehingga masa lalunya yang membanggakan membuatnya puas dan berhenti berbuat lebih banyak lagi. Orang itu menganggap sudah cukup apa yang dilakukan dulu, padahal berkata cukup adalah sikap yang tidak berorientasi ke masa depan. (cth sisuan bulu: dulu kami yang bangun gereja ini, maka ketika gereja membutuhkan renovasi mereka merasa bukan lagi bertanggung jawab karena merasa telah cukup dulu dilakukan. Asyik mengenang keindahan yang dulu padahal masa kini telah menuntut lebih banyak lagi.
  7. Itulah yang membuat Rasul Paulus menyerukan pada orang kristen agar melupakan apa yang telah dia perbuat bagi gereja dan sesama, tetapi berlari dan mengejar, meneruskan apa yang boleh dia lakukan lagi untuk dunia dan sesama. Dia mengistilahkannya dengan mengarahkan diri kepada apa yang di depanku.
  8. Joel Osteen dalam bukunya your best life now mengatakan bahwa mengarahkan diri ke depan berarti menaikkan tingkat pengaharapan pada hal yang positif, yang membangun dan yang baik. Dia menekankan supaya pernah berpikir tentang yang buruk dalam dirimu, jangan menoleh ke belakang kalau mau maju menuju tujuan utama kita. Kalau Rasul paulus mengatakan bahwa dia mengarahkan pandang ke depan untuk memperoleh hadiah dan berlari ke tujuan, itu berarti dia mengisi pikirannya dengan yang baik untuk tujuan masa depannya.
  9. Katakan yang positif untuk kehidupan masa depanmu, banyaklah bermimpi, sebab kata berhubungan dengan mujizat. Apa yang sering kita katakan, apa yang kita impikan apa yang sering kta pikirkan itu akan menjadi kenyataan. Kebaikan Allah mengelilingi kita, dan tahun kita dimahkotai dengan kebaikan, maka segala yang kita pikirkan akan menjadi kenyatakan karena kemurahan dan kebaikan Tuhan mengikuti kita sepanjang masa. Kita boleh meniru Martin Luther King yang bermimpi tentang kebersamaan semua umat, termasuk kulit hitam dan putih. Walau dia mengalami kekerasan dari kulit putih tapi impiannya bahwa akan bergandengan tangan kedua warna kulit itu, dan kenyataan itu tidak dia lihat tapi impian sudah menjadi kenyataan. Artinya, ML King memprogram pikirannya untuk kebaikan semua umat, kesetaraan.
  10. Itu yang dikatakan Osteen, begitu anda bangun pagi arahkanlah pikiranmu ke ara yang tepat, yaitu melihat ke depan dengan mata iman bahwa Tuhan yang mennagkap kita akan mengarahkan kita sepanjang hari berbuat kebaikan dan kebenaran. Selama kita berada dalam bingkai masa lalu, amka keadaan kita tidak akan berubah, tetapi kalau sudut pandang kita dibingkai pertolngan Tuhan, maka kita akan terus maju bersama Tuhan
  11. Keputusan untuk mengejar harta sorgawi memperbaharui pemahaman iman Rasul Paulus. Dia mau melupakan masa lalu dan mengarahkan pandangan pada tujuan utamanya yaitu pada Salib Kristus yang membawanya pada keselamatan. Alasan ini membuat dia tidak pernah berhenti, tetapi bak seorang pelari marathon, dia berlari dan terus berlari untuk mengejar yang baik, untuk melakukan yang baik. Kadang-kadang banyak orang kristen yang puas dengan apa yang dia lakukan, sehingga berhenti berbuat lagi. Dia cukup dengan romantisme kejayaan masa lalu. padahal menjadi kristen dan dewasa akan selalu mengejar yang baik, mengusahakan yang baik dan berbuat baik.
  12. Kedewasaan iman seseorang nampak dalam arah pandangnya, yaitu dengan memusatkan perhatian pada Kristus bukan pada diri sendiri. Bila masa lalunya ingin menjadikan dirinya yang berjaya dengan menganiaya orang kristen dan menjadi pusat perhatian karena mampu melakukan pekerjaan injil dengan luar biasa, tetapi ketika dia ditangkap dan diperbaharui, dia mengalihkan perhatiannya ke arah kristus. Anugerah Kristus memungkinkannya menerima pengampunan dan membolehkannya melakukan pekerjaan injil.
  13. Dewasa secara iman membuat kita menjadi setia dalam janji, setia dalam waktu, setia dalam hal uang. Bukan lagi seperti anak-anak yang ingin diperhatikan dan belum mempertanggungjawabkan apa yang dipercayakan padanya (bnd. Ibrani 6, 1-6: Epistel). Dewasa menjadikan kita lebih mengutamakan pekerjaan Allah, daripada mengutamakan diri sendiri.
  14. Dampak dari pengarahan pandangan pada Kristus adalah adanya keinginan memperbaharui diri dan membawa pembaharuan pada orang lain, suatu sikap perkembangan yang terus menerus ke arah kesempurnaan (Yun. Teleios). Rasul Paulus tidak hanya membebaskan diri, tapi memanggil yang sempurna untuk berpikir ke arah yang semakin sempurna dengan secara serempak mengarahkan pandang ke depan sambil berlari mengejar hadiah sorgawi yang disediakan Kristus Yesus bagi mereka yang percaya padaNya. Kesempurnaan yang dimaksud Paulus bukan karena rang Kristen tidak lagi berdosa, tapi karena salib Kristus yang menolongnya dan memungknaknnya bisa berbuat baik di tengah dunia.
  15. Sikap mengembangkan diri menunjukkan kedewasaan dalam berpikir dalam menguasai tugas penggilan yang diterimanya. Bagaikan seorang atlet, yang berlatih dan berlatih untuk mencapai garis akhir, demikianlah Paulus memahami hidup kekeristenan, terus dan terus berlari melakukan yang baik untuk mencapai garis akhir, yaitu panggilan sorgawi Allah dalam Kristus Yesus.
  16. Gambaran Paulus ini dapat kita bayangkan ketika pesawat akan terbang. Keberangkatan itu membutuhkan dua hal yang menarik, yaitu : Pertama, bendera merah yang berfungsi menunjukkan arah angin. Kedua, kendaraan berat yang berfungsi mendorong mundur pesawat. Keduanya penting, karena pesawat harus melawan arus angin agar dapat terbang dan harus maju terus agar sampai ke tujuan. Bila sudah terbang, maka sebuah pesawat tidak dapat dan tidak mungkin mundur; berhenti sedetik saja ia akan jatuh.
  17. Menurut Paulus menjadi orang kristen yang beriman, berani melawan arus dunia yang tidak benar dan tidak mudah kendur dan putus asa karena adanya tantangan dan hambatan. Nabi Yesaya mengatakan penghinaan apaun tidak akan membuatku berpaling ke belakang. (50,5), karena Tuhan akan menolong aku menghadapi ketidakbenaran dunia ini.
  18. Pengenalan yang benar akan kekuatan Injil menjadi rahasia kemenangan Paulus, sehingga seburuk apa pun masa lalunya, ia tak menoleh ke belakang dan berhenti di situ. Sehebat apapun yang dia lakukan untuk memenangkan Injil, dia tidak menjadi sombong dan berleha-leha. Ibarat pesawat, ia terus maju dan terbang semakin tinggi bersama Tuhan, dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin dia dalam iman dan membawa imannya kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan sebagai hadiah sorgawi bagi orang yang percaya padaNya. Amin (dari berbagai sumber).

Sabtu, 07 Maret 2009

Open House

Hari ini Yayasan Pendidikan Kristen Darma Mulya, Surabaya mengadakan open house mulai dari PG-TK-SD dan SMP. Kebetulan ketiga putri-putra saya sekolah di yayasan ini. Carol ikut paduan suara, Jerry menari dengan kostum angsa putih. Yohana tidak ikut mengisi acara, tapi dia yang paling siap untuk mengikuti acara ini (hehehe). Karena kegiatan ini, satu rumah kami berangkat pagi-pagi ke sekolah, bahkan si bulik juga harus meninggalkan tugas-tugasnya, karena pagi-pagi dia harus datang untuk menonton para keponakan berakting. Ketika anak-anak PG sedang menari, saya melihat semua orang tua siswi dan siswa terfokus ke putra-putri mereka. Tak seorang pun melirik anak orang lain, wah... luar biasa! Saya melihat para orang tua dengan tawa bahagia menyaksikan anak-anaknya, meskipun anaknya melakukan kesalahan-kesalahan kecil. Semua mengancungkan jempol ke anak masing-masing, bahwa papa-mamanya bangga pada anak tersebut. Tarian potong bebek angsa yang sederhana, tapi cukup inovatif bagi orang tua. Saya bahkan berpikir, tidak rugi menyekolahkan anak PG dengan biaya mahasiswa Negeri, kalau toh punya kemampuan sehebat itu, bahkan ada orang tua yang kerja di luar pulau jawa harus bela-belain pulang untuk menyaksikan tarian putri sulungnya. Nah... kalau sudah anaknya tampil, tidak ada lagi mama yang marah karena anaknya nangis di tinggal, tidak ada lagi mama yang cerewet karena anaknya tidak tahu angka tujuh. Tidak ada lagi papa yang jengkel karena anaknya nangis rebutan mainan. Semua penuh tawa dan bangga pada anak-anaknya, kecuali guru tari mereka yang marah dan mencubit putranya karena ga mau ikut nari, katanya takut dan minta dipangku mbah kakung. Wah... saya juga pernah marah seperti itu, ketika Yohana berusia tiga tahun yang sudah pintar menghapalkan nats alkitab untuk diucapakan pada pesta natal anak-anak Sekolah Minggu di HKBP Magelang. Dia tiba-tiba mogok dan berputur-putar, katanya dia malu, saya sampai bujuk-bujuk dari kursi paling depan sambil mengajarnya denga saura agak kencang, bahkan papanya turun dari kursi pengkotbah untuk emmbujuk sang putri, tetap saja aja hanya berputar-putar sambil memilin-milin gaunnya, padahal dua hari sebelumnya dia sudah ‘pajojorhon’ di HKBP Salatiga (waktu itu kami masih tinggal di Salatiga karena saya sedang study, dan pelayanan suami saya di Magelang). Bayangkan kalau anak guru tari tidak mau menari dan anak pendeta tidak mau mengucapkan ayat hapalannya. Piye toh!? Tapi itulah anak, terkadang kita jengkel, marah dan cemberut oleh tingkah mereka, tapi paling banyak orang tua mengalami kegembiraan karena anak-anak mereka. Terkadang lucu, menggemaskan, baik dan pintar. Dan acara hari ini membuat saya merasa bangga sepanjang hari, apalagi ketika kami diperiksa Carol yang menjadi menjadi dokter cilik pada acara itu, mengukur tensi orang dewasa dan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak-anak. Carol bilang mama 100/70; bulik 90/70, dan itu tanda-tanda kurang makan. Normalnya harus 120/70, lebih dari itu kebanyakan makan. Itulah konsepnya sebagai dokter cilik tentang tekanan darah, meskipun pemahamannya sederhana, tapi sebagai orang tua, kami sangat bangga, sepertinya putri sulung kami itu sudah menjadi dokter beneran, Segitu aja lagi! Akhirnya, saya menjadi semakin kagum pada komponis besar orang Batak Nahum Situmorang, yang dengan tepat menggambarkan perasaan orang tua dengan berkata: “anakhonhi do hamoraon di au”. Saya menjadi ingat, apa yang selalu dikatakan suami saya dalam khotbah atau percakapannya tentang anak, bahwa ‘dari mulut nereka pun, orang tua siap menarik anaknya supaya selamat oleh cinta kasih terhadap anak-anaknya”. Ini selalu menjadi renungan bagi kami, karena kami pernah bertemu dengan orang tua yang harus pindah dari Subang ke Salatiga untuk mengurus anaknya yang gagal menamatkan studi S1 karena tertangkap sebagai pengedar narkoba. Setelah terbukti tidak bersalah dengan uhasa keras orang tua mencari pengacara, orang tua mengadakan ibadah syukur. Tapi tidak berapa lama kemudian, kembali dia membela anaknya dengan menjual hartanya agar anaknya mendapat hukuman yang lebih ringan, karena tertangkap lagi dengan kasus yang sama dengan bukti-bukti. Betapa banyak orangtuanya menjual nyawa untuk hidup anaknya, tapi anak tidak peduli. Sebaliknya, Allah bukan membela AnakNya, tapi memberi AnakNya bagi kehidupan kita dan anak-anak kita. Itulah kasih Allah pada dunia ini. KasihNya benar dan Allah tidak pernah salah bertindak mengasihi kita. Selamat mendidik putra-putri anda dalam kasih Kristus!

Jumat, 06 Maret 2009

Hari Doa Sedunia

Setiap hari Jumat, minggu I bulan Maret merupakan saat perayaan Hari Doa Sedunia dengan tata Ibadah dari berbagai belahan bumi, yang menggambarkan perjuangan perempuan menentang penindasan dan kekerasan. Pada tahun ini BKWKI Surabaya, Sub Selatan I melaksanakannya pada hari Jumat, 6 Maret 2009 di GKI Darmo Satelit. Seksi Perempuan HKBP Dukuh Kupang yang masuk wilayah ini, ikut serta mengisi koor (walapun agak kerendahan). Ibadah tahun ini berlatar belakan kehidupan Papua New Guinea yang terpaksa merusak pekerjaan pemerintah dalam bidang pertambangan karena hasil bumi mereka hanya memperkaya pihak penguasa. Mereka juga mengalami kekerasan melalui perang antar suku, penindasan perempuan dan anak. Untuk mengatasi kekerasan tersebut, maka dikumpulkan perempuan dari berbagai suku dengan 800 bahasa. Mereka berbeda, tetapi mereka diutus untuk pergi melalui hutan untuk emnyuarakan perdamaian. Meskipun mereka berbeda, tapi mereka bersatu dalam Kristus untuk memperjuangkan nasib anak-anak mereka. HDS dengan Tema :’Dalam Kristus banyak anggota, tapi satu Tubuh’ (Rom 12, 3-21) ini menekankan kesatuan jemaat di dalam Kristus, sebab jika satu anggota tubuh yang sakit maka semua akan bersedih dan jika satu bergemberi maka semua akan bersukacita. Melalui tema ini perempuan Kristen dipanggil untuk saling mendukung dalam membebaskan perempuan dari budaya patriakhal, supaya jangan lagi ada bias jender, termasuk dalam pengambilan keputusan, sehingga terselip doa untuk Caleg dari kaum perempuan untuk Tuhan berkati (tapi Caleg laki-laki juga perlu didoakan, kalau mereka juga dapat menyuarakan kebenaran dan kesatuan bangsa kita ini, toh?). Rangkuman semua ibadah itu disimpulkan dalam renungan (singkat?) Pdt. Andri P. S.Si. yang mengatakan bahwa hendaknya HDS ini tidak sekedar bersekutu karena program BKWKI, tapi benar-benar punya tindak lanjut untuk menyatukan visi dan misi di dunia ini. Janganlah kiranya persekutuan kita seperti karakterisktik persekutuan semut; berkumpul untuk satu tujuan, berkumpul karena ada gula. Begitu gula habis, semutpun bubar. Sebaiknya karakteristik persekutuan kita seperti lebah; berkumpul- bersekutu-berbuat. Di mana ada lebah, di situ ada madu. Ada hasil hasil dari pertemuan itu. Bukankah kita lebih sering seperti semut? Tapi meskipun kita bebrbeda teologia, beda liturgi, tapi kita harus satu dalam karya Kristus. Perempuan harus bersatu padu melawan penindasan, membebaskan dari keterbelakangan. Semoga!

Kamis, 05 Maret 2009

Kisah nyata yang menggelitik

- Dalam tradisi Lutheran, setelah Minggu Invokavit (Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab : Mzm 91:15a), biasanya orang-orang kristen melakukan puasa. Tetapi tidak seperti puasa Yesus selama 40 hari, empat puluh malam. Orang kristen cukup berpuasa dengan mengurangi jatah makan sampai pada jumat agung. Kalau biasanya makan tiga piring nasi untuk seseorang, maka pada minggu-minggu penderitaan ini, seseorang boleh mengurangi setengah dan sisanya ditabung untuk diberikan pada orang miskin. Waktu saya katakan ini pada adik saya meli, diabilang itu tradisi katolik. Itu memang benar, waktu saya SMU di SMUK Cahaya Medan, saya sudah ikut berpuasa sesuai dengan program sekolah yang berlatar belakang katolik. Tapi, kekristenan pun punya tradisi yang sama dalam berpuasa ini. Karena kebetulan tahun ini adalah tahun Diakoni di Gereja HKBP, maka saya mencoba menerapkan pada anak-anak saya, supaya sejak dini mereka sudah mengerti penderitaan Yesus dan mau berbagi bagi sesama. Sebelumnya saya menerangkan makna puasa, dengan menyederhanakannya supaya pikiran anak-anak mereka dapat menjangkaunya. Jadi dalam segala hal harus ada pengekangan diri, mengurangi jatah makan, jajan, bahkan amarah juga harus dikurangi. Keesokan harinya, ketika saya menyuap anak-anak serapan pagi, putri sulung saya agak ogah-ogahan, dia tidak menghiraukan panggilanku, karena matanya melotot ke spacetoon. Suara saya sedikit agak meninggi memanggilnya sambil mematikan TV anak tersebut, dia marah dan berkata, ‘aku moh makan’. Tiba-tiba adik bilang:’tenang-tenang, kita lagi puasa, kurangi setengah marahnya, bagi sama orang miskin!’. Sambil tersenyum saya bilang; kog marah dibagi sama orang miskin sih?’ dan kami pun tertawa bersama.

- Kemarin malam, saya memimpin ibadah sektor. Biasanya dalam ibadah ini, tuan rumah menyediakan makan malam dan setelah makan, masih ada waktu sekitar setengah jam bercerita menunggu pengumunan. Ketika sedang bercerita, salah seorang bapak bercerita tentang dua saudara perempuannya. Salah seorang saudarinya sedang sakit di kampung. Waktu itu saudara perempuan yang satu sedang mengunjunginya dan hendak pulang. Bapak tersebutpun menitipkan uang untuk menambah biaya obat saudara mereka yang sakit. Namun setelah sampai, titipan itu tidak langsung diberi, sehingga sebelum titipannya sampai ke tujuan, si sakit meninggal dunia. Ketika mereka bertemu di depan jenazah, bapak tersebut, bertanya: ‘ai saut do dilean ho hepeng ito?’ (uang titipan saya jadi diberikan?) saudaranya tersebut sedikit gugup dan takut, maka secara spontan dia jawab: ‘saut’ (jadi). Ketika peti mayat hendak ditutup, adik almarhumah tersebut memasukan envelope berisi uang ke bawah mayat sang kakak. Ternyata sikap itu agak mencurikan istri si Bapa itu, sehingga dia bertanya pada iparnya, ‘apa yang eda masukan ke peti jenazah itu?’ lalu dia menjawab ‘uang yang dulu dikirim ito’. Hahaha.. ternyata ibu itu takut kalau sampai roh dari yang meninggal meminta uang kiriman saudaranya.

- Saya jadi ingat cerita lain yang juga menggelitik hati. Waktu itu kami masih tinggal di Terutung, karena suami saya ditempatkan di Biro Informasi kantor pusat. Putri sulung saya masih berusia 3 tahun. Dia sedang menunjukkan kebolehannya dalam bidang bernyanyi. Suatu hari kami sedang berkunjung ke rumah Pendeta Resor Pearaja Tarutung, waktu itu pendetanya, Pdt. Sihar Marpaung. Pendeta itu memintanya untuk bernyanyi. Tiba-tiba dia bernyanyi dengan riang:’Burung bapatua...” gerrrr, tawa kamipun meledak, karena kata kaka diganti menjadi bapa. Dia hanya tahu kata bapa (sebutannya untuk Pdt tersebut), sementara kata kaka belum dia pahami, karena dia tidak punya kakak.

Selasa, 03 Maret 2009

Yunus 4, 1-11: Kasih Setia Tuhan

Khotbah Minggu, 08 Maret 09
1. Saya punya kebiasaan memberi souvenir yang saya bawa dari pesta kepada salah seorang anak saya yang pertama saya temui begitu masuk pintu rumah. Biasanya, dua orang yang tidak mendapat hadiah akan cemberut seraya membeberkan kesalahan penerima, selama saya tinggalkan di rumah. Bahkan tidak hanya cemberut, ada yang sampai marah oleh hadiah kecil itu. Yang lain menganggap bahwa dia tidak layak menerima itu, karena dia nakal, tidak mau makan atau tidak tidur siang. Itulah kecemburuan alamiah yang sering terjadi bagi diri seorang anak. Bila orang lain mendapat lebih dari dirinya, dia menjadi cemburu, bahkan marah.
2. Kecemburuan adalah sikap seseorang yang merasa diri lebih benar dari orang lain. Sikap seperti ini tidak hanya terjadi pada anak kecil, tapi juga pada orang dewasa. Ada yang cemburu kalau orang lain lebih kaya, lebih hebat, lebih cantik, lebih punya jabatan, lebih diperhatikan atau disayangi dan cemburu dengan kelebihan lainnya. Bahkan kitapun sering tidak setuju dan cemburu kalau Allah menghampiri orang lain, sehingga terciptalah lagu dalam Kidung Jemaat dengan syair: ‘Mampirlah dengar doaku, Yesus penebus, orang lain kau hampiri jangan jalan terus...’ (KJ No. 26). Saya selalu katakan ini sebagai kidung cemburu.
3. Demikian halnya Yunus, seorang Nabi yang bekerja untuk Allah, dia cemburu takkala Allah bertindak lain dari keinginannya. Ketika Allah ingin memberi pengampunan bagi Orang Niniwe, Yunus marah, dia beromantisme tentang kejahatan orang Niniwe yang adalah musuh besar Israel. Masakan orang Niniwe yang jahat, yang membunuh orang dan bersikap sadis pada manusia dapat menerima pengampunan dari Allah. Masakan Allah tidak mengingat kejahatan-kejahatan mereka? Itulah menjadi alasan Yunus membatasi kasih Allah bagi manusia yang diperhitungkan lebih 120.000.
4. Kadang-kadang kita sering membentuk Allah seperti konsep pikir manusia. Jika manusia berbuat baik hanya kepada orang yang baik padanya, maka ‘harusnya’ Allah juga hanya peduli dan memperhatikan orang yang setia dan baik pada Allah. Konsep pikir kita membuat kita gagal memahami eksistensi Allah. Kita mengenal Allah, kita berkerja untuk Allah, kita hidup di rumah Allah tapi kita oleh pikiran kita menjadi tidak mengenal Allah sebagai Allah yang penuh cinta kasih, di mana kasihNya melampaui dosa manusia, sehingga memberi AnakNya yang tunggal untuk manusia, supaya manusia berdosa bisa beroleh keselamatan, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3, 16-21).
5. Maunya Yunus dapat menyaksikan Allah menghukum bangsa yang jahat itu, menunggangbalikkan kota Niniwe. Dia ingin melihat bagaimana penderitaan akan dialami orang yang tidak patuh pada Tuhan, sebagaimana yang diberitakannya. Ketika Allah melakukan sebaliknya, mengampuni bangsa itu, amarahnya bangkit. Dia bahkan ingin mati, tidak mau melihat kebaikan Allah menyelamatkan bangsa itu. Dia kesal pada Allah karena dia telah melakukan apa yang diperintahkan Tuhan untuk dia lakukan yaitu untuk memberitakan hukuman Allah. Pemberitaan itu telah mengubah hati orang Niniwe, mereka telah bertobat (Yunus 3, 5-6). Sebaliknya, Yunus yang bercokol pada dendamnya, sehingga terjadi perbantahan antara Allah dan Yunus, karena Yunus merasa Allah tidak melakukan apa yang diinginkan oleh Yunus.
6. ‘Layakkah engkau marah’. Itu pertanyaan Allah pada Yunus. Saat Allah menumbuhkan pohon jarak untuk tempatnya berteduh, tetapi dalam semalam, pohon itu layu karena digerek ulat, Yunus merasa layak marah, sehingga Tuhan berkata: pohon saja yang hanya semalam tumbuh dan layu, yang untuknya Yunus tidak berbuat apa-apa bisa dia kasihi, apalagi manusia, bukankah manusia lebih layak dikasihi? Dalam hidup materialisme, manusia sering lebih mengasihi hartanya dari nyawanya, lebih menghargai harta benda dari hidup manusia itu sendiri, sehingga muncullah sikap yang berbeda dalam memandang sesamnya. Kalau dalam arisan si A yang bekerja di pajak belum datang maka anggota arisan merasa layak menunggu, tapi kalau si B yang hanya tukang tambal ban, tidak layak untuk ditunggu, karena waktu atau berbagai alasan lainnya, kata pelawak Batak, si Jurtul.
7. Disinilah letak perbedaan cara pandang manusia dengan Allah. Manusia lebih memberhalakan benda, tapi Allah adalah Allah yang pro-kehidupan. Harta tidak pernah lebih berharga dari hidup manusia. Maka Allah akan memilih mengampuni daripada memusnahkan. Meskipun kita melihat kadang-kadang Allah seperti tidak konsisten pada keputusan-keputusannya, tetapi Dia selalu konsisten akan Cinta kasihNya pada manusia, sesuai dengan eksistensiNya sebagai Allah pengasih. Walaupun pada awalnya Yunus diutus ke Niniwe untuk memberitakan penghukuman, tapi kekonsistenanNya dalam kasih membuat langkah awal berubah menjadi pengampunan.
8. Memang dalam seruan akan kepedulian lingkungan (KPKC) kita dihimbau untuk menjaga kelestarian alam, bahkan di tahun Diakonia ini telah dicanangkan penanaman pohon se-HKBP (6 Feb ’09) untuk mengurangi pemanasan global, paling tidak dipekarangan rumah masing-masing jemaat seperti yang dilakukan jemaat HKBP Dukuh Kupang. Peduli lingkungan bukan alasan bagi kita lebih cinta pada alam, daripada kepada manusia yang tidak mengenal Allah. Panggilan Allah terus menerus bahwa Dia menyangkal diri, dan menjadi korban dengan memberi Yesus untuk mewujudkan cinta kasihNya bagi manusia berdosa. Bagaimana mungkin Allah lebih peduli kepada pohon jarak dibanding penduduk Niniwe yang berjumlah lebih dari 120.000?
9. Kasih Allah tidak terbatas, tidak berkesudahan dan tidak pilih kasih. Meskipun kita ingin lebih diutamakan Tuhan dan membatasi kasihNya kalau boleh menghukum orang yang berbuat jahat pada kita, tapi Allah kasih tidak dapat dimonopoli. Kalau sebelumnya Israel melihat Allah, sebagai Allah mereka, dan mereka adalah bangsa Allah, kitab Yunus membuka tabir keuniversalan Allah, bahwa Allah terbuka secara luas bagi semua orang, bahkan kepada orang yang tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kirinya sekalipun.
10. Menjadi bahan perenungan bagi kita, ternyata Hamba Tuhan sekalipun, yang mengenal Allah, bisa bertahan terus pada dendamnya terhadap sesama, lebih dari itu berkeinginan untuk memusnahkan sebagaimana Yunus pada orang Niniwe. Dia juga mengatakan, lebih baik dia mati daripada kehendak Allah jadi atas bangsa itu. Kadang-kadang, kita melakukan tugas kita sebagai hamba Tuhan (Yunus membangun tempat berteduh baginya) tetapi sekaligus dia menguji Tuhan, kepada siapakah Allah berpihak? Apakah kepadaku atau kepada musuhku? Apakah Tuhan lebih memilih orang jahat itu daripada hambaNya sendiri? Kita ingin menonjolkan pikiran kemanusiaan kita untuk keputusan Allah bagi sesama.
11. Kecemburuan, egoisme dan sombong diri membuat kita lebih hebat dari Allah, sehingga keputusan Allahpun harus sesuai dengan keinginan kita. Maunya, Allah menyesuaikan kehendakNya ke dalam kehendak kita, bukan kita yang menyesuaikan kehendak kita ke dalam kehendak Allah. Ibarat kita menjahit baju, kita ingin tangan kita yang dipotong dan dibawa ke tukang jahit untuk mengukur panjang lengan, walau yang benar, meter yang harus dibawa tukang jahit untuk mengukur panjang lengan kita.
12. Manusia membatasi Allah seukuran dengan pikiranya. Sudut pandang yang berbeda inilah menjadikan kita lebih mencintai pohon jarak dari hidup manusia. Maka sebagai umat pilihan, mari kita menunjukkan kepedulian kita bagi semua orang (Luk 4, 18-19), cinta alam, tapi lebih cinta pada hidup manusia. Menjadi umat yang pro-kehidupan. Amin.

Minggu, 01 Maret 2009

Happy Wedding Day

Malam ini (28 Feb 2009), kami mengikuti acara resepsi pernikahan Anton Hutabarat dan Debby br Sitorus di Garden Palace Hotel. Kebetulan suami saya diminta berdoa syukur untuk acara tersebut. Acara yang cukup mewah dengan desain gaun pengantin yang modern tapi memberi nuansa Batak yang sopan dan sederhana. Saya jadi ingat 12 tahun yang silam ketika saya dan suami melangsungkan pernikahan di Pulau Samosir. Dengan kebaya pengantin ala kartini. Kalau saya bandingkan dengan kebaya-kebaya modern sekarang, pengen deh ganti desain, hehehe... tapi paling tidak saya sangat senang dengan brokat francis putih tulang yang sampai saat ini masih bisa saya gunakan. (wah... berarti saya ‘ga tambah gemuk dong). Tapi meskipun pestanya tidak di gedung mewah seperti malam ini, tapi pesta itu sangat meriah dengan iringan musik Batak yang membangkitkan semangat untuk selalu setia menjalani bahtera keluarga di tengah besar badai topan. Tortor sanak keluarga yang ikut bergembira pada pesta itu seolah-olah menyimbolkan supaya keluarga yang baru tetap dalam suasana sukacita menjalani hidup yang sulit di tengah dunia ini. Tidak ada wajah sedih dan pakaian lusuh pada pesta itu seolah menyimbolkan agar keluarga baru tersebut hidup dalam damai sejahtera bersama anak-anaknya kelak, tidak berkekurangan dalam sandang dan pangan (amin!). Meski pesta itu berjalan satu hari penuh, rasanya tidak lelah karena semua orang memasuki pesta itu dengan semangat dan harapan bahwa keluarga baru tersebut tetap kuat dan tegar sepanjang masa mengarungi samudera perkawinan. Itulah simbol-simbol perkawinan dalam masyarakat Batak yang selalu saya pahami setiap kali saya mengikuti acara pernikahan dan adat Batak yang berjalan sehari penuh. Tapi malam ini hanya resepsi, karena adatnya telah berlansung di gedung Mulia Raja, Jakarta. Tapi malam ini menjadi sangat penting karena itu juga perayaan 12 tahun pernikahan kami. Meski kami tidak membuat acara khusus, tetapi ketika MC meminta hadirin bersama pengantin mengangkat gelas untuk bersulang, saya dan suami dengan sukacita mengangkat gelas yang ada di hadapan kami (berisi sprite) seolah-olah kami juga buat perayaan sendiri untuk Ultah perkawinan kami. Tapi satu hal yang saya syukuri untuk ultah perkawinan ini bahwa kami telah dikarunia tiga orang putri-putra yang baik, santun dan sehat jasmani, rohani. Dan tetap saya berharap untuk tahun mendatang keluarga kami akan semakin berbahagia dan kuat meski banyak tantangan khususnya dalam membesarkan anak-anak di tengah dunia yang penuh roh-roh jahat, kata Rasul Paulus. Dan saya tetap bersukacita untuk perkawinan ini karena Tuhan memberi suami yang baik padaku, yang selalu membuatkan minumam pagi kami dengan sukacita. Hehehe selamat berbahagia untuk Anton dan Debby. Happy weding day for our family! Horas..... Tuhan memberkati!