- Tony Campolo, seorang dosen Universitas sekuler, non teologia, pada setiap awal semester dia bertanya pada mahasiswanya tentang siapa Yesus menurut murid-muridnya. Jawaban yang dia terima adalah ‘kasihilah musuhmu!’ pemaknaan ini menjadi luar biasa, karena sikap itu sangat berbeda dari naluri seorang manusia.
- ketika manusia berkehendak balas dendam, maka seruan Yesus untuk mengasihi musuh adalah hal yang luar biasa yang hanya memiliki kekuatan supranatural dapat melakukannya.
- Menurut Filsuf Empedobles (492-532), di seluruh alam semesta hanya ada dua hal kekuatan, yang mempersatukan adalah cinta dan yang memisahkan adalah kebencian. Biasanya kebencian akan melahirkan kekerasan, dan kekerasan demi kekerasan akan melahirkan kekerasan baru.
- Untuk menghentikan kekerasan hanya ada satu cara, yaitu mengatakan stop untuk hal yang tidak baik, dan menerima kasih karunia yang dibawa Yesus ke dunia untuk dilakukan dalam menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia.
- Terhadap semua kebajikan dan kasih karunia itu, Paulus masih menambahkan satu hal lagi, yaitu apa yang disebutnya dalam nats kita ikatan kasih yang mempersatukan dan menyempurnakan.
- Kasih adalah kuasa pengikat yang merangkul seluruh tubuh kristen secara bersama. Kecenderungan setiap orang ingin berpisah atau memisahkan diri dari komunitas, maka kasih akan menggerakkan setiap hati untuk menggabungkan diri dengan yang lain, sehingga terikat dalam persekutuan yang tidak akan terputuskan, karena dengan kasih itu kita mampu dengan rendah hati mengampuni orang yang menyakiti kita.
- Charles Lamb pernah begitu mencintai seorang perempuan, tetapi ia melupakan keinginannya untuk menikah ketika ia melihat keluarganya yang begitu membutuhkan pertologannya. Ia menjadi malaikat pelindung bagi seisi rumahnya, khususnya bagi Mary, saudara perempuan yang mengalami gangguan mental. Suatu ketika Mary mengamuk dan menikam ibunya hingga meninggal. Sejak itu Charles memutuskan untuk menjadi ‘penjaga’ Mary. Dan beberapa orang menyaksikan bagaimana Charles bergandeng tangan dengan Mary berjalan menyeberang, membawa saudaranya ke RS jiwa.
- Kisah yang senada juga sering terjadi, seorang anak sulung mengorbankan waktu untuk pernikahannya karena dia menjadi penanggung jawab untuk adik-adiknya, dan setelah adik-adiknya bekerja baru ia menikah dengan usia yang lanjut.
- Kasih itu memberi pengorbanan tanpa pengharapkan imbalan dari apa yang kita lakukan. Itu terbukti dari Allah yang mengasihi dunia ini, dengan memberi AnakNya yang tunggal.
- Jika setiap keluarga penuh dengan kasih maka akan tercipta perdamaian dunia. Karena keluarga menjadi cerminan, gereja, persekutuan dan bangsa kita. Keluarga damai sejahtera akan menciptakan hati yang sejuk yang mau berkorban dan berbagi untuk kesejahteraan sesamanya. Saya pernah berkunjung ke rumah yang keluarganya saling mengasihi. Saya merasa nyaman dan damai tinggal di rumah itu, walaupun saya belum kenal betul mereka, tapi saya dapat berbaur, karena setiap sudut rumah memberikanku senyum. Sebaliknya saya juga pernah mengunjungi keluarga. Tapi setiap kali saya ke rumah itu, walaupun rumahnya luar biasa indahnya, saya ingin segera pulang. Saya tidak tahu kenapa. Saya tahu mereka berbuat baik kepada saya, tapi naluri saya ingin memisahkan diri dari mereka, karena rumah itu penuh dengan kekerasan, dan pertengkaran setiap hari. Saya ikut menderita dengan penderitaan mereka.
- Kasih milik semua umat, Tuhan yang memberi untuk kita. Oleh karena itu, kasih perlu ditumbuhkan setiap saat, karena kasih membuat kita terbuka pada pengampunan dan kerelaan berbuat baik. Tidak mungkin orang menerima kasih karunia dengan tangan penuh. Kita harus bersih dan dengan tangan kosong menerima berkat kasih karunia Tuhan. Kasih itu mengalir setiap saat, seperti sungai. Jika tangan kita penuh, kita tidak akan mengalirkan bagi sesama, tentu kasih karunia yang baru setiap waktu, akan melewati kita. Demikian juga pengampunan. Tuhan tidak mungkin mengampuni dosa kita, jika hati dan tangan kita masih penuh dengan kesalahan orang lain. Memang sulit untuk mengampuni, sebagaimana ditulis Martin Luther King, bahwa ia harus berpuasa beberapa hari untuk memperoleh disiplin rohani yang ia perlukan untuk mengampuni musuh-musuhnya. Hanya pengampunan membebaskan kita dari ketidak-adilan orang lain, karena kalau semua kita menuntut keadilan, ‘mata ganti mata’, maka semua kita tidak akan punya mata lagi.
- Banyak orang berdebat dan mendiskusikan bagaimana melakukan kasih. Kasih itu berada dalam diri kita dan beroperasi melalui diri kita dengan kehadiran Roh Kudus. Kasih tidak pernah berubah, karena Kasih adalah Allah (1 Yoh 4,16).
- Kasih tidak tercampur aduk dengan apapun, kasih tidak terjadi karena status sosial, kasih adalah Allah yang menyatakan diri dalam Yesus yang mengambil rupa manusia. Kasih berlaku, karena kita sudah dikasihi Tuhan, sehingga manusia perlu melakukan kehendak Allah dalam dunia dan komunitas masing-masing orang. Sulit bagi orang bertindak kasih selama ia menganggap diri berdiri dalam kebenaran.
- Saya mengutip khotbah Pastor Julius Jacinto SVD, tahun lalu dalam pemakaman Mayor Alfredo Reinaldo Alves, yang mati karena memperebutkan kebenaran. Beliau mengatakan; setiap warga Timor Leste selalu melihat diri sebagai orang paling benar dalam tindak tanduk dan tutur kata mereka. Karena itu, setiap orang mempersalahkan orang lain bahkan berusaha dengan berbagai cara menyingkirkan. Sebenarnya kebenaran itu hanya ada pada Tuhan sebagai sumber kebenaran sejati. Dan kebenaran itu akan kita pahami dengan pengosongan diri pada penyataan dan kasih Allah, sehingga kita mampu menerima setiap orang dalam menjalin hubungan dengan kita.
- Pencuri yang keluar dari penjara dan diterima dalam komunitas, itu yang membuat mereka bersuka cita dan berbahagia. Artinya kasih mengubah orang menjadi lebih baik, mengubah kebencian menjadi cinta kasih.
- Maka pada pesta bona taon ini, kita sebagai orang yang menerima kasih Tuhan Yesus, diingatkan untuk berkomitmen sebelum meneruskan tahun 2009 ini agar dengan kasih karunia yang kita terima kita terbuka dalam kasih pada semua orang yang mengikat kita sebagai tubuh Kristus. Karena ibadah bona taon menjadi berdaya-guna dalam aktivitas hidup, ketika kita tidak menjadikan bona taon hanya silahturahmi antar satu marga atau karena itu yang terjadi bagi Batak perantauan, tetapi Pesta ini adalah saat membersihkan diri dari yang kurang baik dan memohon pada Tuhan agar diberkati sepanjang tahundengan keinginan bersatu dengan yang lain.
Jumat, 30 Januari 2009
Kolose 3, 14 "kasih Pengikat Persekutuan"
Lukas 15,11-32
- Sonship = Hubungan ayah dan anak.
- Karakter sang Ayah :
- Tidak diktator (ay 12b): ketika sang anak (bungsu) meminta yang patut jadi miliknya sebgai salah satu ahli waris, sang ayah memberikan sesuai dengan peraturan Jahudi bahwa warisan dapat dibagi seblum meninggal.
- Sabar (ay 20): Dia Menerima anak yang kembali setelah jatuh miskin tanpa marah. Dia membiarkan semua berlalu tanpa sungut-sungut.
- Penyanyang (ay 24): Dia merendahkan diri, mengejar sang anak untuk kembali dikasihi.
- Ayah yang baik (ay.20b+22) : Dia mengusahakan/mengejar banyak harta untuk anaknya, dia mengusahakan/mengejar sang anak ketika kembali. (mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya).
- Karakter Anak :
- Tidak perduli (ay. 12a) L: meminta warisan padahal ayah belum meninggal,
- Sombong (ay13): menjauh dari ayah, agar dia jauh dari pengawasan ayahnya
- Lemah management (ay. 14-15): Seluruh harta warisan habis, karena ketidak mampuan mengelola uang yang diberikan sang ayah.
- Mengenal diri (ay.17-21): Dia kembali kepada ayah tanpa berharap diberlakukan sebagai anak.
- Nats ini mengilhami seorang ayah yang mempunyi dua orang anak lelaki yang kecanduan narkoba. Setiap kali anak-anak nya kembali pada larut malam dengan keadaan yang tak sadar diri oleh karena mengkonsumsi narkona yang banyak, ayahnya menunggu di depan pintu. Dia menyambut mereka, menanyakan keadaan mereka bahkan menyuguhkan makanan dan berdoa bersama anak-anaknya. Aahnya mengasihi mereka lebih dari dirinya sendiri. Dia rela tidur jauh malam dan menunggu sambil dikerumuni nyamuk karena dia mengasihi anak-anaknya.
- Cinta, perhatian, kesabaran dan kebaikan sang ayah, mempengaruhi anak-anak tersebut, sehingga bermodalkan cinta sang ayah, mereka dapat berubah. Mereka meninggalkan segala jenis narkoba, dan kembali ke jalan benar dituntun cinta kasih sang ayah.
- Kasih selalu digerakkan belas kasihan (tergeraklah hatinya... ay. 20), terjadi bukan karena ada arus timbal balik. Dia mengalir begitu saja kepada tujuannya. Tidak dibuat-buat, dia muncul begitu objek cinta menyatakan diri. Oleh belas kasihan maka terjadilah pendamaian; Allah dalam diri Yesus mendamaikan diri dengan manusia, Allah merendahkan diri menjadi manusia, Allah menyambut pengakuan dosa kita dengan tangan terbuka, siap untuk merangkul dan mencium kita, Allah mengusahakan kebaikan bagi diri kita, mencukupkan apa yang menjadi kebutuhan kita dan mewariskan kerajaan surga bagi umat ciptaanNya, Allah menjadi kebaikan atas keburukan kita. Dalam cinta sejati tidak ada pembalasan, tidak ada demdam, yang ada hanya keinginan berbuat baik bagi orang yang menyakiti hati kita. (???)
- Persoalan muncul ketika manusia memahami cinta berbeda dengan Allah. Si sulung merasa, terjadi ketidak-adilan atas sikap penyambutan ayah yang berlebihan. Jika manusia memahami cinta terjadi karena ada arus timbal balik, du ut des : beri dan akan menerima, maka akan muncul kecemburuan jika sewaktu-waktu ada orang berbuat baik pada orang yang “jahat”. Kita akan melihat Allah sebagai Allah yang pilih kasih dan bersikap tidak adil ketika Dia mendatanagkan hujan dan memberi panas matahari pada orang yang baik dan yang jahat.
- Si sulung punya sudut pandang yang berbeda dengan ayah tentang si bungsu. Dia tidak berbelas kasih pada adik yang kurus kering, dekil dan kelihatan kesakiatan. Dia memahami itu setimpal dengan tindakannya menrima warisan, berfoya-foya dan menjadi budak orang lain bahkan untuk makan makanan babi pun dia tidak diperbolehkan.
- Ah... belum sejauh itu pengalaman dan ‘kejahatan’ku sebagai seorang anak, aku telah merasa berdosa pada ayahku yang sedang sakit sejak hari senin, 26 jan ’09. Aku menjadi tersentak, jikalau perbuatan yang menyakiti hati sang ayah. Tapi orang tua selalu ingin memberi yang terbaik bagi anak-anaknya. Ingin selalu membuka tangan atas pengakaun salah anak-anaknya, dan akan selalau mengampuni oleh karena cinta dan belas kasihan untuk mendukung hidup anak-anaknya.
- Itulah keluar-biasaan pemahaman sang ayah atas diri anak-anaknya. Tidak ada pilih kasih. Kebersamaan, telah menyatukan dia dengan anak sulungnya, tetapi sesuatu yang dianggap telah mati tiba-tiba muncul itu luar biasa membuatkegembiraan kita menjadi sempurna. Hubungan cinta kasih anak sulung dan aya sudah menggembirakan, walaupun si bungsu meninggalkan mereka, tetapi ketika yang pergi kembali, tiu cukup membuat kegembiraan semakin sempurna.
- Akhirnya satu hal yang kita pelajari adalah: bahwa mencintai membuat hati kita gembira, semangat kita bertambah, fisik kita semakin segar. Tapi hidup kita sering diisi denga kecemburuan dan dendam, sehingga membuat hati kita mengkerut karena kebencian, semangat lemah dan ketahanan fisik menurun, karena hati yang gembira adalah obat, tapi hati yang sedih meremukkan tulang-tulang.
- Nats ini menjadi sangat penting bagi kita untuk memaknai Doa Bapak kami dalam bait :’ampunilah dosa kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami!’
Kamis, 29 Januari 2009
Terapi dari Lukas 15, 11-32
Gong Xi Fa Cai
Minggu, 25 Januari 2009
Doa Pengampunan dan Dosa yang Berulang
Sabtu, 24 Januari 2009
Memberi dengan Tulus
Suatu hari pada pesta Bona Taon Simanjuntak Sitolu Sada Ina, Boru, Bere, Yogyakarta, ‘marbona taon’ di kaliurang, seorang anggota punguan dari kelompok ibebere memberikan hasil lelangnya (kepala babi), ke suami saya yang kebetulan khotbah di bona taon tersebut, katanya “Amang Pendeta, kata beremu (istrinya), ini untuk amang Pendeta saja, karena di rumah tidak ada yang makan! (daripada dibuang, kasi aja ke Pendeta, hehehe). Saya juga pernah menerima satu tas kresek besar pakaian bekas anak-anak, katanya supaya ada dipakai anak-anak saya di rumah (apa selama ini tidak pakai baju ?!). selain itu, saya juga punya pengalaman memberi, Ketika pegawai negeri menerima jatah beras dari kantor, ibu saya selalau memberi berasnya pada keponakannya. Bila satu kali saya atau adik saya lupa atau terlambat mengantar, dia akan protes dan berkata, ’kenapa berasnya tidak diantar?’, seolah-olah itu kewajiaban kami. Setiap kali ada orang memberi, saya berusaha untuk tidak menolak, karena saya ingat pepatah orang Batak, ;hansit mulak manjalo unhansitan mulak mangalean (=sakit karena ditolak permintaan, lebih sakit bila pemberian ditolak).
Ketulusan sering tidak bisa kita pahami ketika orang memberi dengan kalimat yang menyinggung perasaan. Sejak itu saya selalu mengusahakan diri memberi tanpa kalimat, karena kadang-kadang maksud tulus bisa menjadi tidak berarti dengan kata-kata yang kita ucapkan, maka ketika saya menerima “jambar ni suhut” (ekor daging babi, yang diberi kepada tuan rumah kalau ada pesta), saya ingin menolak karena tidak ada yang makan di rumah, kebetulan ketiga anak saya kurang suka makan daging babi, saya dan suami keseringan makan saksang, apalagi awal tahun seperti sekarang ini. Tapi saya terima juga, kata suami saya, namanya ‘jambar’ ya harus diterima. Maka saya memberi ke salah seorang anggota jemaat dan saya katakan, “ini inang, bawa ke rumah untuk anak-anak”, ibu itu berusaha menolak, katanya, untuk inang Pendeta aja, dan saya mencari kata yang tepat untuk tidak menyinggung perasaan penerima, “saya kurang pintar masak inang, inang yang masak, nanti dibagi untuk kami ya”. Beliaupun menerima dengan gembira dan mengantarkan sebahagian ke rumah! Itulah memberi, mudah tapi sulit. Ketika anak saya Carol mendapat makanan dari teman sekelasnya yang kebetulan ulang tahun, seisi rumah menjadi seperti pecah perang. Dia memberi dengan banyak syarat yang membuat adiknya menangis karena tidak dapat mematuhi syarat tersebut, dan itu membuatku sebagai ibu menjadi naik pitam, karena si bungsu Jerry tidak dapat dibujuk untuk diam, dan Yohana, ikut menangis dengan tangisan adiknya, yang kedengaran sampai ke ruang sermon (kebetulan dinding konsistori, nempel ke dinding rumah kami), sehingga saya harus keluar dari ruang sermon, menghentikan keributan tersebut.
Belajar dari semua peristiwa itu, saya menjadi mengerti, ternyata sangat sulit untuk memberi, padahal Firman Tuhan dalam Lukas 6, 36, “hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu, adalah murah hati”. Murah hati tidak hanya sekedar mau memberi, tetapi harus dengan tulus, tidak ada embel-embel, tidak ada embargo karena melanggar syarat, tidak mengharap balas atas apa yang kita beri, sudahkah kita dapat seperti Bapa di surga? Ditengah-tengah krisis ekonomi, kita dipanggil untuk mendatangkan kesejahteraan orang yang ada disekitar kita, karena dengan demikian kita sedang mengusahakan kesejahteraan kita juga (Jeremia 7,29). Selamat bermurah hati!
Rabu, 21 Januari 2009
Waktu
Kamis, 15 Januari 2009
Uang dan Idealisme
"Jangan Takut, Aku menyertaimu!"
Mangose Taon
1. Dengan bona taon diharapkan semua anggota itu hidup dalam persatuan (panitia meminta agar khotbah saya diambil dari mzm 133)
2. Ingin beromantisme tentang masa lalu ketika masih di kampung halaman (parsahutaon), sambil bercerita bagaimana dahulu, ketika marbinda, pergi mengantar makanan ke rumah tulang, dll.
3. Menjalin kekerabatan supaya makin akrab. (kebetulan marga kami, Tambunan pagaraji bona taon di Tretes, (sabtu-minggu). Semua membentuk kelompok dan bercerita mengenai kehidupan bersama. Anehnya, bukan antar keluarga, tapi satu keluarga. nah..., kangennya dilampiaskan di tempat yang jauh dari keramaian, jauh dari rumah dengan segala pekerjaan, jauh dari gangguan, karena mau hidup bersama menikmati alam yang indah sambil menjalin cinta kasih sesama umat.
Kesimpulannya, bona taon adalah untuk refresing, supaya persatuan makin kukuh. Itu berarti, meskipun bona taon membutuhkan banyak biaya, namun acara itu sangat diperlukan, bukan karena hingar bingarnya suara musik, tapi karena bona taon menjadi ajang berinteraksi, tempat curhat dengan saudara, menjalin hubungan yang makin akrab dengan sesama. Selamat Mar-Bona Taon!